Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rut Sri Wahyuningsih

Lagi, Berguguran di Jalan Dakwah

Agama | Monday, 10 Apr 2023, 16:28 WIB

"Maaf ya Bu, saya tidak bisa lanjut di kajian ini, tidak ada alasan apapun, dan jika ada pertanyaan mengapa, bukankah tidak wajib setiap pertanyaan ada jawabnya? Semoga silahturahmi kita tetap terjaga di waktu-waktu yang lain, luv yu Bu.."
"Saya izin keluar dari grup Bu, dan sekaligus tidak bisa melanjutkan kajian, saya sudah banyak ikut kajian, semoga silahturahmi kita tetap terjaga, terimakasih Bu".

Dua bait permintaan keluar dari kajian. Ya, apa mau dikata, saatnya daun yang menguning berguguran jatuh ke tanah atau diterbangkan angin dan entah jatuh dimana. Sedih merayap dalam hati, serasa merasa sia-sia mencurahkan segala daya upaya untuk melakukan pembinaan dan pendampingan. Menjawab semua pertanyaan dan memastikan mereka dalam keadaan istikamah. Namun, semua gundah ini berujung pada siapa yang paling bisa membolak balikkan hati?

Bisa jadi inilah momen terindah, balasan dari kesungguhan dalam dakwah, maka diberitahu sejak dini siapa yang siap berjalan beriringan dan siapa yang masih berat dalam hatinya. Sungguh, ar-Rahman ar- RahimNya Allah menguasai sebelum azabNya. Pemberitahuan sejak awal ini jelas akan memudahkan langkah selanjutnya, lebih fokus pada yang tersisa.
Berguguran di jalan perubahan adalah hal yang pasti akan terjadi. Sebab, perubahan menuju arah lebih baik itu sendiri tidak mudah. Jika bukan orang-orang yang berharap berubah dan meyakini ini adalah jalan terbaik yang harus ditempuh maka tak akan berlanjut. Sama seperti pendaki gunung, secara akal sehat, banyak orang bertanya mengapa masih suka naik gunung, apakah karena summits ke puncaknya, indahnya sunrise, atau indahnya kebersamaan?

Padahal pada saat yang sama, rute dari pos satu ke pos selanjutnya menyajikan tantangan, mulai dari medan yang tak mulus, serangan Pacet, hujan, panas dan yang pasti melelahkan. Jawaban para pendaki itu, karena sesungguhnya yang paling menarik dari pendakian itu adalah proses pendakian itu sendiri. Puncak hanya bonus. Di sepanjang perjalananan ternyata mereka menemukan arti perjuangan, bahkan hingga makna keberadaan mereka sendiri di antara ganasnya alam dan lebatnya ekosistem hutan. Ada yang lebih besar dari mereka, ada yang mengatur sedemikian rupa hingga setiap gunung tak sama rasanya, bahkan setiap gunung menyajikan keanggunannya sendiri tanpa manusia mampu menjamahnya.

Dakwah pun demikian, hari ini Islam meski mayoritas di peluk penduduk dunia, namun faktanya Islam juga yang jadi sasaran kebencian kafir bahkan Muslim yang sudah dikuasai Kafir. Islam yang dinashkan Allah SWT sebagai pedoman hidup, dengan meluas dan sadar, kaum Muslim tidak menggunakannya bahkan menggantinya dengan hukum manusia. Pemimpin yang akan mereka pilih guna melanggengkan sistem aturan manusia ini bahkan dipilih melalui sebuah pesta demokrasi, pesta rakyat. Nauzubillah..

Allah SWT berfirman,"Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syaitan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka syaitan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih". (Qs an-Nahl :63). Jelas sekali, saat Allah menurunkan hukumNya, pada saat yang sama Allah pun mengutus para Rasul, bukan satu tapi banyak, dalam rangka membina umat agar sesuai dengan kehendak Allah, namun yang terjadi, setan menjadikan indah perbuatan manusia itu, perbuatan yang justru mendustakan ayat-ayat Allah hingga berpaling dan menaati hukum yang lain, yaitu hukum manusia.

Ada pendapat bahwa mereka yang melanggar terbukti baik-baik saja, meski mereka tidak menerapkan Islam Kaffah sebagaimana yang diperintahkan, mereka tetap bisa menjalankan hidup, bahkan tak jarang lebih baik dari yang tekun dan taat kepada syariat Allah. Pendapat ini terlontar sekaligus membuktikan betapa setan telah menghiasinya seolah-olah kalimat itu benar, harapannya manusia semuanya keluar dari barisan dan menjadi pengikut setan, padahal kelak setan itulah yang menjerumuskan dalam kehinaan neraka, sebab sejatinya merekalah wali yang palsu.

Pembelaan mereka pada manusia, hanyalah jebakan agar manusia lebih dalam masuk perangkapnya. Jadilah manusia membesarkan kemalasan, membanggakan kebodohan. Seolah tidak terjadi sesuatu apapun ketika mereka bermaksiat, namun pernahkah mereka berpikir mengapa orang tak malu berzina? Bunuh diri, membunuh darah daging mereka sendiri, membuang bayi hasil zina, mencuri, menyerang, makan riba, makan babi dengan Bismillah, tidak menutup aurat, bencana banjir, kebakaran, dan lain sebagainya. Apakah hanya dianggap sebuah kenormalan, sebab tidak menimpa diri dan keluarganya? Tak jarang mereka adalah orang tak kekurangan, bahkan memiliki kekuasaan, maka jika jeli, inilah azab Allah yang dimaksud. Tidak ada keberkahan saat mereka melanggar. Semua yang mereka kerjakan sesungguhnya sedang diperhitungkan Allah SWT.

Mereka yang gugur di jalan perubahan, bisa jadi melihat kesulitan hari ini adalah yang terberat sehingga mereka mengaku kalah hingga terlempar keluar dari barisan. Padahal ada hari yang lebih berat dari sekarang, sebagaimana Allah SWT berfirman yang artinya,"Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang Kiamat, “Kapan terjadi?” Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. (Kiamat) itu sangat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi, tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu seakan-akan engkau mengetahuinya. Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya pengetahuan tentang (hari Kiamat) ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Qs al-A'raf : 187).

Semoga mereka yang terlepas mendapatkan hikmah dari apa yang menjadi keputusan. Tak ada hal lain yang kita upayakan selain mengadakan perubahan dan menanggung pedihnya perjuangan itu. Sekali lagi beratnya hari ini tak akan seberat kelak di hari kiamat. Allah swt benar-benar hanya menyandingkan iman dengan amal salih, bukan yang lain. Dan tidak ada amal salih kecuali menurut apa yang sudah Allah turunkan dan Rasulullah contohkan. Wallahu a'lam bish showab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image