Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sakura Alya

Perbanyak atau Benahi Fakultas Kedokteran di Indonesia?

Eduaksi | Tuesday, 23 May 2023, 10:26 WIB

Fakultas kedokteran termasuk salah satu fakultas yang diidam-idamkan banyak orang. Manusia berlomba-lomba untuk bisa menduduki kursi sebagai mahasiswa fakultas kedokteran di Indonesia. Berbagai alasan dan motivasi mendorong para calon mahasiswa baru untuk berjuang habis-habisan di seleksi masuk perguruan tinggi. Motivasi karena panggilan hati untuk membantu sesama, rasa penasaran akan dunia medis, atau luka karena kehilangan orang tersayang bisa menjadi landasan kuat banyaknya pendaftar program studi ini. Hal tersebut tidak bisa dipungkiri jika kita melihat daya tampung serta peminat fakultas kedokteran di beberapa kampus. Universitas Indonesia pada SNBT 2023 membuka kursi sebanyak 77 dengan peminat kurang lebih 2.861. Universitas Airlangga pun demikian, mereka hanya menyediakan kursi sebanyak 90 dengan peminat yang mencapai 3.150.

Meski banyak yang ingin menjadi mahasiswa kedokteran, sayangnya dokter-dokter di Indonesia masih kurang jumlahnya untuk melayani berbagai masalah kesehatan di Indonesia. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa kebutuhan dokter di Indonesia masih dibawah standar World Health Organization (WHO) yaitu 1 dokter per 1.000 penduduk. Ia mengatakan bahwa Indonesia butuh 130 ribu dokter lagi untuk mengejar ketertinggalan kebutuhan dokter yang mencapai angka 270 ribu. Diketahui dokter yang dimiliki Indonesia sekarang berjumlah 140 ribu.

Berkaca dari peristiwa di atas, banyak universitas yang akhirnya membuka program studi kedokteran baru yang diharapkan dapat memenuhi kuota kebutuhan dokter di Indonesia.Hal tersebut tentunya menuai pro dan kontra. Saat ini terdapat 92 program studi kedokteran yang tiap tahunnya mencetak 11.000 dokter baru. Namun, kualitas dari dokter yang dihasilkan di tiap universitas tidak sama rata. Porgram studi kedokteran dengan akreditasi A lebih sedikit dari akreditasi B maupun C, bahkan masih ada program studi kedokteran dengan akreditasi “baik”. Jika naiknya lulusan dokter tiap tahun disumbang lebih banyak dari universitas dengan akreditasi yang kurang baik maka pembukaan program studi kedokteran baru belum bisa menjadi solusi. Meskipun hal tersebut dilihat menguntungkan jika program studi kedokteran baru tersebut dikembangkan dengan baik dan benar, hal tersebut harus memakan waktu yang lama. Apabila langkah tersebut memang bisa dilakukan, mengapa tidak mencoba langkah tersebut pada program studi di universitas yang akreditasinya belum A. Masih banyak program studi kedokteran yang butuh banyak perhatian agar bisa berkembang dan meningkatkan kualitas dokter di Indonesia.

Selain itu, meningkatkan kualitas program studi kedokteran yang sudah ada bisa memperkecil angka malpraktik yang berdampak terhadap kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap tenaga kesehatan. Tak sedikit dari warga Indonesia yang memilih pengobatan di luar negeri. Keputusan tersebut bisa dipengaruhi banyak hal, salah satunya asumsi bahwa negara lain memiliki kualitas dokter dan peralatan yang lebih memadai. Meskipun asumsi tersebut tidak sepenuhnya benar, Indonesia memang harus berbenah dan mulai serius terhadap masalah ini. Pada 12 Juli 2022, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, dan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, membuat kesepakatan melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang Peningkatan Kuota Penerimaan Program Sarjana Kedokteran, Program Dokter Spesialis dan Penambahan Program Studi Dokter Spesialis. Hal ini dijalankan dengan konsep Sistem Kesehatan Akademik (AHS). Di harapkan adanya kerjasama antara perguruang tinggi, rumah sakit pendidikan, wahana pendidikan, pemerintah daerah, dan masyarakat. Penambahan kuota sarjana kedokteran, dokter spesialis, serta prodi dokter spesiais merupakan salah satu langkah dalam program ini.

Program ini diharapkan dapat mengembalikkan kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan dokter di Indonesia meski akan memakan waktu 14 tahun untuk mengukur kesuksesannya. Presiden Jokowi mengatakan dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri, Indonesia kehilangan 165 trilliun devisa negara. Pemerintah harus bisa mengambil langkah yang tepat untuk memperbaiki kualitas kesehatan di Indonesia salah satunya dimulai dari membenahi pendidikan dokter.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image