Teori Motivasi Menurut Abraham Maslow
Eduaksi | 2023-01-04 09:59:28Abraham Harold Maslow (1908 - 1970) adalah salah seorang pelopor aliran Psikologi Humanistik. Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada 1 April 1908 dan wafat pada tanggal 8 Juni 1970 dalam usia 62 tahun karena serangan jantung. Ia mengambil bidang studi psikologi diUniversity of Wisconsin, dan memperoleh gelar BA pada 1930, MA pada 1931, dan PhD pada 1934. Setahun setelah lulus, ia kembali ke New York untuk bekerja dengan E.L Thorndike di Columbia, dimana Maslow menjadi tertarik dalam penelitian tentang manusia. Dia mulai mengajar di Brooklyn College.
Konsep Dasar Teori Maslow
Konsep Dasar Teori Maslow Abraham Maslow mencela ahli psikologi karena pandangannya yang pesimistik dan negative tentang manusia. Maslow mempunyai pandangan yang berbeda, maslow mempunyai pandangan yang positif tentang manusia, yaitu manusia mempunyai potensi untuk maju dan berkembang. Manusia pada dasarnya baik, setidaknya tidak jahat, manusia akan mengalami pematangan melalui lingkungan yang mendukung dan usaha aktif dari diri sendiri untuk merealisasikan potensinya.
Teori yang dipaparkan oleh Maslow adalah teori tentang needs , yang menyatakan bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan. Kebutuhan tersebut dibedakan menjadi dua yaitu basic needs (kebutuhan dasar) dan meta needs. Maslow menyusun kebutuhan tersebut secara hirarkis dari kebutuhan terendah atau kebutuhan dasar hingga kebutuhan tertinggi yaitu aktualisasi diri. Hirarkis tersebut terdiri dari lima jenis kebutuhan dan itu digambarkan dalam sebuah piramida.
1. Kebutuhan Fisiologis
Motivasi paling dasar manusia adalah untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya demi bertahan hidup (survival). Kebutuhan fisiologis ini misalnya adalah kebutuhan akan makanan, minuman, tidur, seks, dan sebagainya. Seseorang tak akan mencari kebutuhan yang lebih tinggi, misalnya mengejar pendidikan apabila perutnya lapar atau haus. Ia harus memenuhi terlebih dahulu kebutuhan fisiologisnya, baru mencari kebutuhan yang lebih tinggi. Contoh kebutuhan fisiologis dalam kehidupan sehari-hari adalah bekerja untuk mencari nafkah, makan karena lapar atau minum karena haus. Semua hal yang berkaitan dengan respons fisik mendasar termasuk dalam kebutuhan fisiologis menurut Abraham Maslow.
2. Kebutuhan Rasa Aman
Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, barulah muncul kebutuhan jenjang berikutnya, yaitu kebutuhan akan rasa aman . Kebutuhan tingkat kedua, dalam teori Maslow ini, meliputi keamanan dari bahaya fisik dan emosional. Contoh kebutuhan akan rasa aman dalam kehidupan sehari-hari adalah menelpon ambulans ketika terjadi kecelakaan, melapor polisi ketika ada tindakan kriminalitas, dan sebagainya.
3. Kebutuhan Rasa Memiliki dan Cinta
selanjutnya adalah kebutuhan rasa memiliki dan kasih sayang atau cinta Hal ini dilatari dari fitrah manusia sebagian makhluk sosial atau homo socius. Secara mendasar, manusia memiliki rasa agar dibutuhkan orang lain, kebutuhan untuk dicintai, bersosialisasi di masyarakat, dan sebagainnya. Contoh kebutuhan akan rasa aman dalam kehidupan sehari-hari adalah meContoh penerapan kebutuhan sosial dalam kehidupan sehari-hari adalah keinginan untuk menikah karena membutuhkan pasangan, berteman karena perlu interaksi sesama manusia, dan sebagainya.
4. Kebutuhan Penghargaan
Setelah kebutuhan sosial terpenuhi, muncul kebutuhan selanjutnya, yaitu kebutuhan akan penghargaan. Kebutuhan penghargaan ini merupakan pemenuhan ego untuk meraih prestise. Hal-hal yang termasuk kebutuhan akan penghargaan ini, menurut Maslow, adalah kebutuhan akan status, pengakuan, reputasi, martabat, bahkan dominasi. Contohnya dalam kehidupan sehari-hari adalah mengikuti lomba karena ingin menang, seseorang mencalonkan diri menjadi ketua kelas atau pemimpin karena membutuhkan reputasi, atau orang yang mendaftar CPNS karena ingin dihargai di lingkungan masyarakat.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Motivasi tertinggi manusia adalah kebutuhan akan aktualisasi diri, yaitu keinginan untuk mengoptimalisasi potensi dirinya. Sebagai misal, seseorang yang bercita-cita menjadi polisi berhasil mencapai profesi yang ia inginkan. Selanjutnya, ia mengembangkan dirinya agar bisa menjadi polisi profesional dan terus mengoptimalkan potensi, serta mengabdikan dirinya pada masyarakat. Hal demikian yang dikenal sebagai aktualisasi diri, yakni pemenuhan potensi diri, mulai dari sisi cita-cita, keinginan, kreativitas, dan kematangan mental untuk bertanggung jawab terhadap pilihan yang ia putuskan sendiri. Patut menjadi catatan bahwa motivasi dan kebutuhan manusia berbeda-beda tergantung status sosialnya di masyarakat. Sebagai contoh, masyarakat miskin menganggap bahwa kebutuhan makan dan minum termasuk kebutuhan fisiologis
Penulis : Nurul Ma'rifah
Mahasiswa Ilmu Administrasi Publik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.