Sutanto

    FOLLOW  

Guru MTsN 3 Bantul Sedekah Buku

Eduaksi | Tuesday, 12 Oct 2021, 10:28 WIB

Yogyakarta- Guru Seni Budaya MTsN 3 Bantul, Drs. Sutanto untuk kesekian kali melakukan sedekah buku. Kali ini giliran dia menyerahkan buku ke Kanwil Kemenag DIY, diterima Kasi Kelembagaan Bidang Dikmad, Fahrudin, S.Ag.,MA Senin (11/10/2021).

Adapun buku yang diserahkan, 2 buku solo karya Sutanto Buku Kumpulan 222 Pantun “Untaian Kata Penuh Makna“ dan Kumpulan 15 Cerita Anak “Pahlawan Ketapel” yang diterbitkan melalui Komunitas Yuk Menulis pimpinan Vitriya Mardiyati yang diikuti Sutanto sejak Maret 2020.

Fahrudin mengucapkan terimakasih atas sedekah buku dari Guru Seni Budaya MTsN 3 Bantul tersebut. Menurutnya Buku Cernak Pahlawan Ketapel sangat berguna bagi guru SD/MI yang membutuhkan banyak referensi tentang cerita anak. Buku tersebut dapat dikonsumsi dan bisa dipakai sebagai bahan menanamkan karakter bagi anak didik. Selain itu buku cukup inspiratif, dan karena yang menulis adalah guru madrasah tentunya di dalamnya sudah masuk pendidikan karakter yang saat ini sedang dicanangkan pemerintah. Daripada menceritakan hal yang bersifat khayalan atau kurang mendidik, buku Pahlawan Ketapel sangat pas untuk dipilih.

Sedangkan buku kedua berupa kumpulan 222 pantun bisa memberikan gambaran tempat tempat wisata dan kuliner yang ada di Sleman, Kota dan Gunungkidul. Buku ini juga sangat bagus, sebab bagian sampiran berisi informasi wisata dan kuliner sedangkan bagian isi berupa nasihat sebagai pengingat diri agar menjadi insan yang berpribadi baik.

“Pak Sutanto telah memberikan hasil karya yang luarbiasa. Saya mengharap sekali bapak ibu guru di lingkungan Kanwil Kemenag DIY mempunyai karya seperti dia. Membuat buku bisa bermakna poin untuk dinilaikan sebagai angka kredit dan bernilai koin,” pungkas Farhrudin.

Dalam kesempatan yang sama Sutanto memberikan cindera mata “Buku Gurit Lima Telu” untuk Pranata Humas Kanwil Kemenag DIY, H. Bramma Aji Putra, S.Kom.I.

Bramma menyambut baik dan cukup bangga dengan apa yang ditulis Sutanto berupa kumpulan geguritan yang diberi judul Gurit 53 sesuai umur penulis. Buku bisa menjadi penanda jejak langkah seseorang hidup di dunia ini.

Menurutnya, ada beberapa penulis yang menulis buku sejumlah umurnya. Misal saat berusia 40 tahun dia menukis 40 buku, usia 50 tahun menukis 50 buku. Sedangkan Sutanto membuat bentuk 5 baris, 3 baris untuk setiap geguritan yang dia buat. Karya tersebut luarbiasa apalagi menulis tentang geguritan (puisi berbahasa Jawa) yang patut diperkenalkan kepada generasi milenial. Meski demikian, geguritan dengan Bahasa Jawa ngoko maupun krama tetapi mengangkat konteks kekinian, ada protokol kesehatan terkait Covid-19, penyakit masyarakat, ada tema dakwah seperti pengingat kematian, menjaga lisan. Jadi buku bisa menjadi lahan dakwah untuk jangkauan yang lebih luas.

“Buku itu kelak akan menjadi warisan yang sangat berharga bagi anak cucu kita. Dia akan terus abadi menjadi pahatan terukir, ide, gagasan, benak, wacana dan lontaran-lontaran. pemikiran kita yang itu tertuang melalui tulisan. Terimakasih dan selamat atas terbitnya buku geguritan ini, semoga bermanfaat lintas zaman sampai pada akhir nanti,” pungkas Bramma.