Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Lulu Nugroho

Bigot, No Way!

Agama | Saturday, 22 Jul 2023, 07:08 WIB

Istilah bigot kembali mencuat di media sosial, setelah seorang selebgram merekomendasikan beberapa tempat makan di Bali yang memiliki makanan halal. Maka ramai penduduk twitter menanggapi hal tersebut sehingga kata bigot kembali memperkaya dunia literasi.

Bigot atau fanatik menurut Kamus Merriam Webster adalah seseorang yang keras kepala atau tidak toleran terhadap pendapat dan prasangkanya sendiri. Terutama orang yang menganggap atau memperlakukan anggota suatu kelompok (seperti kelompok ras atau etnis) dengan kebencian dan intoleransi.

Hanya saja jika kita tidak hati-hati, penggunaan istilah ini malah cenderung merendahkan orang lain atau kelompok tertentu. Sementara kaum muslim sendiri tak boleh merasa rendah diri berhadapan dengan istilah ini. Sebab bersikukuhnya seorang muslim terhadap syariat merupakan bentuk keimanan. Tidak ada istilah ribet di sana, karena seperti itulah manifestasi keimanan.

Tatkala seseorang beriman kepada Islam, maka seluruh aktivitasnya terikat dengan hukum syara'. Baik aktivitasnya ketika berhubungan dengan Allah dalam perkara ibadah dan akidah, hubungannya dengan sesama pada muamalat dan persanksian, serta yang berhubungan dengan dirinya sendiri yaitu pada perkara akhlak, pakaian, makanan dan minuman.

Seluruh pengaturan ini tegak pada 3 pilar, yakni ketakwaan individu, masyarakat yang menjaga melalui amr ma'ruf nahy munkar, serta negara sebagai pelaksana dan pengatur hukum. Maka seluruh urusan kaum muslim akan sangat menakjubkan, karena negara turun tangan di sana memfasilitasi pelaksanaan seluruh ativitas taat kepada Allah SWT .

Bahkan perkara makan dan minum, segala yang dikonsumsi dan masuk ke tubuh kita, harus dipastikan kehalalannya sejak dari pemilihan produk, cara memperolehnya, proses pengolahannya, serta penyajiannya.

Seluruhnya memiliki aturan serta berada dalam pengawasan Allah SWT. Dan ini merupakan bentuk kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya. Bukankah kita semua ingin disayang Allah? Maka tak ada kata lain, selain taat.

Dalam beraktivitas, seorang muslim dituntut memiliki kesadaran akan hubungannya dengan Allah (idrak silah billah). Maka wajar, dirinya akan terus mengukur apakah sebuah perbuatan atau keputusan, harus dikerjakan atau ditinggalkan.

Halal dan haram menjadi tolok ukur perbuatan. Sedangkan tujuan aktivitasnya adalah rida Allah SWT, bukan manfaat. Karenanya seorang muslim, sepanjang hidupnya, akan selalu menyesuaikan aktivitasnya dengan perintah dan larangan Allah SWT.

Bahkan tatkala menemui hal baru, masalah-masalah kekinian baik politik, ekonomi, sosial dan sebagainya, pun perlu diketahui hukumnya. Bisa jadi akan dilakukan penggalian hukum (ijtihad), agar dapat ditetapkan status hukumnya. Al-Islaamu ya'lu wa laa yu'la alaihi

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image