Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Donyawan Maigoda

Ketika Robot Siap Merebut Pena Kita

Eduaksi | Sunday, 30 Apr 2023, 20:46 WIB

AI, atau kecerdasan buatan, telah menjadi ancaman yang semakin nyata bagi para penulis. Bahkan jika kita telah terbiasa dengan berbagai program pengolahan kata, software pengecek tata bahasa, dan mesin pencari untuk membantu mempermudah pekerjaan kita, AI memberikan potensi yang jauh lebih besar dalam merampas pekerjaan kita.

Bagaimana AI bisa menjadi ancaman bagi penulis? Pertama-tama, AI dapat menghasilkan konten yang hampir tidak dapat dibedakan dari karya manusia. Sebagian besar AI yang digunakan untuk menulis memiliki kemampuan untuk mempelajari dan meniru gaya penulisan manusia, termasuk tata bahasa, gaya, dan bahasa tubuh. Ini membuat AI sangat cocok untuk menulis artikel berita, esai, cerita pendek, dan bahkan buku.

Kemampuan ini sebenarnya sudah terlihat pada beberapa platform, seperti GPT-3 (Generative Pre-trained Transformer) dari OpenAI, yang dapat menghasilkan teks yang tidak hanya memenuhi syarat tata bahasa, tetapi juga cukup alami dan lebih "manusia". Beberapa produk lain yang sudah tersedia dan terus berkembang juga mengikuti langkah serupa. Sebagai contoh, beberapa perusahaan seperti Persado dan Phrasee sudah menawarkan layanan untuk membuat headline, subjek email, dan konten pemasaran lainnya yang optimal.

Selain itu, AI juga bisa membantu meningkatkan efisiensi dalam menulis. Kita mungkin pernah mengalami ketidakmampuan menulis atau writer’s block, tetapi AI tidak mengalami masalah itu. Mereka bisa bekerja selama 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, dan tidak pernah kelelahan atau bosan. Ini membuat mereka sangat cocok untuk melakukan tugas-tugas yang berulang dan membutuhkan waktu, seperti menulis ulang artikel atau membuat daftar.

Dengan semua keuntungan ini, tentu saja ada kemungkinan bahwa AI akan mengambil alih sebagian besar pekerjaan penulisan yang dulunya menjadi tugas manusia. Tidak ada lagi pekerjaan menulis yang "terlalu kecil" atau "terlalu besar" bagi AI, karena mereka dapat menangani apapun dengan cepat dan efektif.

Tetapi di sisi lain, AI juga mempunyai batasan yang belum bisa diatasi. Mereka tidak dapat menciptakan konten yang lebih dari sekadar informasi atau fakta, atau memasukkan emosi dan nuansa yang mendalam. Kita sebagai penulis, mampu menghasilkan karya yang lebih bermakna dan lebih mendalam, yang memikat pembaca dan memberikan perspektif yang unik dan berharga.

Selain itu, AI hanya dapat menghasilkan karya yang memang sudah diatur oleh programmer atau data yang ada. Dalam hal ini, AI sangat terbatas dalam hal kebebasan dan kreativitas. Mereka tidak bisa berimajinasi seperti manusia, dan tidak bisa memberikan sentuhan kemanusiaan dan keunikan yang menjadi ciri khas tulisan manusia.

Kita sebagai penulis, harus tetap berjuang untuk mempertahankan posisi kita dan terus mengasah keterampilan menulis kita. Dengan mempertahankan kreativitas dan kemampuan untuk mengekspresikan diri, kita masih dapat menghasilkan karya-karya yang berbeda dan bernilai bagi pembaca.

Mempertahankan sentuhan kemanusiaan dan keunikannya adalah sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh manusia, yang tidak bisa dicapai oleh AI.
Meskipun AI mungkin menakutkan bagi beberapa penulis, sebenarnya kita bisa memanfaatkan teknologi ini sebagai alat yang membantu kita dalam menulis, bukan sebagai pengganti kita.

Kita dapat menggunakan AI untuk mengoptimalkan pencarian kata kunci, mengedit tulisan, atau bahkan mempercepat proses penulisan. Namun, pada akhirnya, keputusan akhir tentang isi tulisan dan kualitasnya masih ada di tangan kita sebagai penulis.

Jadi, meskipun AI menawarkan ancaman yang nyata bagi pekerjaan kita sebagai penulis, kita masih dapat mempertahankan posisi kita dengan kreativitas dan kemampuan manusia yang tidak dapat disaingi oleh teknologi apapun. Semoga kita dapat terus berkembang dan menghasilkan karya-karya yang berbeda dan bernilai bagi pembaca, tanpa takut akan ancaman AI yang semakin nyata ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image