Menggugah Kepekaan Manusia Ditengah Kemunafikan
Khazanah | 2022-12-31 01:38:47Mencoba Memanusiakan Manusia
"Kenapa engkau tak merasa jijik, saat berbincang-bincang dengan kedua orang gelandangan yang tengah makan". Sebuah pesan yang barusan dikirim oleh teman ku melalui aplikasi ponsel pintarku.
Aku pun tak membalas pesan tersebut.Tapi terus bercengkraman dengan sepasang suami renta. Hingga suara nada dering pesawat telepon selelur ku, yang menghentikan obrolan tersebut.
Kemudian aku pamit pada dua orang tua tersebut.Dalam perjalanan pulang.Teman wanita ku merajuk tak karuan. Sambil mengatakan jika aku bekin malu terus. Diriny tak bakalan mengajak ku lagi, saat dirinya mau pergi kepasar. Sebab, dirinya merasa malu, akibat ulah ku. Karena, semua orang dipasar, mulai dari pedagang hingga para pembeli. Pada menegur dan bertanya kepadakya.
" Kenapa temanmu mau ngobrol dengan para gembel tersebut, apakah saduranya? apa mungkin temanya?". Ujar kawanku, sambil menyandar kan kepalanya dikaca mobil. Usai membeli keperluan di pasar.
Mendapat pertanyaan tersebut. Sambil menyetir, Aku pun sontak langsung memberikan jawaban. Kepada kawan ku, yang anggun terus wangi nan cantik jelita, berlimpahkan harta tersebut.
Wahai Kawan ku, wahai cantik ku. Kedua orang tua kumel plus dekil tadi. Adalah Tunawisma. Dan tanpa sanak saudara, tanpa anak, tanpa penghasilan harian maupun bulanan. Tanpa bantuan pemerintah ataupun lainya.
Sehingga dalam keseharianya selalu begitu. Tiap hari mereka duduk diemperan, untuk memungut sisa-sisa makanan. Serta beberapa barang-barang bekas, seperti botol dan palstik. Untuk dijual ke tempat rongsokan. Meski hasilnya tak seberapa. Tapi cukup membuat mereka bisa tertawa penuh makna.
Dan asal kamu tahu. Tempat buat makan mereka berdua dan tempat buat tidur mereka berdua maupun lainya. Hanya diemperan pojokan ruko pasar, beralaskan kadus bekas. Yang mana rukonya terletak di sudut selatan pasar. Paham!!!.
Pertama kali aku melihat mereka. Jelas sekali, aku langsung terharu. Bukan karena apapun, tapi karena aku sebagai manusia. Lalu aku putuskan segera menghampiri mereka berdua. Tanpa harus mempedulikan keberadan mu, untuk memberikan sesuatu kepada mereka, buat makan mereka, buat pegangan mereka.
Kenapa ku lalakukan itu? Ya, Karena aku sangat malu kepada tuhanku, saat melihat mereka seperti itu. Dan aku sangat merasa kasihan sekali kepada mereka. Bukan karena aku sok-sokan dermawan, sok-sokan pintar, sok-sokan peduli.
Tapi aku menganggap mereka itu adalah manusia ciptaan tuhan, jelas mereka bukan binatang. Bukan juga virus penyakit mematikan. Sungguh sangat berdosa sekali, apabila kita sebagai manusia, selalu mengabaikan keberadaan orang-orang seperti mereka.
Kamu kan melihat sendiri mereka. Tiap hari, yang bisa mereka makan adalah sisa-sisa makanan orang lain. Yang kebetulan dibuang sembarangan. Terkadang juga buah-buahan busuk serta makanan-makanan telah kadaluarsa.
Untuk minumnya pun seadanya, kadang ambil air kran, yang ada di kamar mandi umum, untuk direbus. Kalaupun lagi beruntung, mereka bisa minum air mineral. itu pun tidak setiap hari, mesti harus menunggu dari sisaan orang lain.
Kamu kan tadi melihat sendiri, kondisi tubuh mereka berdua. Sangat kotor sekali, penuh debu dan tanah. Bahkan tak punya baju, untuk menggantikan kaos robek, yang tengah nempel dibadan mereka.
Kenapa seperti itu, karena kalau mereka mau mandi, harus menunggu malam hari. Menunggu saat suasana pasar telah sepi, tak ada aktifitas lalau lalang dan jual beli.
Lihatlah, badan mereka kurus kering, tampak seperti tulang hidup lagi berjalan. Mereka begitu sangat nelangsa sekali, dikala menikmati umurnya yang mulai beranjak senja. Tanpa ada persiapan mencari bekal kematian. Tak ada pula pesiapan kain kafan.
Sebab, mereka sendiri tak tahu. Kalau mati ada yang mau mengurusi mereka apa tidak. Dan ada yang mau mensholatinya mereka apa tidak. Lantaran orang-orang yang selama ini melihat mereka, justru malah pada menjauhinya.
Apa kamu tak merasa kasian?. Mereka itu manusia bukan binatang. Dan jelas mereka itu, adalah makhluk ciptaan tuhan. Kenapa kamu harus malu, saat aku berbicang-bincang dengan mereka. Lalu memberikan sesuatu kepada mereka?
Sungguh. Aku sudah berjanji kepada mereka. Bahwa besok pagi, aku akan kembali lagi kesana. Untuk memberikan baju maupun lainya, kepada mereka berdua.
Sambil berkata kepada orang-orang dipasar. Yang selama ini, sudah tak memperdulikan kondisi mereka, dan membiarkan mereka mengalami penderitaan. Dan aku akan mengatakan kepada semua orang.
Bahwa kedua orang tersebut adalah manusia ciptaan tuhan. Jelas bukan dua ekor binatang. Sama seperti kalian semua, yang juga manusia.
Lantas apa artinya punya agama serta punya tuhan? Apakah kalian tidak merasa malu dengan tuhan kalian? Kenapa sifat kalian masih berani ingkar?.
Tak berapa lama, kawan ku pun meminta diriku, untuk putar balik kepasar. Ternyata dia bercucuran air mata, usai dengan serius mendengarkan penjelasanku.
Dan dengan suara bergetar, sambil meleluk ku dengan sangat erat. Serta terus meminta maaf kepadaku. Lalu berujar, bahwa dirinya manusia yang sombong. Manusia yang hanya melihat dari sudut pandang nafsu dunia. Bukan dari sudut pandang agama dan ketuhanan.
Bahkan dirinya merasa berdosa. Karena setiap hari, membiarkan sebagian manusia seperti mereka kelaparan. Serta abai dan mengacuhkan tangan-tangan yang menengadah, hanya untuk meminta haknya. Sekadar buat makan disaat merasa lapar.
Jangankan buat mengasihi atau berbagi rezeki, menyentuh dan berdekatan saja. Dirinya tak mau melakukannya. Dimana setiap hari, dirinya selalu sibukan dengan kenikmatan dunianya. Yang tanpa malu, untuk mau peduli dan mengasihi kepada sesama manusia.
Tangisan kawan ku itu pun, terus membahana dalam pelukanku. Dia terus menangis pedih, menahan rasa penyesalan yang paling dalam. Sambil berkata dirinya orang punya, serta orang kaya harta, Namun tak peka hatinya.
Dan dia pun terus memeluku, Seraya berucap maafkanlah aku sebagai manusia dan selayaknya manusia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.