Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rissa Aurelia

Wabah Antraks di Gunung Kidul

Info Terkini | 2023-07-09 11:04:21

Kabupaten Gunungkidul tengah digegerkan penyebaran antraks, 87 warga terpapar antraks di berbagai daerah seperti Padukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu. Satu orang warga terkonfirmasi meninggal dunia akibat antraks.

Antraks di Gunung Kidul bermula saat warga menggali kubur sapi yang positif antraks lalu memakan dagingnya.

Diduga karena tradisi antraks ini dapat terjadi. Tradisi Brandu tradisi penyembelihan sapi sakit atau mati yang masih banyak dilakukan oleh masyarakat Gunungkidul. Nantinya, daging hasil penyembelihan dijual murah dan uangnya dikumpulkan untuk membantu pemilik sapi.

Kasus antraks yang terjadi di Kabupaten Gunung Kidul bukan yang pertama. Catatan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian daerah di Yogyakarta tersebut merupakan endemi Antraks.

Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Nuryani Zainuddin menjelaskan penyakit yang disebabkan bakteri yang disebabkan bakteri Bacillus Anthracis ini sudah ada sejak tahun 1884.

Nuryani juga menjelaskan populasi potensi ternak rentan Antraks di Kabupaten Gunung Kidul mencapai 357.351 ekor hewan ternak. Rinciannya 143.793 ekor sapi, 202.555 ekor kambing dan 11 ribu ekor domba.

"Ketika daerah endemi Antraks tidak dilakukan penanganan secara baik. Baik di tanah, lingkungan dan kesadaran masyarakat maka kasus Antraks ini akan terus berlanjut," ujarnya saat jumpa pers secara daring, Kamis (6/7/2023).

Nuryani menambahkan tingginya kasus Antraks di Gunung Kidul ini tidak terlepas dari spora yang bisa bertahan di tanah selama puluhan tahun dan budaya menyembelih hewan mati dan membagikan daging kepada warga sekitar.

Hasil penelusuran Dinas Kesehatan Pemkab Gunung Kidul, 87 warga dinyatakan positif Antraks.

Tingginya kasus positif Antraks di Gunung Kidul lantaran warga memakan daging sapi yang sudah mati yang dibagikan ke warga.

"Tidak jarang ternak yang mati mendadak tanpa menunjukkan gejala klinis. Nah ternak yang mati ini perlu dibakar atau dikubur untuk mencegah penularan dari hewan ke manusia. Tidak boleh dibedah dan dilukai," ujar Nuryani.

Pada tanggal 2 Juni Dinas Kesehatan Gunung Kidul mengungkapkan mendapat laporan dari RSUP dr Sardjito terkait adanya pasien laki – laki yang berusia 72 tahun terpapar Antrhax, lalu meninggal pada 4 Juni.

Antraks sebenarnya bukanlah virus, tetapi penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang disebut Bacillus anthracis. Bacillus anthracis adalah bakteri gram positif yang menghasilkan spora yang tahan lama di lingkungan.

Antraks dapat mempengaruhi hewan maupun manusia. Infeksi pada hewan umumnya terjadi melalui paparan spora Bacillus anthracis melalui makanan, air, atau lingkungan yang terkontaminasi. Sementara, pada manusia, infeksi dapat terjadi melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, produk hewan yang terkontaminasi, atau melalui inhalasi spora bakteri jika terjadi penyebaran dalam bentuk aerosol.

Ada tiga bentuk infeksi Antraks pada manusia:

Cutaneous Antraks (Antraks Kulit): Ini adalah bentuk paling umum dari Antraks pada manusia. Infeksi terjadi melalui luka terbuka pada kulit yang terkena kontak dengan spora Bakteri Bacillus anthracis. Ini biasanya menyebabkan luka yang terinfeksi, lecet, atau bisul yang dapat berkembang menjadi keropeng dan menjadi parah jika tidak diobati.

Inhalation Antraks (Antraks Inhalasi): Bentuk ini terjadi ketika seseorang menghirup spora Bacillus anthracis yang tersebar dalam udara. Gejala awalnya mirip dengan flu biasa, tetapi kemudian berkembang menjadi penyakit yang lebih parah dengan gejala seperti demam tinggi, sesak napas, batuk berdarah, dan kemungkinan gagal napas. Inhalation Antraks merupakan bentuk yang paling berat dan berpotensi fatal.

Gastrointestinal Antraks (Antraks Gastrointestinal): Ini adalah bentuk yang jarang terjadi, di mana seseorang mengalami infeksi melalui makan daging yang terkontaminasi oleh spora Bacillus anthracis. Gejala termasuk nyeri perut, mual, muntah, diare berdarah, dan demam.

Pencegahan ini dapat dilakukan dengan vaksinasi hewan ternak, karantina hewan yang terinfeksi, dan perlakuan terhadap produk-produk hewan yang terkontaminasi. Bagi manusia, pencegahan melibatkan penggunaan alat pelindung diri saat bekerja dengan hewan atau bahan yang berpotensi terkontaminasi.

Pentingnya edukasi terhadap masyarakat, mengedukasi masyarakat adalah proses penting untuk menyebarkan pengetahuan, meningkatkan kesadaran, dan mengubah perilaku masyarakat.

Kolaborasi dengan pihak terkait seperti organisasi masyarakat, lembaga pemerintah, atau tenaga medis, untuk memperkuat program edukasi. Kolaborasi ini dapat membantu masyarakat memperoleh sumber daya, pengetahuan, dan jangkauan yang lebih luas dalam upaya mengedukasi masyarakat.

Media yang tepat dapat membantu dalam mengedukasi Manfaatkan media yang relevan dan sesuai dengan audiens. Selain media tradisional seperti cetak, televisi, dan radio, media sosial dan platform digital dapat menjadi alat yang efektif untuk menyebarkan informasi dan berinteraksi dengan masyarakat.

Selanjutnya libatkan masyarakat secara aktif, melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses edukasi adalah kunci keberhasilan. Dengan mendorong partisipasi, diskusi, dan tindakan nyata, masyarakat dapat membangun pemahaman yang lebih dalam dan mempengaruhi perubahan perilaku yang lebih berkelanjutan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image