Harga Jual Gas 3 Kg Melambung, Rakyat Limbung
Info Terkini | Friday, 28 Jul 2023, 18:49 WIB
Maafkan kedua orangtuamu
Kalau tak mampu beli susu
Bbm naik tinggi
Susu tak terbeli
Orang pintar tarik subsidi
Mungkin bayi kurang gizi
Penggalan Lirik lagu lawas milik Iwan Fals ini menggambarkan fenomenal kehidupan masyarakat saat ini. Pencabutan subsidi menjadi biang keladi kenaikan harga kebutuhan pokok. Salah satunya elpiji 3 kg. Seperti yang terjadi dalam beberapa hari ini terakhir ini. Kelangkaan gas elpiji 3 kg terjadi di berbagai daerah di Indonesia.
Konsumen rumah tangga menjerit. Untuk mendapatkan gas elpiji 3 kg, masyarakat harus mengantri cukup lama. Itupun belum pasti dapat. Hal ini sebenarnya lagu lama yang senantiasa terjadi dan merugikan konsumen. Susahnya mencari elpiji 3 kilogram juga dirasakan di sejumlah daerah di Kaltim. Seperti biasa, jika terjadi kelangkaan harganya pun kian melambung. Jauh meningkat dari harga eceran tertinggi (HET).
Pernyataan Pertamina bahwa kelangkaan ini dipicu oleh permintaan yang naik akibat banyaknya hari libur dirasakan tidak rasional.Lalu apa yang sebenarnya terjadi dan musabab apa sehingga gas elpiji 3 kg menjadi langka?
Kelangkaan sistematis
Menyoroti kelangkaan gas melon 3 kg, ekonom dari Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Fahrur Ulum, M.E.I. menyatakan, ini lebih karena kebijakan.
Menurutnya kebijakan itu berawal dari konversi minyak tanah ke LPG pada 2007. Sejak itu produksi LPG sudah mengalami beberapa kali penurunan yang sangat drastis. Padahal menurutnya, ada Liquifiid Natural Gas (LNG) yang produksinya terus meningkat, bahkan di ekspor secara besar-besaran. Di samping itu, ucapnya, LNG lebih bersih emisinya dan lebih aman penggunaannya.
Tetapi konversi yang dilakukan lebih memilih LPG dari pada LNG. Dengan alasan penggunaan LNG terlalu high cost jika diberikan ke masyarakat bawah. Itulah yang menjadi alasan pengambilan keputusan penggunaan LPG. Padahal produksinya terus menurun. Inilah awal mula persoalan LPG itu.
Masih menurut Fahrur, berdasarkan data 2022 dan 2023 permintaan LPG demkian besar, mencapai 8 juta ton. Sementara produksi LPG Indonesia, menurutnya, hanya sekitar 2 juta ton, yang berarti defisit 6 juta ton, dan yang defisit ini kemudian ditutup dengan impor.
Inilah pangkal persoalan kelangkaan di tengah masyarat. Di samping itu, pengurangan subsidi untuk impor gas juga dikurangi sehingga gas melon menjadi langka.
Dan untuk mengantisipasi kelangkaan LPG 3 kg, pemerintah saat ini sedang menggencarkan melempar ke pasaran LPG 3 kg nonsubsidi yang harganya sekitar Rp56.000.Begitulah cara negara kapitalis mengatur jualan kepada rakyat. Mengurangi subsidi, kemudian digelontorkan yang tidak bersubaidi. Pelayanan negara kepada rakyat yang terjadi saat ini seperti pelayanan penjual terhadap pembeli (transaksional).
Islam, aturan yang terbaik
Islam memandang gas alam, sumber daya alam, minyak bumi itu menjadi milik rakyat, yang pengelolaannya diserahkan kepada negara. Dalam Islam kepemilikan dibagi tiga, yakni kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan negara.
Kepemilikan umum, termasuk di dalamnya gas bumi, minyak bumi, bukanlah milik negara. Sehingga tidak dibenarkan negara menjual kepada rakyat. Pemerintah menjalankan fungsinya sebagai pengelola harta milik umum.
Jika dikelola berdasar Islam, masyarakat hanya dibebani biaya operasional saja sehingga murah dan terjangkau oleh seluruh warga negara. Wallahi a'lam bishawab
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.