Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Gita alfitrie agustin

Pembelajaran Mikro: Solusi Guru Hadapi Siswa yang Sulit Fokus

Pendidikan | 2025-12-27 14:51:58
ilustrasi Gambar: Gemini Ai

Pernahkah Anda memperhatikan siswa atau anak Anda yang tampak gelisah saat harus mendengarkan penjelasan lebih dari 10 menit? Jika ya, Anda tidak sendirian. Di era gempuran konten TikTok, Reels, dan Shorts, dunia pendidikan sedang menghadapi tantangan besar yang disebut dengan penurunan rentang perhatian atau rentang perhatian.

Fenomena ini sering disebut sebagai Goldfish Effect , di mana kemampuan manusia untuk fokus terus menyusut. Data terbaru menunjukkan bahwa rata-rata rentang perhatian generasi muda kini hanya bertahan dalam hitungan detik. Lalu, bagaimana guru bisa tetap mengajar secara efektif? Jawabannya ada pada: Micro Learning (Pembelajaran Mikro).

Apa Itu Micro-Learning?

Sederhananya, micro-learning adalah metode pembelajaran berbasis unit kecil atau “potongan-potongan kecil” informasi. Alih-alih memberikan materi selama satu jam penuh secara monolog, guru memecah materi tersebut menjadi segmen-segmen singkat berdurasi 3 hingga 7 menit.

Setiap segmen fokus pada satu tujuan pembelajaran yang spesifik. Metode ini dirancang untuk mengikuti cara kerja otak manusia modern yang lebih mudah menyerap informasi dalam dosis kecil namun padat.

Mengapa Ini Menjadi Solusi di Tahun 2025?

Bukan tanpa alasan micro-learning menjadi tren dalam psikologi pendidikan saat ini. Berikut adalah beberapa keunggulannya:

 

  1. Menghindari Cognitive Overload : Otak siswa tidak diproses terlalu banyak data sekaligus, sehingga risiko "stres belajar" bisa diminimalisir.
  2. Meningkatkan Retensi Ingatan: Informasi yang singkat dan fokus cenderung lebih mudah diingat dan masuk ke memori jangka panjang.
  3. Fleksibilitas Digital: Materi mikro sangat cocok disajikan dalam bentuk video pendek, infografis, atau kuis interaktif yang akrab dengan keseharian siswa.

Strategi Penerapan Pembelajaran Mikro di Kelas

Bagi para pendidik, transisi ke pembelajaran mikro tidak berarti membuang kurikulum yang lama, melainkan mengembalikannya. Berikut caranya:

 

  1. Gunakan Metode 10-2: Berikan penjelasan maksimal 10 menit, lalu berikan jeda 2 menit bagi siswa untuk mengolah informasi (berdiskusi dengan teman atau menulis poin penting).
  2. Visual adalah Kunci: Gunakan video pendek atau gambar yang menarik perhatian di awal sesi untuk memicu rasa ingin tahu ( memicu rasa ingin tahu ).
  3. Kuis Interaktif Spontan: Gunakan platform seperti Kahoot atau Quizizz di tengah sesi untuk menjaga keterlibatan siswa.

Tantangan Baru: Peran Cyberpsychologist

Menariknya, tren ini juga melahirkan kebutuhan baru di sekolah, yakni Cyberpsychologist . Mereka membantu guru memahami perilaku digital siswa dan bagaimana interaksi online mempengaruhi fungsi kognitif mereka. Sinergi antara guru yang menerapkan pembelajaran mikro dan psikolog yang menjaga kesehatan mental digital siswa akan menjadi standar baru di masa depan.

Denga dunia yang telah berubah, begitu pula cara otak siswa kita bekerja. Memaksakan metode ceramah panjang di era digital hanya akan membuat siswa merasa terasing. Dengan mengadopsi pembelajaran mikro , kita tidak hanya membantu siswa belajar lebih efektif, tetapi juga menghargai keterbatasan dan cara mereka berinteraksi dengan dunia saat ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image