Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Raihan Navaro

United States Space Force: Kenyataan dan Khayalan

Politik | Sunday, 14 May 2023, 20:18 WIB
Jenderal John W. Raymond, memamerkan seragam dari United Space Force.

Pada tahun 2018, Presiden Trump mengeluarkan perintah untuk membentuk cabang militer keenam di Amerika Serikat, yaitu United Space Force. Tujuannya adalah untuk mengembalikan posisi Amerika Serikat sebagai pemimpin eksplorasi luar angkasa. Trump berpandangan bahwa keberadaan di luar angkasa menjadi isu keamanan nasional, dan untuk memperoleh dominasi di luar angkasa, Amerika Serikat perlu membangun kekuatan militer di sana.

Banyak meme yang mengolok-olok gagasan tersebut, yang sebagian besar berasal dari orang-orang yang tidak memahami pekerjaan apa yang dilakukan oleh US Space Force. Oleh karena itu, penting untuk membedakan antara kenyataan dan khayalan, bahwa luar angkasa bukanlah hanya subjek lelucon semata, melainkan juga merupakan arena pertempuran penting bagi militer, baik saat ini maupun di masa depan.

Sejak masa Perang Dingin, aktivitas militer telah memasuki ranah luar angkasa melalui penggunaan satelit. Fungsi-fungsi satelit militer antara lain meliputi pengintaian, navigasi, peringatan dini peluncuran rudal balistik oleh musuh, serta komunikasi militer yang memungkinkan operasi militer dilakukan di bumi. Keunggulan militer Amerika Serikat selama beberapa dekade terakhir sangat tergantung pada keberadaan jaringan satelit di luar angkasa.

Namun, keuntungan ini tidak dapat dipertahankan selamanya karena China dan Rusia sedang mencari cara untuk menghapus keunggulan militer Amerika Serikat di luar angkasa. China dan Rusia telah melakukan uji coba senjata anti-satelit yang bertujuan untuk menghancurkan satelit AS di luar angkasa, sedangkan secara non-kinetik, mereka sedang mengembangkan kemampuan serangan elektronik yang dapat mengganggu sinyal satelit sehingga tidak dapat digunakan. Oleh karena itu, penting bagi Amerika Serikat untuk memperkuat keamanan di luar angkasa melalui Space Force dan teknologi canggih untuk mempertahankan keunggulan militer mereka.

Karena itu, Amerika Serikat perlu mencari cara untuk melindungi aset-aset luar angkasanya dari ancaman lawan dan mencegah mereka mengganggu layanan yang disediakan dari luar angkasa. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan diversifikasi konstelasi satelit mereka, menggunakan satelit yang lebih kecil dan lebih murah untuk pengintaian, pendeteksian peluncuran musuh, transfer data dan komunikasi, serta satelit standar komersial yang lebih murah. Inilah fokus dari United States Space Force.

Dalam pidato di Marine Corps Air Station Miramar pada Maret 2018, Trump menyadari pentingnya aktivitas militer di luar angkasa dan menganggapnya sebagai sebuah domain pertempuran baru yang sama pentingnya seperti darat, laut, dan udara. Dia percaya bahwa luar angkasa memiliki peran yang vital dalam keamanan nasional dan oleh karena itu dibutuhkan sebuah angkatan bersenjata yang khusus dan terdedikasi untuk mengurusnya.

US Space Force tidak akan bertugas untuk melawan bangsa alien di belahan Bima Sakti yang berjarak ribuan tahun cahaya dengan senjata laser dan plasma. Sebaliknya, tugas utama US Space Force adalah untuk mempertahankan kepentingan dan dominasi Amerika di luar angkasa, yang merupakan sebuah matra baru. Meskipun ada argumen yang menyatakan bahwa "luar angkasa tidak boleh di-militerisasi" berdasarkan hukum luar angkasa yang ada, US Space Force tetap akan bertindak sesuai dengan strategi keamanan nasional Amerika.

Outer Space Treaty, yang berlaku sejak tahun 1967, memang mengatur aktivitas-aktivitas negara di luar angkasa, termasuk eksplorasi Bulan dan benda-benda angkasa lainnya. Namun, pembentukan US Space Force tidak melanggar perjanjian tersebut. Pasal yang dianggap relevan dalam Outer Space Treaty adalah Pasal 4, yang menyatakan:

"The moon and other celestial bodies shall be used by all States Parties to the Treaty exclusively for peaceful purposes. The establishment of military bases, installations and fortifications, the testing of any type of weapons and the conduct of military manoeuvres on celestial bodies shall be forbidden."

Apakah Outer Space Treaty melarang tindakan militer di luar angkasa yang telah dilakukan atau akan dilakukan? Tidak, yang dilarang oleh perjanjian tersebut adalah penempatan senjata pemusnah massal di Bulan, benda angkasa, dan kegiatan militer seperti ujicoba senjata serta pendirian pangkalan. Meskipun begitu, tidak ada larangan dalam Outer Space Treaty terkait penempatan senjata konvensional di luar angkasa. Meski luar angkasa dianggap sebagai contested domain saat ini karena jaringan satelit AS yang mengelilingi bumi serta upaya China dan Rusia untuk menghambat satelit tersebut, perjanjian tersebut tetap tidak melarang tindakan tersebut.

Biodata Penulis

Al Athaya Sabil Raihan Navaro

Mahasiswa Prodi Ilmu Sejarah

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Airlangga

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image