Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rozali Jauhari Alfanani

Pandemi Berlalu: Saatnya Melepas Rindu dan Mengempas Sendu

Lomba | Saturday, 25 Sep 2021, 22:26 WIB
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyampaikan konferensi pers terkait virus corona di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (2/3/2020)/ANTARA Foto/Sigid Kurniawan.

Senin, 2 Maret 2020 merupakan suatu masa yang tidak akan pernah dilupakan begitu saja oleh seluruh rakyat Indonesia. Mengapa demikian? Sebabnya tidak lain ialah diumumkannya secara resmi oleh pemerintah yang dalam hal ini dilakukan langsung oleh Presiden Joko Widodo bersama Menteri Kesehatan saat itu, Terawan Agus Putranto. Di beranda Istana Merdeka, Jakarta, kedua tokoh yang kelak menjadi kunci penanganan penyebaran virus Corona tersebut menyampaikan terdapat dua kasus positif pertama yang terdeteksi di Indonesia. Booom! Sontak hal itu semacam menjadi alarm bagi seluruh warga bangsa bahwa Corona Virus Disease yang selanjutnya disebut Covid-19 telah masuk dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Saat ini, genap 2 tahun 6 bulan sudah berlalu sejak pengumuman resmi terdeteksinya Covid-19 di Indonesia. Lelah, resah, hingga pasrah merupakan tiga diksi yang menggambarkan suasana lahir batin masyarakat. Mulai dari yang tingkat ekonominya menengah ke bawah hingga dengan kondisi menengah ke atas, Covid-19 yang berstatus pandemi tersebut pun telah terdampak. Suasana pandemi telah mampu mengubah banyak hal dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan, sosial kemasyarakatan, ekonomi, politik bahkan berbagai hal yang berkaitan dengan ritual keagamaan merasakan langsung dampaknya. Hampir semua sektor tersebut tidak mampu mengelak dari “serangan” Covid-19 yang semakin hari semakin menimbulkan kekhawatiran.

Perubahan gaya hidup orang Indonesia akibat pandemi virus corona (Liputan6/Foto: RB Consulting)

Dunia pendidikan misalnya, selama masa pandemi Covid-19 ini menjadi salah satu bidang yang mengalami dampak signifikan. Pembelajaran dilakukan secara daring, pertemuan tatap muka dibatasi, ragam kebijakan pendidikan pun bermunculan hingga berbagai efek turunan lainnya yang menguras tenaga dan pikiran. Di bidang sosial kemasyarakatan pun tidak kalah banyak dampak yang ditimbulkan oleh situasi pandemi. Agenda tahunan seperti mudik lebaran, liburan sekolah dan tahun baru maupun aktivitas sosial lainnya, selama itu akan menimbulkan kerumunan maka wajib hukumnya ditiadakan sementara. Hal ini tentu berdampak signifikan bagi keberlangsungan aktivitas sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

Suasana pembelajaran sistem Hybrid (Tatap muka dan daring) di MAN 2 Kota Bima/Dokpri

Tidak berhenti di situ, pandemi Covid-19 juga menyasar aktivitas perekonomian masyarakat. Banyak disaksikan mengenai sulitnya bertahan hidup di tengah pandemi, terutama bagi masyarakat yang memang mengandalkan pekerjaan yang membutuhkan interaksi sosial tinggi, berpenghasilan tidak tetap dan berada dalam garis kemiskinan. Memang, berbagai jenis bantuan sosial dari pemerintah, pihak swasta, donatur maupun relawan dikucurkan. Akan tetapi, tentu tidak akan sanggup mengimbangi situasi perekonomian di masa pandemi yang serba sulit dan susah.

Aktivitas keagamaan pun tidak lepas dari akibat yang ditimbulkan oleh kemunculan virus yang pertama kali dideteksi di Wuhan, Tiongkok tersebut. Ritual-ritual keseharian maupun perayaan hari besar keagamaan pun dibatasi dan dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang sangat ketat. Para pemeluk agama pun diimbau untuk bisa melaksanakan berbagai ritual ibadahnya di rumah saja.

Bahkan, psikologi masyarakat pun terdampak. Buktinya, sempat terjadi kepanikan yang luar biasa di tengah masyarakat. Hal itu disebabkan banyaknya terjadi informasi palsu atau hoaks yang beredar, khususnya di media sosial. Pun dengan situasi di lapangan, terjadi panic buying terhadap masker, obat penambah imunitas hingga produk yang dianggap dapat membuat tubuh kebal dari virus corona. Tidak hanya itu, kelangkaan oksigen, penuhnya rumah sakit hingga banyak tenaga kesehatan yang berguguran pun makin menambah rasa cemas terkait penanganan Covid-19 di Indonesia. Ditambah lagi dengan kejutan paling tidak beradab dan berperikemanusiaan dari para pemangku kebijakan mulai setingkat RT hingga menteri yang melakukan korupsi terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan penanangan Covid-19. Sungguh masa-masa yang begitu sulit dialami oleh seluruh lapisan masyarakat.

Namun pada akhirnya, setelah hampir setahun dilanda kecemasan, kebingungan dan ketidakpastian, memasuki tahun kedua mewabahnya Covid-19 terdapat kabar baik yang sedikit bisa melegakan. Pasalnya, alat testing (pengujian), tracing (penelusuran), tracking (pelacakan) dan treatment (perawatan) pun semakin banyak dan canggih. Vaksin Covid-19 dalam berbagai variannya pun telah berhasil diproduksi meskipun virus corona juga terus melakukan mutasi dan menghasilkan berbagai varian baru. Kebijakan pemerintah dengan beragam nama dan cara pelaksanaannya pun telah dirasakan dampaknya yang cukup signifikan dalam menekan laju penyebaran dan penularan Covid-19.

Setidaknya, harapan untuk bisa menghadapi bahkan mengakhiri pandemi Covid-19 ini masih ada dan terbuka lebar. Dalam hal ini, menurut survei yang dilakukan oleh Katadata Insight Center pada 29 – 30 Maret 2020 secara daring terhadap 2437 responden dari 34 provinsi menunjukkan beberapa harapan yang akan dilakukan oleh masyarakat jika pandemi berlalu. Harapan-harapan tersebut dipersentasekan sebagai berikut: Bersykur kepada Tuhan (20,8%); Beraktivitas seperti sedia kala (19,9%); Liburan (15,0%); Mudik (12,1%); Menerapkan pola hidup sehat (8,7%); Berkumpul bersama teman (8,6%); Beribadah di tempat ibadah (3,2%); Kembali kuliah/belajar tatap muka (2,5%); Memulihkan perekonomian keluarga (2,2%); Mencari pekerjaan (1,8%); dan Respon lainnya (5,2%). Hal tersebut tentu membutuhkan usaha bersama dengan tetap mengindahkan anjuran pemerintah untuk membatasi mobilitas, menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Vaksinasi Covid-19 kepada guru di Mal Tangerang Selatan/Merdeka.com/Arie Basuki

Kini, vaksinasi masyarakat terus dikebut hingga mencapai target minimal 70% sebagai syarat mencapai Herd Imunity (Standard WHO). Zona merah di berbagai wilayah juga makin berkurang. Kasus penularan dan kematian makin menurun serta tingkat kesembuhan meningkat. Tampaknya, meskipun nantinya harus hidup berdampingan dengan Covid-19 sebagai endemi, tidak mengapa asalkan masa kritis ini berlalu sehingga seluruh warga bangsa bisa segera melepas rindu dan mengempas sendu.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image