Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Khoirul Amin

Festival Seni, Suarakan Semangat, Cinta Budaya, hingga Waspada Pandemi

Eduaksi | Saturday, 24 Jul 2021, 13:02 WIB
Pengambilan video tari kreasi Festival Seni Siswa oleh pelajar SMAN 1 Dampit (dokpri)

SEMANGAT dan pesan moral di tengah pandemi diusung para pelajar di ajang Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) SMA Kabupaten Malang belum lama ini. Ini ditunjukkan dalam berbagai ekspresi dan apresiasi yang ditampilkan pada ajang festival ini.

Isu pandemi memang diselipkan dalam tema FLS2N SMA tahun ini, dan harus tercermin dalam pada penampilan 11 (sebelas) cabang lomba. Hal ini muncul dalam kreativitas, ekspresi dan improvisasi saat unjuk karya atau penampilan semua peserta.

Ekspresi dan penghayatan penuh semangat seperti ditunjukkan sejumlah peserta dari SMAN 1 Dampit Kabupaten Malang. Yakni, pada penampilan membaca puisi, vokal solo dan tari kreasi.

Nabilatul Trinata, peraih juara 1 FLS2N SMA Kabupaten Malang

Dalam baca puisi misalnya, yakni 'Sajak Buat Negaraku' karya Kriyapur, dan 'Dari Diam mu' karya Ajib Risydi, harus dibawakan dengan intonasi dan ekspresi bagus, yang menggambarkan sesuai isi dan suasana puisinya.

"Sajak Buat Negaraku berisi tentang semangat dan optimisme, sehingga harus dibacakan dengan intonasi lebih dan dengan banyak improvasi ekspresi," kata Nabilatul Trinata, siswi SMAN 1 Dampit yang berhasil meraih juara 1 baca puisi di ajang FLS2N SMA ini, Rabu (22/7/2021).

Bagi Nabilatul, bisa membacakan puisi dengan bagus tidaklah mudah. Ia harus latihan rutin selama sepekan. Selama latihan gaya berubah-ubah dan mencoba improvisasi, dan yang paling sering diubah dan diperbaiki adalah intonasi sesuai isi puisi yang dibacanya.

Semangat untuk bangkit juga ditunjukkan dalam tari kreasi 'Lintang Panjer Wengi', yang dibawakan Nanda Putri Wulandari. Tarian ini menceritakan tentang kondisi pandemi yang juga harus dihadapi anak-anak kini. Cerita tarinya tentang gadis desa yang selalu ceria, namun berubah banyak bersedih karena kondisi pandemi.

"Lintang Panjer Wengi berarti bintang paling terang, sebagai cerminan semangat dan harapan untuk tetap bisa bangkit. Gerak tari murni buatan sendiri, dibawakan dalam waktu 4,23 menit. Ada gerakan tari memakai masker. Gerakan tari tradisional juga digabungkan, seperti Bapang, Remo, dan Jaipong," beber Nanda Putri.

Tak sekadar lomba, siswi kelas XII-IPA ini tari juga menjadi seni yang ingin tetap dilestarikan. Karuan saja, ia mewarisi darah seniman dari sang ibu sebagai penari tradisional, tari Remo. Nanda Putri juga sering tampil menari di berbagai acara dan hajatan. Kebetulan ia bisa menarikan banyak tari tradisional, seperti Beskalan Putri, Jaipong, Topeng Bapang, dan Grebeg Sabrang.

Sementara, juara vokal solo didapatkan Defriza Sandy Febriano. Saat lomba ia harus menyanyikan lagu pop 'Telalu Lama Sendiri' dan lagu daerah berjudul 'Manuk Dadali.' Keduanya dibawakannya dengan penghayatan dan teknik vokal tepat dan bagus.

Defriza Sandy mengaku, sudah mencoba dan mampu menguasai vokal jenis nada apapun. Dalam menyanyi, menurutnya yang harus benar-benar dikuasai dengan baik adalah pengaturan nafas agar vokal bisa sampai untuk nada paling tinggi sekalipun. Bernyanyi juga harus rileks, dan ekspresif, sehingga bisa mengajak penonton terbawa lagu yang dinyanyikan.

Siswa kelas XI-IPA ini juga pengalaman bernyanyi dalam paduan suara. Menurutnya, vokal solo lebih mudah, dan teknik vokal paling sulit adalah vibra. Untuk lagu daerah 'Manuk Dadali,' diakuinya bercengkok enak, namun tempo lagunya cepat dan agak sulit bahasanya, dengan dialek Sunda.

Ketiga pelajar berbakat seni dan sastra SMAN 1 Dampit ini pun tetap tertantang unjuk kemampuan tampil dengan berkolaborasi. Seperti musikalisasi puisi, yang digabung dengan ilustrasi tarian. (amin)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image