Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dra. Raudatul Jannah, M.Pd.I

Andai Pandemi Pergi, Kembali Bersemangat untuk Belajar

Lomba | Saturday, 25 Sep 2021, 19:48 WIB

“Bu guru kapan masuk sekolah?’. Pertanyaan yang sering dilontarkan oleh murid-murid saya ketika pembelajaran daring berlangsung. Pertanyaan yang akan di iyakan oleh teman-temannya dengan penuh harap. Mereka ingin segera kembali belajar di sekolah seperti sebelum adanya pandemi Covid 19.

Covid 19 melanda hampir seluruh negara-negara yang ada di dunia tidak terkecuali Negara Indonesia. Covid 19 masuk ke Indonesia awal bulan Maret 2020. Sesuai dengan yang telah disampaikan oleh bapak Presiden Joko Widodo yang mengumumkan dua kasus pertama positif virus corona (Covid-19) di Indonesia. Dua orang ini sempat berinteraksi dengan warga negara Jepang yang juga lebih dahulu dinyatakan positif terjangkit corona.

"Seorang ibu yang umurnya 64 tahun dan putrinya yang berumur 31 tahun dicek oleh tim kita. Ternyata pada posisi yang sakit. Dicek, dan tadi pagi saya mendapatkan laporan dari Pak Menkes bahwa ibu ini dan putrinya positif corona," ujar Jokowi di Istana Merdeka (Republika, 2 Maret 2020).

Adanya pandemi covid-19 ini, menyebabkan diterapkannya berbagai kebijakan oleh pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19. Diantaranya pemerintah menghimbau kepada masyarakat untuk menjaga jarak diantara mmereka, menjauhi aktivitas dalam segala bentuk kerumunan, perkumpulan, dan menghindari pertemuan yang melibatkan banyak orang.

Pandemi Covid 19 mengharuskan kita tinggal di rumah untuk memutuskan mata rantai penyebarannya. Anak-anak yang biasanya setiap hari pergi ke sekolah harus belajar dari rumah (BDR). Awalnya murid-murid menjalani pembelajaran online dengan senang hati. Tapi lama-lama mereka merindukan bertemu teman-temannya, menginginkan bermain, mengobrol , dan bercerita tentang kegiatan seru ang mereka lakukan.

Pandemi Covid 19 menguji kesabaran semua orang dari berbagai lapisan. Tua muda, laki-laki maupun perempuan, tak terkecuali murid-murid sekolah dari seluruh Indonesia.

Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan yang terdampak Covid 19. Adanya segala bentuk kerumunan, perkumpulan, dan pertemuan yang melibatkan banyak orang bisa terjadi di sekolah. Karena itu sekolah ditutup dan pembelajaran di lakukan secara daring atau online.

Harapan kita semua agar pandemi segera berlalu., dan saya bisa menunaikan kembali tugas saya sebagai seorang guru.

Hampir dua tahun Covid 19 masih belum selesai, pemerintah terus berusaha menekan melajunya Covid 19. Vaksinasi dan penggunaan masker di masyarakat terus digencarkan. Harus kita syukuri Covid 19 mulai menurun karena kegigihan pemerintah dalam menekan laju perkembangannya.

Ketika ada berita “Mendikbudristek Nadiem Makarim pada Senin (23/8) menyatakan vaksinasi tidak menjadi persyaratan penyelenggaraan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Meski demikian, sekolah boleh menggelar PTM selama berada di zona PPKM level 1-3 dan tenaga pengajarnya sudah mendapatkan vaksin.” (Rina Nur Anggraini/Erlangga Bregas Prakoso/Arif Prada/Anom Prihantoro | Antara), memberi harapan baru untuk kembali mengajar.

Rasa syukur kehadirat ilahi dan tak terbayangkan kebahagian andai pandemi pergi. Pergi dari bumi tercinta Indonesia. Harapan yang tak boleh pupus diiringi ikhtiar dan doa.

Andai pandemi pergi, kalimat pendek yang terus ada dalam harap dan melambungkan angan saya untuk melakukan pekerjaan yang sudah dilakukan seperti sebelumnya, ketika belum ada pandemi. Melakukan rutinitas setiap hari sebagai ibu dalam rumah tangga dan seorang guru.

Yang terpenting bagi saya, andai pandemi pergi adalah hilangnya rasa kekuatiran bahkan ketakutan dalam melakukan setiap kegiatan, kekuatiran akan tertular Covid 19 dan menulari orang lain. Harus selalu waspada kemanapun atau melakukan apapun di luar rumah karena virus Corona atau COVID-19 ini merupakan jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui. https://www.biofarma.co.id

Andai pandemi pergi maka kehidupan normal akan berjalan kembali. Menunaikan rutinitas pagi-pagi, pergi berbelanja ke pasar kecil. Di pasar tak perlu menoleh kanan-kiri lagi mencari yang sepi pembelinya agar tidak berkerumun. Saya bisa beli dimana saja saya bisa dapatkan barang yang baik, sayuran segar, ikan segar, tahu, tempe, dan lainnya.

Saya akan menyapa tetangga yang juga berbelanja, bersalaman dan bertanya kabar sekedarnya tanpa rasa kuatir kalau dia sedang terpapar covid. Pulang ke rumah cuci tangan dilanjutkan memasak dan menyiapkan sarapan untuk keluarga. Setelah itu siap-sipa pergi ke sekolah.

Saya mengajar di sekolah dasar swasta di salah satu kota yang ada di Jawa Timur. Pagi-pagi berangkat dengan motor, wajah pakai masker agar tidak terkena polusi udara. Sampai di sekolah bersalaman dengan guru-guru yang sedang berdiri sambut salam untuk menyambut murid-murid yang dating ke sekolah. Murid-murid akan bersalaman dengan guru-guru yang ditemui mereka tradisi di sekolah tempat saya mengajar.

Andai pandemi pergi, saya ingin mengajar lebih baik, mengajar yang bermakna bagi murid-murid saya.

Saya melanjutkan langkah menuju kelas tempat saya mengajar. Bertemu murud-murid yang sudah terlebih dahulu datang, dan menunggu mereka yang masih dalam perjalanan menuju ke sekolah. Andai pandemi pergi, murid-murid akan mendekat ke meja saya. Mereka mengobrol apa saja dengan saya, tentang pelajaran, tentang kegiatannya di rumah, ataupun sekedar memberi tahu bahwa semalam dia sudah belajar.

Mereka juga ada yang bercerita bagaimana teman-teman di mobil antar jemputnya, kejadian dengan teman di rumah dan lainnya. Senang sekali melihat mereka bersemangat untuk belajar untuk belajar di sekolah.

Bel sekolahpun berbunyi menandakan waktu belajar akan segera dimulai. Andai pandemi pergi murid-murid akan berebut berlari ke luar kelas untuk berbaris, Biasanya dua barisan untuk putra dan dua barisan untuk putri. Anak-anak dengan dunia mereka yang suka bermain dan bercanda kadang berebut tempat untuk berdiri paling depan. Saya hanya tersenyum melihat tingkah mereka. Kecerian yang masih belum bisa dilihat saat ini.

Ketua kelas memimpin barisan dan doa akan masuk kelas. Mereka mengatur dan merapikan sendiri barisannya dengan pimpinan ketua kelas. Saya mengawasi mereka . Saya berdiri di depan pintu kelas menunggu murid-murid masuk kelas.

Setiap murid yang akan masuk kelas akan bersalaman dengan saya. Bagi saya sebagai guru waktu bersalaman saya manfaatkan untuk melihat dan mengetahui keadaan murid-murid, melihat wajahnya, barangkali ada sesuatu yang membuat dirinya tidak nyaman. Menggenggam tangannya sambil merasakan suhu normal tangannya barangkali ada yang kurang sehat atau demam. Hal-hal kecil yang diam-diam saya perhatikan terhadap murid-murid saya sebelum memulai pelajaran.

Pelajaran segera dimulai setelah berdoa terlebih dahulu. Diawali dengan kegiatan literasi selama 15 menit. Kegiatan literasi bertujuan untuk menumbuhkan kecintaan membaca murid-murid. Seperti pada lazimnya guru mengajar, pelajaran akan dimulai dengan memberi pertanyaan tentang pelajaran sebelumnya. Kemudian dilanjutkan pada pelajaran inti.

Banyak metode yang bisa kami terapkan ketika pelajaran berlangsung. Bisa tanya jawab, diskusi, demondtrasi, dan lainnya. Andai pandemi pergi murid-murid akan dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mengerjakan tugas. Mereka akan mengejakan tugas yang saya berikan bersam kelompoknya. Duduk rapat dan berkumpul dengan kelompoknya, dilanjutnya dengan mempresentaikan hasil dari diskusi kelompoknya.

Di lain waktu pada pembelajaran yang berbeda, setiap kelompok akan menukar hasil pekerjaannnya untuk diperiksa oleh kelompok lainnya tanpa ada rasa kuatir kalau diantara mereka ada yang sakit dan akan menularkan sakitnya. Andai pandemi pergi kecerian mereka mengerjakan tugas bersama-sama akan menambah semangat mereka untuk belajar dan mendapat ilmu lebih banyak serta bisa bersosialisasi dengan baik.

Ada satu kegiatan yang sangat ditunggu-tunggu oleh murid-murid yaitu pergi outdoor learning ke luar kota. Antusias mereka akan kegiatan ini sungguh luar biasa. Kami pergi bersama-sama naik bus. Di dalam bus kami bernyanyi-nyanyi bersama, mermakan makanan kecil yang dibawa dan bersenda gurau. Kegiatan bersama yang sangat dirindukan murid-murid. Andai pandemi pergi kegiatan ini pasti sudah mulai direncanakan, baik tempat tujuan dan kegiatan yang akan dilaksanakan.

Andai pandemi pergi, dalam setiap semester di sekolah kami ada kegiatan talent day dan market day. Talent day sebagai wadah bakat dan minat murid dalam bidang seni dan olah raga. Sedang market day untuk menumbuhkan jiwa entrepreneur murid-murid yang ada di sekolah kami.

Kegiatan ini akan dilaksanakan secara bergantian di setiap jenjang kelas. Kegiatan yang dilaksanakan di luar kelas dengan panggung terbuka. Kegiatan ini berlangsung meriah, karena kedua kegiatan diadakan secara bersama-sama untuk saling mendukung dan mempererat kebersamaan kami. Banyak orang tua hadir dalam kegiatan ini sebagai penyemangat kegiatan putra-putrinya. Andai pandemi pergi anak-anak akan sibuk mempersiapkan diri untuk tampil di panggung atau berjualan aneka makanan dan minuman.

Andai pendemi pergi semua program kegiatan di sekolah akan berjalan. Murid-murid bisa belajar lebih semangat dan lebih baik. Mendapat ilmu dan memiliki akhlah yang mulia. Semangaaat .

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image