Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dr. Abu Fayadh Muhammad Faisal, M.Pd

Mengenal KH. Isa Anshary Pejuang Anti Komunis dari Jawa Barat

Sejarah | Thursday, 30 Sep 2021, 17:54 WIB
Arsip Foto PERSIS

*Mengenal KH. Isa Anshary Pejuang Anti Komunis dari Jawa Barat* (1916-1969 M)

(Pemimpin dan Ulama PERSIS, Ketua Masyumi Jawa Barat dan Pendiri Front Anti Komunis)

1. Nama lengkapnya adalah Mochammad Isa Anshary, Singa Podium dizamannya, penyambung lidah umat, penulis buku Mujahid Dawah yang populer, pendidik kader-kader Islam. Ia di Maninjau, Sumatera Barat pada 1 Juli 1916. Masa kecil dan pendidikan dasarnya ditempuhnya di Madrasah Islam di kampung halamannya. Usia remaja ia sudah mengenal dan sekaligus terjuan ke dunia politik. Di kota kelahirannya itu, ia sudah menjadi kader PSII, Di usia mudanya ia sudah memimpin beberapa organisasi yaitu ketua Persatuan Muslimin Indonesia Bandung, pemimpim Persatuan Pemuda Rakyat Indonesia Bandung, Sekretaris Partai Islam Indonesia Bandung, serta ikut mendirikan Muhammadiyah cabang Bandung.

2. K.H. Isa Anshary sangat disegani, terutama dalam pentas-pentas pergolakan politik. Penampilannya membuat lawan-lawannya kerap menjadi segan. Sebagai tokoh agama sekaligus politisi, dia memang tidak pernah peduli siapa yang berdiri di depannya. Asalkan orang yang dihadapinya memiliki pandangan yang berbeda dengannya, pasti dihadapinya tanpa sungkan-sungkan. Oleh karena itu, tidak aneh, ketika politik diwarnai oleh berbagai pertikaian, intrik, dan dinamikanya di masa Demokrasi Liberal (1950-1957), peran Isa Anshary cukup dominan. Seorang peneliti asing, Boyd R.Compton, melukiskan bahwa semenjak muncul sebagai tokoh nasional di masa itu, Isa Anshary seakan tidak dapat terbendung lagi.

3. Ia sering dinilai tidak bersikap kompromistis terutama pada kelompok PKI. Isa Anshary berbeda dengan sahabatnya, Mohamad Natsir, yang selalu mengandalkan cara-cara persuasif dan nalar. Ambil contoh, bila Natsir dapat berkata, tunggulah!? untuk sebuah sikap atau tindakan tertentu yang dihadapkan kepadanya, tetapi Isa Anshary dengan lantang berseru, tempur saja!? Herbert Feith menyebutnya sebagai figur politisi fundamentalis yang memiliki keyakinan hebat. Oleh karena itu, di jaman Jepang, dengan keberaniannya ia telah mengomandani Gerakan Anti-Fasis (Geraf), biro penerangan Pusat Tenaga Rakyat (Putera) Priangan, memimpin Angkatan Muda Indonesia (untuk persiapan kemerdekaan), serta mengorganisir Majelis Islam yang membentuk kader-kader Islam.

4. Selama memimpin PERSIS, perannya sagat menonjol. Ia selalu memberikan arah dan warna organisasi tersebut. Ia menyadari, pada mulanya aliran yang dikembangkan PERSIS mendapat tantangan dari berbagai pihak. Namun, perjuangan anggota Persis yang tidak mengenal menyerah, membuat sikap itu perlahan-lahan meluntur. Banyak yang akhirnya mengakui kebenaran sikap Persis. Katanya, PERSIS menjadi sumber dan inspirasi kesadaran baru yang menjadi daya gerak kebangkitan umat Islam Indonesia. Aktivitasnya di PERSIS, yang kemudian sempat dipimpinnya untuk beberapa periode, seakan-akan semakin tersemai subur. Ia juga menjadi anggota Indonesia Berparlemen dan menjadi sekretaris umum Komite Pembela Islam. Tidak hanya itu, ia memimpin media Aliran Islam, pembantu tetap Pelita Andalas (Medan) dan Perbincangan.

5. Di bawah bendera Masyumi, Isa Anshary semakin memperkuat posisinya sebagai politisi. Di Jawa Barat, Masyumi bergerak dengan motor dirinya dan menjadikan Masyumi partai pemenang. Tahun 1949, Isa memimpin sebuah kongres Gerakan Muslimin Indonesia. Ia terpilih di jajaran Pimpinan Pusat Masyumi tahun 1951, tetapi tahun berikutnya tidak lagi. Baru tahun 1954 terpilih kembali, namun tergusur lagi dalam susunan tahun 1956 dan 1959. Masih terbilang untung, karena keterlibatan Isa Anshary dan pernyataan politiknya mendapat dukungan dari tulisan-tulisan Ahmad Hassan.

6. Isa Anshary adalah sosok yang jadi momok bagi PKI. Bagi Isa Ansary, komunisme adalah musuh yang paling berbahaya di bumi Indonesia, sebab menganggap agama hanyalah tahayul yang membelenggu pikiran manusia. Ia mengingatkan, penolakan terhadap agama dan nilai-nilai absolut terlihat dari sikap mereka yang tidak bermoral dengan menggunakan teror sebagai instrumen fundamental. Pada bulan September 1954, ia berani terang-terangan membentuk Front Anti Komunis (FAK) sebagai sebuah reaksi akibat semakin bangkitnya komunisme (PKI) di mana PKI sedang subur dan geliat di tanah air. Lembaga ini didirikan bersama beberapa tokoh semisal Rusyad Nurdin, Jusuf Wibisono, dan Syarif Usman itu semula diposisikan sebagai kelompok penekan (Pressure Group

7. Font Anti Komunis (FAK) meskipun didominasi oleh orang-orang Masyumi, lembaga itu juga menghimpun partai-partai yang sealiran. Setidaknya, ada dua alasan yang melandasi pembentukan front itu. Pertama, di bawah Kabinet Ali Sastroamidjojo, PKI semakin kuat, terutama saat mendapat perlindungan Kabinet. Saat itu, PKI memegang posisi penggerak di parlemen, karena dukungannya mutlak diperlukan kabinet. Kedua, pembukaan Kedutaan Besar Uni Sovyet dan RRC, yang dukungannya kepada PKI tentu tidak diragukan lagi. Boyd menyebut kedutaan itu dengan istilah Kedutaan Moskow dan Peking.

8. Isa Anshary sosok mujahid dan pemimpin umat yang tidak mengenal lelah dalam berkhidmah kepada agama, umat dan bangsa. Sepanjang akhir hayatnya ia tetap bekerja untuk umatnya, mendidik kader-kader muda Islam dan berceramah keliling dan terus berdakwah tanpa lelah, Pada 11 Desember 1969, meninggal dunia di RS Muhammadiyah Bandung. Beliau wafat didekat sahabatnya Ustadz E. Abdurrahman. Ketua Umum Persis yang menggantikannya.

(Disarikan dari Tesis Penulis: Latief Awaludin di Pascasarjana Program Pemikiran Politik Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2004: “Respons Persis terhadap Persoalan Politik Indonesia 1945-1965”)

Seruan❗

Ayo adakan Nobar Film G30SPKI di daerah/wilayah Anda tinggal

"Ayo Nobar/nonton bareng film Pengkhianatan G30S/PKI setiap tanggal 30 September. Pasang bendera Merah Putih setengah tiang. Kumpul di rumah, majelis, madrasah, pesantren, perkantor, gedung pertemuan, lapangan terbuka, alun-alun, hotel, restoran dan sebagainya ".

Yang Berlokasi di Bekasi Raya Kota dan Kabupaten silahkan merapat Nobar Film G30SPKI

Info By

#TolakKomunis/PKI

*Abu Fayadh Muhammad Faisal Al Jawy al-Bantani, S.Pd, M.Pd, I, M.MPd*

(Aktivis Anti Pemurtadan dan Aliran Sesat, Praktisi dan Pengamat PAUDNI/Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal, Aktivis Pendidikan dan Kemanusiaan, Domisili Saat ini di Bekasi Raya Kota dan Kabupaten Bekasi/Babelan City.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image