Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Gili Argenti

Politik Turki, Erbakan Melawan Sekulerisme

Politik | Friday, 03 Feb 2023, 09:10 WIB

Pasca kejatuhan Khilafah Turki Utsmani di Tahun 1924, Turki menjadi negara sekuler yang memiliki orientasi ke dunia barat, sekulerisme sendiri menurut kamus Oxford adalah kehidupan mementingkan aspek keduniaan, atau dikatakan agama tidak menjadi penting sebagai fondasi perilaku manusia. Proses sekulerisasi Turki dimulai tahun 1920-an oleh Mustafa Kemal Attaturk, mengubah haluan bangsa Turki dari Islam ke sekuler atau dari spiritual ke materialisme.

Kemal Attaturk menggunakan instrumen kekerasan dalam mencabut akar keislaman dari kehidupan bangsa Turki. Ia menghapus jejak-jejak sejarah mengenai kejayaan imperium Turki Ustmani, baginya Ustmaniyah adalah simbol keterbelakangan dan kelemahan. Karena itu masa depan Turki harus lepas dari masa lalu, seutuhnya berorientasi atau berkiblat ke modernitas barat (Burdah, 2014).

Proses sekulerisasi Turki masa kekuasaan Attaturk menempuh beberapa kebijakan. Pertama, pelarangan thariqat sufi serta menutup sekolah-sekolah madrasah diseluruh pelosok negeri. Kedua, pemakaian tarbus atau peci songkok khas kesultanan ottoman dilarang. Ketiga, mengganti tulisan Arab dengan tulisan latin, serta membumikan bahasa nasional Turki. Keempat, melarang jilbab digunakan diinstitusi pemerintahan dan pendidikan (Budiana, 2015).

Sumber : https://www.republika.co.id Foto: lovehabibi.com

Kebijakan sekulerisme tidak berhasil mencabut akar keislaman masyarakat Turki, ketika rezim-rezim pro sekuler berkuasa, meskipun jilbab mengalami pelarangan digunakan di institusi pemerintahan dan pendidikan, muslimah Turki tidak kehilangan akal untuk menutup aurat, mereka menggunakan topi yang menutup seluruh rambut, atau menggunakan wig (rambut palsu) dengan kerah baju ditinggikan menutupi leher mereka.

Generasi Islam Baru Turki

Setelah madrasah ditutup rezim sekuler, banyak pemuda-pemudi Turki akhirnya pergi ke Timur Tengah, khususnya ke Mesir menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar, selama mereka kuliah para mahasiswa ini banyak bersentuhan dengan pemikiran Ikhwanul Muslimin. Mereka intens mengkaji pemikiran Hasan al-Banna, Hasan al-Hudhaibi, dan Sayyid Qutb.

Sepulang studi mereka banyak menerjemahkan buku-buku pemikiran tokoh Ikhwan ke dalam bahasa Turki, mereka menjadi agen transmitter ideologi dari organisasi yang didirikan Hasan al-Banna. Perkembangannya kemudian karya-karya pemikir Ikhwan ini banyak mempengaruhi generasi muda Turki, salah satunya Necmettin Erbakan.

Erbakan sangat terinspirasi tulisan Sayyid Qutb, khususnya tulisan tentang seruan Quthb agar umat Islam secara bertahap melakukan kontrol atas pemerintahan.

Nama Necmettin Erbakan tidak bisa dilepaskan dari simbol kelompok Islamisme Turki, ia merupakan pendiri dari Gerakan Pandangan Nasional (Milli Gorus Hareketi) pada tahun 1960-an. Kelompok Milli Gorus memiliki karakteristik yang sama dengan gerakan Islamis di dunia, senantiasa mengaitkan kemunduran dunia Islam akibat dari kurang komitmennya umat terhadap agamanya, serta tidak menjadikan Islam sebagai pedoman hidup dalam bernegara. Pendukung kelompok Milli Gorus berasal dari mahasiswa, para pedagang, dan kelas menengah saleh tidak terwakili oleh partai-partai sekuler ketika itu (Bubali, Fealy, dan Mason, 2012).

Kelompok Milli Gorus kemudian hari memiliki peran atau andil besar berkontribusi mendirikan partai-partai berhaluan Islam di Turki. Melalui sentuhan Erbakan perjuangan umat Islam Turki ditempuh melalui jalur politik, menggunakan sistem demokrasi sebagai strategi gerakan.

Politik Islam Necmettin Erbakan.

Erbakan mendirikan Partai Sistem Nasional (SN) pada tahun 1970, karena dianggap membahayakan sistem sekuler Turki, penguasa sekuler kemudian membubarkan Partai SN. Dua tahun kemudian, Erbakan kembali mendirikan partai politik yang bernama Partai Keselamatan Nasional (PKN), partai inipun mengalami nasib sama dengan Partai Sistem Nasional yang dibubarkan penguasa sekuler, bahkan Erbakan sendiri masuk penjara, karena dianggap mengecam sekulerisme Turki. Dalam program politiknya PKN sangat kental narasi ideologis sebagai partai Islam dengan menjadikan spirit Khilafah Islamiyah sebagai warisan nasional bangsa Turki harus direbut kembali dari rezim sekuler (Romli, 2020).

Kemudian Erbakan mendirikan partai baru bernama Partai Refah (Partai Kesejahteraan), didirikan pada tahun 1981, partai ini didukung oleh kalangan ulama, ilmuan, industrialis dan masyarakat kelas menengah. Partai Refah memiliki slogan justice is our goal dengan ideologinya Islamis Mili Gorus, sebelum bertarung dalam pemilu nasional, Partai Refah ikut berpartisipasi ke dalam beberapa pemilihan kepada daerah, dan menang di tiga kota, yaitu Konya, Sanliurna dan Van. Dalam pemilu nasional ditahun 1991.

Kebijakan Politik Erbakan.

Partai Refah memiliki program politik sangat ideologis sebagai antitesis dari kebijakan rezim sekuler, diantara program politik itu adalah : Pertama, menerapkan sistem ekonomi berkeadilan dengan menawarkan sistem perbankan tanpa bunga. Kedua, mengurangi peranan barat dengan mengajukan ketidakminatan Erbakan bergabung dalam masyarakat Eropa. Ketiga, berambisi membuat lembaga seperti NATO, menyerukan pembentukan PBB khusus negara-negara Islam, serta mengarahkan Turki berkiblat ke Timur Tengah. Keempat, memberantas kemaksiatan serta mengakhiri sekulerisme Turki, untuk diganti dengan islamisasi. Kelima, berusaha mewujudkan pemerintahan bersih (Hidayat, 2015).

Pada tahun 1995 Partai Refah menjadi pemenang pemilu nasional, sehingga mengantarkan Necmettin Erbakan menjadi Perdana Menteri (PM) Turki, saat menjadi perdana menteri Turki, Erbakan berusaha mengembangkan hubungan baik dengan negara-negara Arab, agar kesejahteraan ekonomi negara-negara Arab dapat dikembangkan ditengah masyarakat Turki. Selain itu, pemerintahan Turki berusaha untuk melaksanakan pendekatan politik multi dimensional dengan negara-negara tetangga. Pandangan politik luar negerinya memiliki dua pilar, hubungan kerja sama yang erat dan persatuan diantara negara-negara Islam. Langkah persatuan diantara negara-negara Islam diwujudkan dengan mendirikan Developing Eight D-8 yang bertujuan membentuk persatuan ekonomi dan politik yang kuat, dengan anggota Turki, Iran, Malaysia, Indonesia, Mesir, Bangladesh, Pakistan, dan Nigeria (Soekanto, 2016).

Melihat haluan politik Erbakan yang dinilai memiliki agenda Islam, maka pihak militer bersama kelompok sekuler menekan Erbakan untuk mundur dari jabatanya, bahkan Partai Refah melalui pengadilan berhasil dibekukan oleh Mahkamah Konstitusi, karena dianggap mempromosikan Islam fundamentalis di Turki. Sebelum dibekukan, pada tanggal 23 November 1997, Erbakan membacakan pidato pembelaan terkait tuduhan dari pihak militer tersebut, dia menolak tuduhan bahwa Partai Refah mengabaikan konstitusi negara. Pembelaan Erbakan ini tidak berpengaruh banyak (Soekanto, 2016).

Erbakan Inspirasi Erdogan

Pasca pembubaran Partai Refah pada bulan Januari 1998, para pendukung Islam politik di Turki berinisiatif untuk mendirikan partai baru, melahirkan dua partai politik. Partai Kebahagiaan (Saadet Partisi) didirikan kubu konservatif, serta AKP (Adalet Ve Kalkinma Partisi) dibawah kepemimpinan Erdogan, wadah kelompok moderat atau pembaharu. Kedua partai dapat dikatakan pewaris ideologi dari gerakan Milli Gorus Hareketi, hanya berbeda dalam strategi gerakan politik.

Pendekatan AKP dalam sistem politik Turki lebih moderat, memperjuangkan nilai subtansi Islam menggunakan argumentasi demokrasi, misalnya AKP menghendaki pencabutan larangan berjilbab dilembaga pendidikan dan pemerintahan, menggunakan narasi kebebasan beragama, bahwa sistem demokrasi itu harus menghormati dan melindungi kebebasan beragama warga negaranya, penggunaan jilbab diruang publik bagi muslimah bentuk dari kebebasam dalam beragama, negara mengaku demokrasi sebagai sistem politiknya, termasuk Turki, harus melindungi kebebasan beragama tersebut. Pencabutan larangan berjilbab di instansi pendidikan, menurut AKP bentuk dari merobohkan sistem diskrimanasi bagi para perempuan, sebab larangan itu telah membuat banyak anak perempuan tidak bisa menerima pendidikan setara dan adil.

Meski pendekatan Erdogan dan Erbakan berbeda, tetapi keduanya memiliki komitmen sama membawa spirit Islam dalam kehidupan bernegara, bentuk penghormatan Erdogan kepada gurunya, ditunjukan ketika Erbakan meninggal dunia, Erdogan turut mengusung keranda Erbakan dengan penuh cinta, diantarkan sampai ke peristirahatannya terakhir.

Necmettin Erbakan sebuah nama terparti abadi dalam panggung politik Turki serta dunia Islam, keberaniannya dalam melawan sekulerisme, telah mendapatkan apresiasi dan simpati dari umat Islam sedunia.

Penulis Berprofesi Dosen FISIP Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA), Ketua Bidang Hikmah Dan Hubungan Antar Lembaga Pemuda Muhammadiyah Karawang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image