Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Alpanil Wahid

Pentingnya Pendidikan Akhlak Sejak Dini dalam Perspektif Islam

Agama | Thursday, 04 May 2023, 15:32 WIB

Pendidikan dalam bahasa arab disebut dengan “At-Tarbiyah” adapaun dalam bahasa inggris itu disebut dengan “Education”. Adapun pendidikan menurut istilah adalah tempat untuk membentuk pola pikir, akhlak, dan citra yang baik dalam diri manusia agar supaya seluruh potensi dalam dirinya berkembang.

Adapun dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 terkait dengan system pendidikan juga telah menjelaskan bahwa pendidikan adalah tempat atau wadah untuk membentuk suatu karakter, pola pikir, potensi dan cakrawala keilmuan yang terdapat pada diri manusia.

https://pixabay.com/id/photo/masjid-abu-dhabi-bepergian-putih-615415/

Penanaman pendidikan akhlak harus dimulai sejak anak masih dalam kandungan, kemudian masa emas, hingga dewasa, dan perlu diketahui bahwa masa emas merupakan masa yang sangat penting terutama untuk diperhatikan dan dipahami oleh orang tua. zaman keemasan, perkembangan otak dan tubuh yang terbaik. Selain itu, kepribadian anak juga berkembang pada masa ini, membentuk pola tingkah laku, sikap dan ekspresi emosi. Jika berbagai kebutuhan anak terabaikan pada masa golden age, dikhawatirkan tumbuh kembang anak tidak akan mencapai kondisi terbaiknya. Anak-anak usia 0-6 adalah individu yang unik, dan mereka sangat menyerap.

Islam sangat menekankan pendidikan karakter, yang dikenal dengan kata “akhlak” dalam Islam. Nabi Muhammad juga diutus sebagai penyempurna akhlak manusia. Ajaran Islam mengandung ajaran yang sistematis tidak hanya mengutamakan ibadah dan Mullah, Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak dan contoh pendidikan akhlak ini adalah akhlak Nabi Muhammad S.A.W. Memiliki sifat-sifat yang dikandungnya yaitu shidiq, tabligh, amanah, fathonah.

Maka karena itu pendidikan bukan soal material pembelajaran semata akan tetapi pendidikan juga membentuk atau mengubah pola pikir, potensi, dan akhlak. Karena sebagian ulama mengatakan bahwa “ " الأخلاق قبل العلم artinya akhlak itu sebelum ilmu, sebagai mana Imam Syafi’i beliau belajar adab itu lebih lama dari pada belajar ilmu dan Imam Syafi’i dianugerahi oleh Allah SWT memiliki kemampuan menghafal yang begitu mengagumkan, sehingga apapun kebaikan yang didengar, bisa langsung dihafal olehnya. Rahasianya adalah karena beliau memiliki hati yang bersih, mata yang terjaga dari maksiat, dan telinga yang hanya mendengar kebaikan.

Imam Syafi’i merupakan sosok yang memiliki semangat tinggi dalam menuntut ilmu, dikisahkan bagaimana perjuangan Imam Syafi’i dalam menuntut ilmu ketika di Mekah, berkeliling dari satu ulama ke ulama lainnya. Bahkan, ketika para ulama itu bilang bahwa ilmunya sudah habis semua, mereka mengusulkan kepada Imam Syafi'i untuk pergi ke Madinah bertemu dengan bapak para imam mazhab, yaitu Imam Malik bin Anas.

Ketika sudah sampai di Madinah, Imam Syafi’i akhirnya bertemu dengan Imam Malik. Ternyata Imam Malik tidak sembarangan menerima murid, kemudian beliau bertanya kepada Imam Syafi’i tentang keseriusan belajar, dan membaca kitabnya. Dan yang membuat Imam Malik terkejut adalah ternyata Imam Syafi’i telah hafal kitabnya yang berjudul Al-Muwaththa, yang mampu dihafal Imam Syafi’i hanya dalam waktu seminggu dalam perjalanannya dari Mekah ke Madinah, padahal isi kitabnya melebihi Al Qur'an yang berisi kurang lebih 5000 hadits.

Dan dari cerita di atas bahwa sungguh penting sekali bagi anak putra putri kita di berikan pendidikan agama islam sejak usia dini apalagi terkait dengan akhlak atau adab karena di era perkembangan zaman yang begitu pesat banyak sekali kasus seorang anak yang perilakunya tidak sopan kepada orang tuanya karena tidak menanamkan akhlak sejak usia dini, oleh karenanya di sini orang tua berperan aktif terhadap pendidikan akhlak putra putrinya sejak usia dini sebagai mana Imam Zakiyuddin Abdul Azhim Al-Munziri, At- Targhib Wa Tarhib Minal Haditsits Syarif, mengatakan bahwa Al-Mundziri mengutip tiga hadits riwayat At-Tirmidzi dan Ibnu Majah perihal pendidikan anak. (Zakiyuddin Abdul Azhim Al-Mundziri, At-Targhib wat Tarhib, [Beirut, Darul Fikr: 1998 M/1418 H], juz III, halaman 41).

Pada riwayat At-Tirmidzi ini, Rasulullah saw menyebutkan keutamaan pahala pengajaran orang tua terhadap anaknya perihal norma-norma yang mesti diinternalisasi oleh anaknya. Rasulullah menyebutkan satu pelajaran adab yang diberikan kepada anaknya lebih baik daripada ibadah sedekah makanan pokok seberat 1 sha atau setara 2,7 kilogram gandum.

عن جابر بن سمرة رضي الله عنه قال قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم لأنْ يُؤَدِّبَ الرجلُ وَلَدَه خيرٌ من أن يتصدق بصاع أخرجه الترمذي

Artinya “Dari sahabat Jabir bin Samurah ra, Rasulullah saw bersabda, “Pengajaran seseorang pada anaknya lebih baik dari (ibadah/pahala) sedekah satu sha,” (H.R. At-Tirmidzi).

Oleh karennya orang tua itu lazimnya memberikan pakaian, makanan, dan kebutuhan finansial lainnya, akan tetapi pemberian terbaik terhadap anak ialah memberikan pendidikan dan menanamkan moral dan norma-norma etika, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi.

عن أَيُّوبَ بْنِ مُوسَى عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدًا خَيْرًا لَهُ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ

Artinya; “Dari Ayyub bin Musa, dari bapaknya, dari kakeknya, Rasulullah SAW bersabda: “Tiada pemberian orang tua terhadap anaknya yang lebih baik dari adab yang baik,” (HR At-Tirmidzi)

Maka dari itu fenomena pendidikan akhlak di era globalisasi adalah ketika seorang anak dipanggil oleh ibu/bapaknya anak itu malah cuek/mengabaikan dari perkataan kedua orang tuanya penyebabnya kurangnya pendidikan akhlak itu tersendiri.

Mengapa kita harus menanamkan pendidikan akhlak kepada anak sejak dini? Karena, akhlak merupakan sifat yang tertanam kuat dalam diri seseorang kemudian akan menjelma menjadi suatu perilaku tanpa memerlukan pertimbangan ataupun pemikiran yang mendalam. Maka dari itu jika perbuatan itu baik disebut akhlak terpuji, dan akan tetapi jika perilakunya itu tidak baik maka disebut akhlak tercela.

Oleh karenanya penanaman akhlak sejak dini kepada anak itu akan membantu dirinya dalam bersosialisasi dengan lingkungannya, baik dari ruang lingup keluarga, sekolah, dan ,masyarakat. Karena anak itu apa yang anak lihat, dengar, dan rasakan maka akan ia tiru nantinya maka semua itu harus mengandung Tarbiyah, maka penanaman nilai-nilai dan materi akhlak itu nantinya harus disertai dengan memberi penanaman akan manfaat dan kegunaan anak dalam berakhlak, sehingga nantinya anak paham dan mengerti atas apa yang mereka kerjakan dan ucapkan.

Dan dalam melaksanakan pendidikan akhlak itu pada anak diperlukan Thoriqoh (Metode) yang tepat dalam penyampainnya. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam proses pendidikan atau penanamkan pada anak, antara lain methode Uswah (keteladanan), riyadhah (latihan pembiasaan), mauidhah (Nasehat), dan qishah (bercerita). Maka dari itu proses mendidik maupun menanamkan akhlak terhadap anak harus sesuaikan dengan zaman anaknya berpedoman dengan para ulama sesuai dengan syariat islam. Dengan demikian ketika kita mengikuti cara ulama menanamkan akhlak pada anak supaya menjadi anak sholeh yang suatu saat akan mendo’akan kedua orang tuanya kelak.

*dikutip dari berbagai sumber terpercaya

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image