Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mohamad Su'ud

Terjebak Kemarahan

Agama | Tuesday, 23 May 2023, 09:17 WIB

Suatu hari dalam perjalanan pulang, bersama istri naik sepeda motor. Jarak 2 meter di depan, nampak pengendara sepeda dan mobil terlibat dalam percekcokan hebat. Saling mengeluarkan kata-kata "sampah". Beberapa menit para pengguna jalan lain berhenti, macet akibat ulah dua orang ini. Pertengkaran ini berawal dari ketersinggungan keduanya, karena tidak mau didahului.

Segera saya dekati seorang lelaki yang searah dengan saya, pengendara sepeda yang marah. "Pak monggo terus mawon, ditunggu kale tiyang katah" — Pak, silahkan lanjutkan, sudah ditunggu banyak orang—. Akhirnya pria setengah baya tersebut melanjutkan perjalanan. Sesekali saya lihat, sang bapak pengendara sepeda masih tolah toleh ke belakang "mengucapkan perpisahan" kepada sang sopir mobil. Hehe.

Banyak sesekali diantara manusia yang terjebak kemarahan hanya untuk hal-hal sepele. Mudah sekali mengeluarkan kotor, umpatan menjijikkan hanya untuk persoalan yang semestinya bisa diselesaikan dengan senyum.

Masyarakat seperti daun kering, mudah terbakar. Empatinya lemah. Simpatinya tipis. Menganggap orang lain seperti "musuh".

Pantas sekali, ketia Rosulullah dimintai nasehat oleh seorang sahabat, Beliau menjawab dengan kata singkat dan berulang 3 kali.

“Seorang lelaki berkata kepada Nabi SAW, "Berilah aku wasiat." Kemudian beliau SAW menjawab, "Jangan marah." Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, dan Nabi SAW menjawab, "Jangan marah." (HR Bukhari)

Dia (Abdullah bin Amr) bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, "Apa sesuatu yang bisa menjauhkanku dari murka Allah SWT?" Lalu Nabi Muhammad SAW bersabda, "Jangan marah." (HR Ahmad)

Cermin Kepribadian

Marah menjadi cermin kepribadian seseorang. Mengapa? Karena ketika marah, akan terlihat watak asli. Sebaliknya ketika seseorang pandai mengendalikan marah, maka itu pertanda kedewassan diri.

Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang meninggalkan amarahnya, Allah akan tutup aurat (kesalahan/kekurangan/aib)-nya. Siapa yang menahan amarahnya padahal ia mampu melakukannya, Allah ‘azza wa jalla akan memenuhi hatinya dengan rasa aman pada hari kiamat." (HR Ibnu Asakir)

Ketika kita tidak mau diumpat orang lain, maka begitu juga orang lain juga tidak suka. Ketika kita membenci umpatan kotor, maka orang lainpun tidak menginginkan hal yang sama.

Ilustrasi oleh Mohamad Su'ud

Mereka adalah saudara kita. Bersikalah lembut dan berkasih sayang.

Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa yang tidak memiliki kelemahlembutan, tidak dihampiri kebaikan (HR Muslim)

Rosululllah teladan sejati kita. Rosulullah berhati lembut, murah senyum, penolong kepada sesama manusia.

Semoga kita dijauhkan dari sifat amarah dan emosi.

Nasrun minallah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image