Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Mikrobiota Usus Berdampak Signifikan pada Perilaku Sosial Kita

Gaya Hidup | Tuesday, 21 May 2024, 09:22 WIB
Mikrobiota usus pengaruhi perilaku dan kognitif kita. Foto: preventomics.eu.

MIKROBIOTA usus -- sebuah ekosistem yang beragam dari bakteri, virus, dan jamur dalam saluran pencernaan kita -- memainkan peran penting dalam kesehatan kita, dan mempengaruhi lebih dari sekadar pencernaan.

Penelitian terbaru telah mengungkap dampak signifikan mikrobiota usus kita pada fungsi kognitif, emosi, rasa keadilan, dan bahkan perilaku sosial kita.

Sebuah penelitian yang melibatkan hewan telah memberikan wawasan yang meyakinkan terkait masalah ini. Misalnya, tikus yang dibesarkan dalam kondisi steril, bebas dari kehidupan mikroba, menunjukkan kesulitan dalam interaksi sosial mereka. Temuan ini menunjukkan adanya hubungan yang mendalam dan penting antara mikrobiota usus kita dan perilaku sosial.

Namun, menerapkan temuan berbasis hewan ini pada kesehatan manusia adalah hal kompleks. Para peneliti masih menjelajahi jalur saraf, kekebalan, dan hormonal spesifik yang memungkinkan mikrobiota usus berkomunikasi dengan otak.

Meskipun korelasi antara komposisi mikrobiota usus dan keadilan telah dicatat, mekanisme yang tepat tetap tidak jelas, mendoorong para ilmuwan untuk terus mengungkap hubungan rumit ini.

Hilke Plassmann, dari Universitas Sorbonne dan Insead, memberikan gambaran mengenai jalur potensial untuk interaksi ini.

“Ekosistem usus berkomunikasi dengan sistem saraf pusat melalui berbagai jalur, termasuk saraf vagus,” catat Plassmann, seperti dikutip earth.com.

Komunikasi ini juga mungkin melibatkan sinyal biokimia yang mendorong pelepasan neurotransmitter seperti dopamin dan serotonin, yang penting untuk kesehatan otak.

Untuk mengeksplorasi apakah mikrobiota usus manusia secara langsung memengaruhi pengambilan keputusan, Plassmann dan timnya beralih ke “permainan ultimatum,” sebuah uji perilaku yang mengukur respons terhadap keadilan.

Dalam permainan ini, satu pemain membagi sejumlah uang antara dirinya dan pemain lain, yang dapat menolak tawaran jika merasa tidak adil.

Skenario ini menguji "hukuman altruistik," di mana menolak tawaran yang tidak adil bertujuan untuk menjaga kesetaraan daripada keuntungan pribadi.

Studi ini melibatkan 101 partisipan, dibagi menjadi dua kelompok selama tujuh minggu. Satu kelompok menerima suplemen diet yang mengandung probiotik dan prebiotik, sementara yang lain menerima plasebo. Kedua kelompok bermain permainan ultimatum pada awal dan akhir periode studi.

Pada akhir studi, kelompok yang diberi suplemen menolak secara signifikan lebih banyak tawaran yang tidak seimbang, menunjukkan sensitivitas yang ditingkatkan terhadap keadilan, dibandingkan dengan kelompok plasebo, yang tidak menunjukkan perubahan perilaku.

Evaluasi biologis memberikan keingintahuan lebih lanjut. Peserta yang awalnya memiliki ketidakseimbangan bakteri yang lebih besar menunjukkan perubahan paling nyata dalam mikrobiota usus mereka dan sensitivitas tertinggi terhadap keadilan setelah suplementasi.

Terutama, peserta ini juga menunjukkan penurunan kadar tirosin, prekursor dopamin, yang menunjukkan mekanisme biologis potensial yang berperan.

Meskipun terlalu dini untuk mengklaim bahwa bakteri usus dapat mengubah rasionalitas dan keterbukaan kita terhadap pertimbangan sosial, Plassmann tetap optimis tentang arah penelitian. “Hasil baru ini mengklarifikasi jalur biologis mana yang harus kita lihat,” katanya.

Ide bahwa modifikasi diet bisa memengaruhi pengambilan keputusan dan keadilan kita dengan mengubah mikrobiota usus kita membuka kemungkinan menarik untuk penelitian masa depan.

Area studi yang sedang berkembang ini tidak hanya menyoroti kompleksitas biologi manusia, tetapi juga menunjukkan cara inovatif yang suatu hari mungkin kita bisa meningkatkan interaksi sosial dan kesehatan mental kita melalui pilihan diet, dipandu oleh pemahaman tentang mikrobiota kita.

Di luar pengambilan keputusan dan keadilan, mikrobiota usus juga telah dikaitkan dengan berbagai kondisi kesehatan dan penyakit. Studi menunjukkan bahwa ia memengaruhi obesitas, diabetes, dan kesehatan kardiovaskular.

Ketidakseimbangan bakteri usus, yang dikenal sebagai disbiosis, terkait dengan penyakit autoimun seperti penyakit Crohn dan rematoid arthritis. Bukti yang muncul menunjukkan peran dalam perkembangan kanker dan respons terhadap terapi.

Selain itu, mikrobiota usus memengaruhi kesehatan mental, dengan kaitannya dengan kecemasan, depresi, dan gangguan spektrum autisme. Diet, antibiotik, dan gaya hidup secara signifikan memengaruhi mikrobiota usus.

Penelitian yang sedang berlangsung bertujuan untuk memanfaatkan pengetahuan ini untuk pengobatan personal, probiotik, dan intervensi diet untuk mempromosikan kesehatan secara keseluruhan dan pencegahan penyakit.

Studi lengkap terkait masalah ini telah dipublikasikan dalam jurnal PNAS Nexus, belum lama berselang.***

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image