Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Zahro Al-Fajri

Manusia Makin Sadis, Butuh Solusi Komprehensif

Info Terkini | 2024-05-07 21:13:20
Sumber foto: metro.tempo

Berita pembunuhan begitu sering terdengar sepanjang tahun 2024. Parahnya, pelaku pembunuhan ada yang merupakan orang terdekat dari korban. Suami bunuh istri, istri bunuh, anak bunuh orang tua berulang terjadi. Bukan sekedar dibunuh, namun juga ada yang dimutilasi. Lebih pilu lagi, anak di bawah umur pun menjadi pelaku pembunuhan.


Begitu miris melihat kondisi negeri mayoritas muslim ini. Manusia menjadi bengis dan sadis. Nyawa manusia seakan tak ada harganya hingga mudah sekali membuat nyawa manusia lain melayang. Dimana rasa empati, belas kasih, dan kemanusiaan yang seharusnya menjadi fitrah insan?


Kehidupan saat ini begitu jauh dari nilai agama. Agama dikenal sebagai ibadah ritual belaka tapi hidup kosong tanpa tuntunan agama. Manusia dibutakan oleh tujuan yang bersifat materialistis. Kesenangan dunia, hura-hura, uang, kepuasan diri menjadi alasan mereka bertindak. Rasa empati menjadi terkikis ditambah akidah yang rapuh membuat manusia menjadi mampu melakukan segalanya sekedar untuk tujuan dunia bahkan dengan menghabisi nyawa manusia lain. Akidah yang kosong juga manusia menjadi mudah frustasi, stress, dan buta sehingga mudah tersulut amarah dan melakukan hal sadis.


Inilah dampak kehidupan kapitalis, dimana prinsipnya adalah sekulerisme. Sekulerisme berpedoman menjauhkan agama dari kehidupan. Memang kita kenal agama tapi sekedar ranah pribadi. Untuk ranah publik dan kehidupan sosial agama seakan menghilang. Akibatnya akidah manusia rapuh dan menimbulkan banyak permasalahan. Manusia hidup untuk tujuan materi dan kehilangan rasa kemanusiaannya karena mampu menghalalkan segala cara untuk tujuannya masing-masing. Pembuat hukum adalah manusia sehingga tak mampu menyelesaikan permasalahan hidup karena hakikat manusia adalah lemah dan terbatas.


Terlihat jelas, hukum di negara ini tak mampu menjerakan pelaku pembunuhan dan mencegah orang untuk melakukan kejahatan serupa. Hukuman sebatas penjara. Hukuman mati jarang dijatuhkan karena dianggap tidak sesuai dengan hal asasi manusia. Alhasil, manusia semakin sadis dan bengis. Aqidah yang rapuh, kehidupan materialistis, tontonan flexing, hedonis, teladan tindak kriminal yang dengan bebas diakses, tekanan ekonomi yang semakin tinggi, ditambah hukum yang lemah menjadikan manusia semakin mudah melakukan kejahatan termasuk penghilangan nyawa manusia.


Padahal dalam Islam, harga nyawa manusia begitu mahal. Rasulullah bersabda, "Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibanding terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak." (HR An-Nasai, At-Turmudzi).


Islam dengan tegas menyampaikan bahwa pembunuhan adalah dosa besar. Allah SWT berfirman, "Dan barang siapa membunuh seorang yang beriman dengan sengaja, maka balasannya ialah Neraka Jahanam, dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan azab yang besar baginya." (TQS. An-Nisa' Ayat 93).


Bukan hanya dosa besar, namun Allah telah menetapkan bahwa seorang pembunuh harus dihukum di dunia. Hukuman qishos jelas merupakan hukum Allah yang harus ditegakkan dalam kehidupan. Allah SWT berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu (melaksanakan) qisas berkenaan dengan orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya dengan hamba sahaya, perempuan dengan perempuan. Tetapi barangsiapa memperoleh maaf dari saudaranya, hendaklah dia mengikutinya dengan baik, dan membayar diat (tebusan) kepadanya dengan baik (pula). Yang demikian itu adalah keringanan dan rahmat dari Tuhanmu. Barangsiapa melampaui batas setelah itu, maka ia akan mendapat azab yang sangat pedih" (TQS. Al-Baqarah:178).


Jika keluarga korban memaafkan, maka pelaku harus membayar diyat atau denda sebesar 100 ekor unta.


Dengan hukuman yang begitu berat, maka sistem sanksi dalam Islam mampu membuat jera pelaku kejahatan dan mencegah manusia yang lain melakukan kejahatan serupa.
Sistem sanksi ini tentulah juga ditopang sistem Islam yang lain dalam seluruh lini kehidupan. Dalam berkeluarga, pendidikan akidah menjadi pendidikan utama bagi setiap anggota keluarga. Tujuan berkeluarga adalah melahirkan generasi berkepribadian Islam. Pendidikan juga harus sesuai dengan Islam yang bertujuan menciptakan manusia berakidah Islam, taat syariat, dan ahli ilmu yang berguna bagi masyarakat. Segala pemikiran dan tontonan yang tidak sesuai dengan Islam akan dilarang. Sistem sosial dijalankan sesuai syariat. Kehidupan yang penuh tolong menolong dan nasehat menasehati dalam kebaikan.


Sistem pemerintahan dan hukum dilandaskan pada aturan Islam. Pemerintah dalam kaca mata Islam adalah pengurus urusan manusia berlandaskan syariat. Sistem ekonomi pun diatur sesuai syariat.


Dengan demikian, akan lahir manusia yang berakidah Islam dan berupaya menjalankan syariat Islam dalam setiap lini kehidupan. Manusia akan berjalan sesuai fitrahnya dan berperikemanusiaan, penuh empati, dan berkasih sayang. Demikianlah sistem Islam yang mampu menjadi solusi komprehensif dalam menghadapi permasalahan kehidupan.
WaAllahu'alam

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image