Challenge Generasi Milenial, Agent of Change BSI lebih Eye Catching!
Eduaksi | 2021-05-24 00:28:22Berbicara generasi muda, generasi milenial muncul berbagai macam pandangan tentang generasi milenial. Jangan dikira jika generasi milenial menjadi beban bagi generasi-generasi sebelumnya, judgement generasi micin, mager alias malas gerak dan generasi yang sukanya instant menjadi label bagi generasi milenial, tapi ada tapinya. Semua itu jika dilihat dari sudut pandang negatif, padahal dalam Islam diajarkan untuk selalu berbaik sangka dan berhusnudzon kepada Allah SWT sebagaimana yang tercantum dalam QS. Al-Hujurat ayat 12 dan H.R Muslim no. 4849. Nah, jika kepada sang pencipta saja harus dan bisa untuk berhusnudzon mengapa tidak kita lakukan hal yang sama kepada generasi milenial. Bagaimana akan maju jika sebelum melakukan sesuatu sudah tidak dipercaya. Generasi milenial pasti punya sisi positif untuk mematahkan pandangan yang kurang sesuai terhadap mereka.
Menepis pemikiran-pemikiran atau stigma negatif tentang generasi milenial saat ini, pasti perlu adanya pembuktian, karena jika asal cakap semua orang pasti bisa, namun yang lebih dibutuhkan adalah aksi nyata bukan fiktif belaka, istilah kerennya Talk less, do more. Generasi milenial pasti juga membutuhkan kebutuhan harian, layaknya manusia pada umumnya. Butuh makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dan lain sebagainya dalam memenuhi kebutuhan tersebut pasti tidak jauh dari yang namanya UANG. Lantas, apa peran generasi milenial? Apa hubungannya dengan UANG? Tanpa kita sadari generasi milenial dapat menjadi pilar dan pondasi untuk mendongkrak perekonomian bangsa kita, yaitu bangsa Indonesia dengan melalui daya beli yang tinggi, kecapakan bertransaksi, mahir perhitungan dan kalkusi serta melek teknologi khususnya dalam bidang finansial atau keuangan (seperti fintech). Melansir dari artikel dari Kanwil DJKN Banten Kementerian Keuangan Republik Indonesia menyebut jika meledaknya konsumsi gadget dan internet oleh generasi milenial secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada selling channel penjualan (Budi, 2020). Nah, hal inilah yang dapat menjadi tonggak untuk mendobrak salah satu perbankan yang sedang happening akhir-akhir ini, yang melakukan merger untuk menjadi syariah dengan ukhuwah. Siapa lagi kalau bukan BSI, Bank Syariah Indonesia. Bank Syariah Indonesia sangat diuntungkan dengan melakukan merger dari tiga bank besar di Indonesia yaitu BRI Syariah, BNI Syariah dan Bank Mandiri Syariah. Keuntungannya apa? dan apa keterlibatan milenial dengan hal itu? Jelas ada keuntungannya, dengan adanya merger dari ketiga Bank, aset dari BSI akan dikelola oleh ketiga pihak yang lebih memiliki resource atau sumber daya yang lebih banyak, tentunya lebih berkompeten dan profesional. Intinya adalah untuk mencapai aman dan amanah. Selain itu, Bank BSI menjadi Bank yang besar dan memberikan peluang yang tinggi bagi setiap personal untuk menjadi bagian dari Bank BSI. Lalu, milenial dapat mengambil peran dengan menjadi Agent of Change atau sebagai agen untuk melakukan perubahan untuk memberikan pengaruh besar bahkan lebih besar dari mergernya Bank BSI.
Apa saja hal yang dapat dijadikan kebanggaan milenial untuk dapat bermanfaat bagi Bsnk Syariah Indonesia? Pertama, edukasi dan tarbiyah. Maksudnya adalah para milenial menjadi agen perubahan dengan melakukan kajian, mempelajari, mendalami segala ilmu dan terapan praktis dalam sektor perbankan dengan sesuai syariat agama Islam atau syari. Generasi milenial dapat mengikuti berbagai macam pelatihan atau kursus untuk menjadi seorang ahli keuangan atau banker dengan identitas yang syariah. Dilansir dari Kompas.com bahwa Wakil Presiden Maruf Amin kerap membicarakan prospek sistem ekonomi Islam/Syariah yang menilai memiliki prospek bagus tidak hanya ditinjau dari segi keuangan namun juga industri halalnya, bahkan social fund-nya (Kasih, 2020). Selain pernyataan tersebut, ternyata di Indonesia juga memiliki banyak universitas atau perguruan tinggi yang membuka program studi tentang ekonomi syariah, seperti yang dituliskan pada Kompas.com terdapat setidaknya 9 Universitas/perguruan tinggi, seperti Universitas Diponegoro, Universitas Padjajaran, Universitas Indonesia, dan lain sebagainya (Kasih, 2020). Kurang apa lagi, sudah yakin pasti jika milenial dapat menjadi pendobrak BSI sebagai perbankan dengan prinsip syariah, karena jelas-jelas sudah didukung oleh pemerintah dan banyak institusi atau perguruan tinggi yang menyediakan atau siap untuk mencetak insan-insan milenial yang siap mengabdi untuk perekonomian syariah. Intinya mencetak sumber daya manusia yang berkompeten untuk Bank BSI yang gemilang.
Tidak hanya berhenti pada hal tersebut, peran yang kedua generasi milenial juga dapat menjadi Agent of Change Bank BSI dengan menjadikan Bank BSI sebagai pusat perhatian publik. Tidak tanggung-tanggung, bahkan lingkup global. Bagaimana caranya? Dengan pemahaman dan wawasan yang lebih yang dimiliki oleh generasi milenial terkait dengan canggih dan pesatnya kemajuan teknologi, menjadi mudah untuk berbagi informasi dan mengajak berbagai pihak untuk melakukan sesuatu. Pada Channel Youtube milik Film Maker Muslim (FMM) misalnya yang melakukan upload konten video dengan judul TRAILER HARMONI CINTA Tayang di Channel Bank Syariah Indonesia pada 8 April 2021 yang sudah ditonton lebih dari 5.900 kali dengan jumlah like sebanyak lebih dari 185 like. Mengangkat miniseries menjadi sebuah ajang untuk mengenalkan Bank BSI, prinsip kerja, lingkungan BSI dan berbagai macam kelebihan Bank BSI dikemas dengan romansa dan kearifan lika-liku alur drama. Hal ini juga dikerjakan dan dilibatkan generasi-generasi muda atau generasi milenial, jadi secara tidak langsung generasi milenial ikut melakukan sounding jika BSI bisa menjadi prioritas perbankan di Indonesia. Artinya, generasi milenial memiliki kreatifitas yang tinggi dan inovasi untuk memperkenalkan suatu hal yang baru dengan cara pendekatan yang mudah diterima berbagai kalangan dengan tetap memperhatikan pesan yang ingin disampaikan. Tambahan juga, tidak hanya terbatas film atau miniseries namun juga dapat direalisasikan dengan melakukan promosi atau iklan dalam bentuk poster, webinar, kampanye dan cara-cara yang out of the box yang mungkin tidak terpikirkan dan tentunya kekinian.
Berikutnya adalah menjadi pionir untuk menggalakan budaya literasi, karena salah satu hal yang menjadi problem adalah rendahnya literasi masyarakat terkait dengan perkembangan dan pertumbuhan Bank Syariah. Padahal dalam Islam perintah pertama kali yang muncul adalah iqra atau bacalah, pelajarilah dan pahamilah. Dari hal tersebut dapat dijadikan sebagai sebuah anjuran yang wajib untuk dilakukan, karena dengan memperkaya wawasan akan menambah pengetahuan dan hal tersebut akan memudahkan setiap tindakan untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT. Para milenial dapat menggalakan giat semangat membaca dan semangat literasi dengan menjadi duta yang mengajak kalangannya untuk lebih update dengan segala perkembangan yang ada pada Bank Syariah, khususnya Bank BSI. Para milenial dapat ikut serta untuk menjadi kepanitiaan atau menjadi peserta seperti kegiatan menulis esai atau karangan dengan berbagai pendekatan sektor seperti bisnis, edukasi, kesehatan dan sektor lainnya yang dapat bersinergi dengan adanya Bank BSI. Kemudian, tentu tidak lupa untuk mengajak sesama dengan membagikan hasil goresan tulisan tersebut melalui berbagai macam platform. Selain itu, karena minat literasi muncul dari berbagi faktor. Para milenial juga dapat menyediakan berbagai macam opsi pilihan untuk membangkitkan hasrat dan gairah untuk aware tentang pentingnya literasi terhadap perkembangan Bank BSI. Caranya bagaimana? Dengan menyesuaikan berbagai macam metode belajar yang dimiliki oleh masing-masing orang. Gaya belajar auditori misalnya, seseorang akan lebih mudah mengerti, paham atau terkesan atas suatu informasi atau penyampaian yang disalurkan melalui suara. Hal ini dapat menjadi terobosan lagi bagi para milenial dengan membuat seperti popcast untuk berbagi seputar perkembangan dan pertumbuhan Bank BSI dengan gaya bahasa dan pembawaan yang kekinian atau melantunkan berbagai macam lirik yang dilagukan seperti nasyid atau akapela yang berisi ajakan untuk lebih bangga dengan lahirnya kiblat perbankan di dunia syariah di Indonesia yaitu Bank Bank Syariah Indonesia. Kemudian, jika merujuk pada gaya belajar seseorang yang bersifat visual, maka dapat menjadikan aktivitas seperti mengajar, membuat video digital, membuat cerita bergambar atau kartun yang unik dengan tokoh-tokoh yang menarik untuk diingat banyak pembacanya atau ajakan lainnya untuk mengajak berliterasi secara dua dimensi atau bahkan tiga dimensi dan masih banyak cara-cara lainnya yang menyesuaikan dengan cara belajar masing-masing orang. Hal ini juga harus menjadi konsen milenial sebagai Agent of Change karena dilansir dari Bisnis.com (Richard, 2021) bahwa Pengamat Ekonomi IPB Universitas Irfan Syauqi Beik mengatakan lebih kurangnya jika perbankan syariah dinilai masih menorehkan kinerja baik namun memiliki kendala atau hambatan dari permasalahan literasi syariah masyarakat yang masih rendah. Hal tersebut terbukti dari data yang dipaparkan sejumlah literasi keuangan nasional berada di kisaran 38% hingga 39%. Sementara itu, literasi keuangan syariah nasional baru berada di kisaran 8% sampai 9% saja.
Masih ada lagi peran generasi milenial untuk menjadikan Bank BSI sebagai Bank yang istilahnya lebih eye catching. Dengan menjadi bagian untuk membuat layanan atau produk-produk digital Bank BSI. Banyaknya layanan yang disediakan oleh Bank BSI tidak terlepas dari proses brainstorming para pakar IT, programming, dan software engineering untuk menemukan ide-ide baru untuk memudahkan nasabah dalam melakukan transkasi dengan aman dan nyaman. Hal tersebut melibatkan anak-anak muda yang memang jago dibidangnya. Generasi milenial lagi-lagi dapat menjadi bagian untuk mengambil andil untuk menjadikan transformasi BSI menjadi lebih eye catching.
Terakhir, generasi milenial sebagai agent of change dengan menjadi perantara Bank BSI untuk menjadi sponshorship dalam berbagai kegiatan tentunya yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Generasi milenial dapat menjadi narahubung atau human resource untuk mempromosikan Bank BSI untuk menjalin kerjasama dengan organisasi eksternal maupun internal yang diikuti atau diketahui oleh generasi milenial, baik dalam perusahaan, institusi pendidikan, unit kegiatan tertentu atau event-event yang dapat menjadi daya tarik untuk dapat lebih mengenal Bank BSI, seperti kegiatan bazar amal, open donation atau kegiatan sosial lainnya. Bayangkan jika ada sponshorship Bank BSI, terdapat logo Bank BSI bertebaran dimana-mana, hal tersebut akan menambah trust dan interest masyarakat untuk lebih percaya dan menggunakan Bank BSI sebagai partner of life mereka dalam dunia keuangan.
Beberapa hal diatas dapat dijadikan sebagai kiat-kiat untuk generasi milenial sebagai Agent of Change agar Bank BSI menjadi lebih dikenal dan memberikan dampak besar bagi segala aspek dan lini kehidupan masyarakat. Namun, tidak hanya menjadi Agent of Change saja, para milenial juga memiliki tanggung jawab lebih untuk menjawab segala tantangan atau challenge agar membuat Bank BSI lebih Eye Catching. Para milenial juga harus menjawab tantangan-tantangan berikut:
1. Brand Ambassador Bank BSI, setiap diri dari para milenial bisa menjadi brand ambassador untuk memperkenalkan Bank BSI dalam keseharian. Para milenial dapat melakukan marketing atau pemasaran dengan menjunjung nilai-nilai religius dan konsep yang diajarkan oleh agama Islam. Para milenial dapat menerapkan prinsip ekonomi syariah dengan kaffah atau secara penuh dan totalitas. Hal ini memberikan efek positif dalam kehidupan baik duniawi maupun bekal untuk kehidupan ukhrawi. Bagaimana tidak, dengan penerapan prinsip sesuai dengan ajaran Islam generasi milenial yang memiliki kecenderungan memiliki perilaku konsumtif akan lebih cermat untuk menentukan skala prioritas yang dibutuhkan, selain itu juga menjauhkan dari praktik-praktik yang diharamkan oleh Islam seperti riba, menggunakan bunga dan sebagainya yang jelas memberatkan atau merugikan salah satu pihak. Karena pada prinsipnya dalam ajaran agama Islam dan ekonomi Islam mengajarkan untuk tidak berlebih-lebihan dan mempertimbangkan segala sesuatu berdasarkan urgensi dan kepentingannya serta prinsip kelapangan dengan berasas keadilan. Jadi, tantangan yang pertama adalah menjadi Brand Ambassador untuk tampil hemat dengan pilihan prioritas cermat dan adil. Para milenial dapat membagikan cerita atau kesannya ketika menerapkan praktik ini kepada sesama untuk mengajak dan menyeru kepada kebaikan. Lagi-lagi ini akan menambah citra Bank BSI sebagai Bank yang merupakan berkah untuk seluruh umat.
2. Para Milenial sebagai Personal Branding untuk Bank BSI. Jika ulasan-ulasan sebelumnya menjelaskan tentang beberapa peranan milenial untuk menunjukkan eksistensi Bank BSI. Pada bagian ini akan menjabarkan tantangan bagi para milenial dituntut untuk menjadi Personal Branding sebagai pengguna, pengembang atau bahkan pemilik aset/saham dari Bank BSI. Personal Branding yang dimaksud adalah para milenial harus menerapkan setiap tindakan dan track record atau meneladani rekam jejak bagaimana Rasulullah SAW berbisnis yaitu dengan menerapkan sikap-sikap sebagai berikut:
a) Jujur (apa adanya), para milenial dapat dengan jujur menjadi nasabah Bank BSI untuk selalu terbuka dengan segala persoalan yang dihadapi saat menjadi nasabah Bank BSI kepada pihak Bank BSI. Dengan seperti itu maka keduanya akan menjalin korelasi yang positif dan bersikap saling membangun. Penjelasannya adalah para milenial sebagai pengguna Bank BSI akan merasa jika keluhan atau kekurangan yang didapati dari layanan yang disediakan Bank BSI tersampaikan dan dapat diperbaiki atau ditingkatkan, kemudian dari pihak Bank BSI juga akan melakukan evaluasi diri terhadap segala bentuk macam masukan, kritik dan saran dair berbagai pihak artinya Bank BSI juga akan menjadi organisasi perbankan yang terbuka dan tidak tutup telinga dengan berbagai macam problema atau fenomena yang terjadi terkait kondisi Bank BSI sendiri. Tentunya saran, masukan atau kritik yang bersifat membangun.
b) Profesional, pada sifat ini milenial ditantang untuk profesional dalam mematuhi segala bentuk kebijakan atau aturan yang sudah ditetapkan oleh Bank BSI. Dengan perilaku yang profesional secara tidak langsung Bank BSI juga ikut berperan aktif sebagai perbankan yang mengajarkan untuk patuh terhadap pimpinan atau dalam Islam Ulil Amri. Bank BSI akan menjadi wadah untuk para milenial belajar patuh dan taat dalam melakukan segala perintah-perintah ajaran agama Islam dalam bermuamalah. Hal positifnya adalah sifat dan karakter ini jika dikembangkan akan mencetak calon-calon milenial yang memiliki orientasi untuk membangun peradaban dan kemajuan umat bukan hanya kepentingan diri pribadi atau ego yang mengikuti hawa nafsu.
c) Sabar, sifat berikutnya yang menjadi tantangan untuk milenial adalah sifat sabar. Dalam melakukan muamalah Bank BSI juga menerapkan urutan prioritas dan pelayanan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kesabaran yang harus diyakini para milenial adalah sabar dalam menerima setiap tanggung jawab yang diemban ketika menjadi nasabah atau promotor dari Bank BSI. Tentunya, dengan nilai sabar yang diterapkan akan memberikan hikmah jika segala sesuatu pencapaian membutuhkan proses yang tidak mudah atau melalui birokrasi sesuai dengan masing-masing instansi atau organsisasi.
d) Ramah, sikap ini menjadi penting untuk menggambarkan jika Islam sebagai agama yang cinta akan perdamaian. Islam dapat dicerminkan dalam perilaku para milenial pengguna layanan Bank BSI yang memiliki keramahan saat melakukan transaksi atau kegiatan lainnya dengan Bank BSI. Selain hal ini menjadi tuntutan bagi para milenial, tentu hal ini juga pastinya mutlak diterapkan oleh setiap stakeholder dari Bank BNI, seluruh komponen dari Bank BNI, tidak terbatas pada mereka-mereka yang bekerja didepan layar seperti customer service atau teller namun mereka-mereka juga yang bekerja dibalik layar. Dengan situasi dan kondisi seperti ini, akan menciptakan atmosfer yang nyaman untuk saling melakukan kegiatan transaksi dengan harmonis dan penuh kekeluargaan. Serasa sebagai saudara satu tubuh, yang ketika satu mengalami kesulitan, saudara lainnya juga merasakan hal yang sama.
3. Milenial yang tidak rasis, kemudian tantangan berikutnya adalah menghilangkan akar rasisme dari para milenial untuk tidak melakukan tindakan atau aksi yang saling menjatuhkan atau tidak mendukung perkembangan perekonomian bangsa Indonesia. Maksud dari pernyatan tersebut adalah para milenial sebagai pengguna Bank BSI dapat mencintai Bank BSI tanpa harus menjelek-jelekkan Bank lain, meremehkan atau merendahkan Bank lain. Sejatinya setiap orang memiliki penilaian masing-masing dan setiap diri pribadi seseorang berhak untuk hal tersebut. Cukup para milenial menunjukkan kebanggaannya atas merger-nya Bank BSI dengan menunjukkan kepuasan sebagai nasabah atau pengguna Bank BSI, memberikan pengaruh positif dengan berbagi manfaat dengan menjadi nasabah Bank BSI atau bahkan menolong sesama dari hasil yang didapatkan dari Bank BSI. Rasisme sangat dikhawatirkan karena rasis tindakan yang mendorong kemunduran dan sikap yang tidak sportif yang wajib untuk dihindari.
4. Menjadi bagian untuk mewujudkan visi dari Bank BSI. Seperti yang diketahui Bank BSI memiliki visi yaitu Menjadi Salah Satu dari 10 Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Kapitalisasi Pasar Secara Global Dalam Waktu 5 Tahun Ke depan. Bukan khayalan atau angan-angan semata 10 besar atau Top Ten merupakan pencapaian yang besar jika hal tersebut benar-benar dapat dicapai. Bank BSI bisa mencapai hal tersebut tentu salah satunya dengan bantuan para milenial, Bank BSI bisa melebarkan sayapnya di kancah internasional dengan memberdayakan para milenial untuk menjadi delegasi dari Bank BSI dalam berbagai kegiatan seperti delegasi, seminar atau kerjasama dengan berbagai organisasi perbankan yang ada di dunia. Para milenial yang memiliki kemampuan berkomunikasi dan kecakapan ekonomi syariah yang memadai dapat menjadi narahubung yang pantas untuk mewakili Bank BSI di dunia. Tantangan ini cukup besar dan menjadi pekerjaan rumah bagi para milenial itu sendiri, maupun Bank BSI. Tentunya semua tantangan tersebut harus diawali dengan niat dan kesungguhan untuk mengerjakannya. Kemudian jangka waktu lima tahun, merupakan jangka tahun yang umumnya digunakan untuk menentukan dan menetapkan target besar atau biasa disebut dengan rencana strategis atau renstra. Dilihat dari segi ini Bank BSI sudah siap dengan berbagai perencanaan untuk menetapkan tujuan organisasi, kemudian ini semua tetap bergantung lagi kepada People, Process dan Techonology, pastinya tetap memperlibatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang cakap dan berkompeten seperti para milenial. Ini merupakan langkah dan batu loncatan yang baik dan harus dipertahankan oleh Bank BSI dan dapat dijadikan atau ditangkap sebagai sebuah peluang besar bagi para milenial. Kemudian tantangan para milenial untuk mewujudkannya adalah para milenial dapat membuat Vision Board untuk merencanakan juga semangat untuk mewujudkan visi dari Bank BSI. Hal ini juga dapat direfleksikan dari quotes yaitu If you fail to plan, you plan to fail artinya jika kamu gagal dalam merencanakan sesuatu berarti kamu juga merencanakan suatu kegagalan.
Tentunya misi ini bukan sebuah mission impossible, namun tidak dapat dipungkiri hal ini membutuhkan berbagai macam bantuan baik dukungan secara moril maupun materiil dari berbagai pihak. Pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan, Bank Syariah Indonesia merupakan tiga pihak yang dapat mendukung secara penuh. Dengan begitu semangat gotong royong dari para milenial dapat dikobarkan untuk menjadi generasi milenial yang diharapkan. Seperti kata-kata dari founding father, pendiri bangsa Indonesia yaitu Ir. Soekarno yang mengatakan Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia". Sedemikian rupa Bung Karno memberikan analogi bahwa betapa besar dan kuatnya kemampuan para pemuda, para generasi milenial jika dapat diarahkan dan melakukan aksi atau tindakan sesuai dengan koridor. Bahkan mengalahkan 1000 orang tua, karena apa, karena para milenial dirasa memiliki kesempatan yang lebih dari pada orang tua atau generasi sebelumnya. Milenial memiliki kesempatan nikmat lebih pada umumnya berupa nikmat kesehatan, nikmat kekuatan dan nikmat kemampuan kecapakan dalam berpikir untuk menjadi seorang cendekiawan dan problem solver. Dengan semangat yang seperti ini, Bank Syariah Indonesia pun bisa mengguncang dunia.
Poin utama dari seluruh ulasan ini adalah janganlah menggunakan cara lama atau cara klasik untuk mendapatkan hasil yang berbeda, maksudnya adalah jangan terjebak dengan zona nyaman atau berbangga atas segala pencapaian yang sudah diraih. Ambisi dan orientasi untuk evaluasi dan memperbaiki diri harus tetap tertanam bagi para milenial untuk memperbaiki tatanan kehidupan, khususnya ekonomi syariah di Indonesia. Kemudian seperti quotes yang sering didengar atau bahkan tak asing lagi di telinga kita yaitu dont judge the book by its cover, sederhana namun memiliki makna yang dalam terkait ulasan ini, berikan kesempatan dan peluang bagi para milenial untuk show up dan meunjukan kemampuan baik soft skill maupun hard skill yang mereka miliki, karena tidak selalu generasi zaman now atau generasi milenial membawa kemudharatan. Justru, masih banyak kemaslahatan yang diberikan untuk memajukan perbankan dalam jalur syariah sesuai tuntunan syariat agama Islam. Dengan kondisi seperti ini yang terus menerus konstan dilakukan atau bahkan ditingkatkan, tidak akan mustahil jika generasi milenial dipercaya menjadi Agent of Change untuk Bank Syariah Indonesia yang lebih eye catching.
Daftar Pustaka:
Budi. (2020). Generasi Millennial Sumber Ide. Kanwil DJKN Banten. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-banten/baca-artikel/13270/Generasi-Millennial-Sumber-Ide.html
Kasih, A. P. (2020). Mengenal Jurusan Kuliah Ekonomi Islam dan Prospek Karier Menjanjikan. KOMPAS.Com. https://edukasi.kompas.com/read/2020/01/30/18485461/mengenal-jurusan-kuliah-ekonomi-islam-dan-prospek-karier-menjanjikan?page=all
Richard, M. (2021). Literasi Rendah, Pertumbuhan Kinerja Bank Syariah Terkendala. Bisnis.Com. https://finansial.bisnis.com/read/20210406/231/1376956/literasi-rendah-pertumbuhan-kinerja-bank-syariah-terkendala
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.