Sekularisme Mengakibatkan Rusaknya Bangunan Keluarga
Politik | 2024-09-05 08:32:21Oleh Opi Ummu Shofwan
Aktivis Muslimah
Tindak kriminal dalam lingkungan keluarga kembali terulang, seperti diberitakan bahwa di akhir bulan Agustus kemarin ada tiga kasus viral terkait rusaknya bangunan keluarga.
Pertama, pada tanggal 23 Agustus 2024 seorang ibu bernama Hj RK meninggal secara tragis, yang dibunuh oleh anak kandungnya sendiri bernama AR di Kelurahan Baru Tengah, Kecamatan Balikpapan Barat. AR diduga mengalami gangguan jiwa, menebas leher ibunya menggunakan parang (media online Balpos.com).
Kedua, ayah yang dibunuh anak kandungnya dan melukai adik perempuannya sampai kronis di Cirebon, Jawa Barat. Diduga pelaku mengalami cekcok dengan adik perempuannya, dan melakukan penganiayaan, adik perempuannya mengadukan hal tersebut kepada sang ayah, dan sang ayah pun memberikan nasihat kepada putranya (pelaku) merasa tidak terima, pelaku malah membacok perut ayahnya dua kali dibagian dada sampai menghilangkan nyawa sang ayah (media online Metrotvnews.com)
Ketiga, kasus pembunuhan Nizam Ahmad Alfahri (6), oleh ibu tirinya, IF (24) di sebuah rumah kawasan Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu siang (24/8/2024). Polisi mengungkap jika motif pelaku menghabisi nyawa korban dikarenakan cemburu terhadap ayah korban yang tidak perhatian kepada pelaku saat hamil (media online Sindonews.com).
Kasus di atas, hanya sebagian kecil dari banyaknya kasus yang pelaku kejahatan nya ternyata dari pihak keluarganya sendiri. Di mana seharusnya, keluarga adalah orang terdekat yang dapat memberikan rasa aman dan rasa nyaman bagi anggota keluarga yang lainnya. Hubungan antar anggota keluarga menjadi rusak dan sakinah mawadah warahmah pun menjadi hal yang sulit untuk diciptakan.
Hal ini dikarenakan penerapan sekularisme kapitalis yang membuat hubungan keluarga kalah dengan materi. Kapitalisme dengan asas sekuler telah menjadikan orientasi kehidupan manusia adalah materi. Baik dalam bentuk harta, kekuasaan, popularitas, hingga kepuasan atas perilaku yang di inginkan dan disukainya. Tanpa memedulikan lagi benar atau tidak hal tersebut dalam agama, atau dengan kata lain, agama tidak di ikut sertakan dalam setiap tindakannya. Sehingga siapapun yang hidup di dalamnya tidak lagi memperhatikan perbuatan yang dilakukannya sesuai dengan ajaran agama atau tidak.
Sekularisme juga menjadikan tidak stabilnya emosi seseorang, mudah marah, meluap-luap, sehingga berujung pada aktivitas menyimpang. Kegagalan meraih materi mengakibatkan hubungan keluarga diabaikan sehingga tega melakukan tindak kekerasan bahkan pembunuhan.
Melihat dari banyaknya kasus kejahatan yang dilakukan oleh orang terdekat yaitu anggota keluarga, ini menggambarkan bahwa jenis kejahatan ini bukan timbul hanya dari penyimpangan perilaku oleh anggota keluarga tersebut saja, melainkan ada faktor dari luar yang secara sistemik membuat hubungan keluarga tersebut menjadi rusak dan rapuh. Faktor dari luar tersebut salah satunya adalah tidak adanya peran negara dalam menghilangkan hal tersebut.
Karena sudah menjadi tanggung jawab negara menyelenggarakan pendidikan berikut kurikulumnya. Sementara pendidikan saat ini berbasis sekuler, sehingga agama yang berperan besar dalam membentuk kepribadian generasi tidak menjadi perhatian utamanya.
Hal ini menjadi bukti kegagalan sistem pendidikan sekuler. Lebih dari itu, telah mengabaikan pentingnya pendidikan membangun keluarga sesuai tuntunan syariat.
Sementara Islam menjadikan negara sebagai raa'in (pengurus), yang akan menjaga fungsi dan peran keluarga. Rasulullah saw. bersabda: Imam atau Khalifah adalah pengurus, dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang di urusnya. (HR. Muslim dan Ahmad)
Negara wajib membantu rakyatnya, hidup dalam suasana tenang, aman, damai, dan dalam suasana keimanan. Negara adalah pihak yang berperan paling efektif untuk membangun dan menjaga aqidah umat, baik individu maupun masyarakat.
Banyak peran yang dapat dilakukan khalifah/kepala negara dalam menjaga akidah umat. Diantaranya melalui pendidikan yang berkualitas, berasas akidah Islam, sehingga menghasilkan generasi yang berperilaku islami. Di mana keimanannya menjadi perisai untuk sabar dan tetap dalam kewarasan ketika bertemu masalah sehingga tidak berbuat maksiat.
Dan semua itu dapat terealisasi apabila adanya penerapan syariat Islam secara sempurna yang di emban oleh negara.
Wallahualam bissawab
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.