Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Puji Lestari

Kualitas Hidup Pasien Haemodialisis (Cuci darah) dan Dukungan Psikologis dari Keluarga

Edukasi | Friday, 17 Mar 2023, 12:08 WIB

Di hari ginjal sedunia yang jatuh di bulan Maret, saya ingin berbagi pengalaman tentang gagal ginjal, haemodialisis, dan bagaimana psikologis pasien haemodialisis. Pengalaman secara langsung saya peroleh, karena selama 12,5 tahun merawat dan mendampingi suami menjalani haemodialisis (cuci darah) di rumah sakit secara rutin, bertemu dengan banyak pasien lain beserta keluarganya yang silih berganti dengan berbagai penyebab dan keluhannya.

Kegiatan rutin yang harus dilakukan pasien HD di rumah sakit pasien bersama orang-orang terdekatnya harus bolak balik tanpa bisa memastikan diri kapan bisa sembuh dari penyakitnya adalah suatu hal yang berat. Bahkan dokter ginjal yang merawat suami, sejak awal sudah memberitahukan pada keluarganya maupun pasien bahwa penyakit gagal ginjal kronis dengan terapi haemodialisis, sudah tidak dapat disembuhkan. Cuci darah memang tidak dapat menyembuhkan gagal ginjal. Namun, perawatan ini dapat membuat pasien merasa lebih nyaman dan memiliki kemungkinan hidup lebih lama dibanding tanpa cuci darah. Berat memang , namun seperti itulah kenyataannya.

Pasien haemodialisis umumnya memiliki tingkat kerusakan ginjal 85 – 90%, dan menjalani terapi cuci darah dua kali dalam sepekan. Untuk suamiku sendiri awalnya satu kali sepekan, namun hanya bertahan selama 3 bulan. Selanjutnya dua kali sepekan, dan pernah selama 2 tahun, menjalani cuci darah 3 kali dalam sepekan. Jadi hampir setiap dua hari sekali ke rumah sakit dengan waktu haemodialisis 4-5 jam. Jika dihitung dengan perjalanan dan antri , kadang bisa memakan waktu 6-7 jam. Hal ini sudah cukup melelahkan , sehingga dokter sering berkata “anggap saja piknik dan silaturahmi ketemu dengan teman-temannya”. Tapi tentu saja “piknik dan silaturahmi” yang kurang menyenangkan bagiku, karena sering terjadi hal yang tak terduga dan tak diinginkan. Namun walau kurang menyenangkan, tetap harus dijalani dan dinikmati dengan sepenuh hati.

proses Haemodialisis pada pasien

Apabila diambil perhitungan minimal dalam satu pekan 2 kali menjalani haemodialisis, dan dalam satu bulan terdapat 4 pekan, maka minimal dia (suamiku) telah menjalani haemodialisis sebanyak 1200 kali. Tentu saja juga disuntik sebanyak itu dengan jarum yang lebih besar dari jarum suntik biasa. Pada proses haemodialisis, darah dialirkan ke luar tubuh dan disaring di dalam ginjal buatan (dialyzer). Darah yang telah disaring kemudian dialirkan kembali ke dalam tubuh. Apabila rata-rata 4 jam menjalani cuci darah, dan 1,5 jam perjalanan, maka maka terdapat 4800 jam menjalani cuci darah, dan 1200 jam dalam perjalanan. Karena proses HD selama 12 tahun dijalani di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang jaraknya cukup jauh. Beruntunglah pasien cuci darah atau haemodialisis biaya cuci dapat ditanggung oleh pemerintah lewat BPJS. Karena sekali tindakan haemodialisis bisa membutuhkan biaya sekitar 750.000 – 1.500.000 bahkan lebih, tergantung pada tipe rumah sakitnya.

Selama 12,5 tahun menjalani HD, suami belum pernah libur atau pamit, karena apabila pasien cuci darah terlambat untuk mendapatkan pelayanan cuci darah akan berdampak tidak baik bagi tubuh. Bisa mual, muntah, bengkak, terasa lelah, dan hal tersebut menunjukkan adanya penumpukan racun. Sehingga kadang perlu haemodialisis “ekstra” yang biayanya tidak bisa ditanggung oleh BPJS. Kadang , seorang pasien selain memikirkan sakitnya, juga masih memikirkan bagaimana mendapatkan biaya untuk sehari-harinya.

Kadang, dengan perawatan cuci darah yang berlangsung lama dan tidak ada tanda-tanda pasien sembuh dari penyakitnya, karena memang dokter juga tidak pernah menjanjikan kesembuhan, membuat penderita atau orang-orang terdekatnya merasa kecewa dan putus asa. Biasanya di tahun-tahun pertama hingga ketiga, banyak yang kemudian mencari pengobatan alternatif yang menjanjikan kesembuhan.

Dukungan psikologis seperti mendorong pasien untuk bisa bersabar, lebih banyak beribadah, tabah untuk menghadapi ujian dan cobaan, dan berbagai bentuk motivasi yang menguatkan jiwanya terkait dengan penyakit yang dialaminya, sangat penting untuk dilakukan, baik dari fihak keluarga dekat (isteri/suami dan anak-anak), saudara, tetangga, maupun teman kerja. Kita harus menjaga perasaan pasien, namun bukan berarti tidak percaya dengan kemampuannya. Begitu pula di tempat kerja, seorang pimpinan dan teman yang baik akan tetap memberikan kepercayaan pekerjaan kepadanya sesuai kemampuannya. Jika dianggap tidak bisa, atau banyak dikurangi beban kerjanya yang seharusnya dia mampu, justru membuat pasien merasa tidak dibutuhkan, tidak dianggap dan mempengaruhi kepercayaan dirinya. Hal ini akan berdampak psikologis yang buruk, dan bisa mengakibatkan tingkat kesehatannya menurun.

Pentingnya Motivasi Bagi Pasien Cuci Darah

Untuk menguatkan semangat pasien cuci darah, motivasi dari lingkungannya terutama orang-orang terdekat pasien akan berdampak baik bagi kesehatan pasien. Motivasi yang diberikan orang terdekat, membuat pasien memiliki semanga, kepercayaan diri dan kekuatan untuk menjalani hari-harinya selama perawatan berlangsung.

Dengan motivasi dari orang terdekatnya membuat pasien cuci darah punya arah dan acuan untuk menjalani kesehariannya dengan penuh kesabaran dan ketabahan. Motivasi yang diberikan juga membuatnya bisa bersemangat, memiliki kesungguhan untuk menjalani pengobatan, selalu memiliki energi yang positif, terbantu dalam melawan rasa sakit sehingga membuatnya bisa “menikmati” rasa sakitnya, merasa tenang dan menjalani hidup seperti orang normal pada umumnya.

Berdasarkan pengalaman pribadi dan hasil pengamatan pada pasien lain, keadaan yang tidak menentu dari pasien, biasanya berlangsung ditahun pertama hingga kedua. Setelah itu , jika mampu menerima dan berserah diri, akan lebih baik keadaannya. Namun jika belum bisa menerima keadaan, yang ada justru terpuruk. Mengendalikan pikiran atau mental agar tidak mudah stres juga menjadi bagian dari upaya individu menjaga dan memelihara kesehatannya. Yang bisa keluarga lakukan untuk pasien adalah selalu mendampingi saat menjalani cuci darah, diberi pijitan-pijitan kasih sayang sambil didoakan, disuapi, atau paling tidak kita sediakan makanan kesukaanya. Agar pasien selalu merasa nyaman saat menjalani HD. Namun, pasien juga dilatih untuk tetap bisa mandiri, sedapat mungkin tidak selalu bergantung pada orang lain.

Bila pasien dapat menata dan mengelola dengan baik pikiran atau mentalnya, bisa pasrah dengan takdir dan tetap menjaga kesehatan badan sebaik mungkin dengan tentu saja dibantu keluarganya, dapat membuat pasien bisa bugar dan dapat menikmati hari-harinya dengan lebih baik. Pasien tetap dapat bekerja sesuai kapasitasnya, dapat mengendalikan emosi, sehat dalam arti bisa menjalani hidup mendekati orang normal, dan mendekatkan diri pada Allah dengan lebih nyata hingga akhir hayatnya. Itulah yang terjadi pada pasien haemodialisis dengan mendapat dukungan penuh dari keluarga, kerabat, dan teman-temannya dia akan dapat meningkatkan kualitas hidupnya dengan lebih baik. (Pjl)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image