Fresh Graduate, Tapi Gen Z
Curhat | 2025-12-22 10:46:45“Ada guru yang baru keluar, kamu ditawaring ngegantiin, mau nggak?” Itu pertanyaan ayahku di suatu malam, ketika aku akan beranjak tidur. Sungguh suasana yang tidak pas. Kendati demikian, pertanyaan itu kujawab juga di hari berikutnya. Yaitu tidak.
Pekerjaan mungkin adalah suatu hal yang diimpikan banyak orang, terutama mereka yang baru saja lulus dan menyandang sebuah gelar di belakang nama. Aku termasuk di golongan fresh graduate itu, terhitung bahwa sidangku baru saja berlangsung April lalu dan wisudaku di November. Namun, soal pekerjaan, aku tidak seperti mereka kebanyakan.
Sebagai seorang gen-z, aku dihadapkan dengan dua pilihan. Satu, mulai bekerja dan tenggelam dalam sebuah rutinitas yang terus berulang setiap hari selama sekian bulan dalam setahun dengan diintai rasa bosan. Dua, mengambil istirahat dari penatnya masa belajar sebelum memutuskan bekerja dengan otak yang lebih segar.
Pada akhirnya, aku memilih nomor dua. Makanya kutolak tawaran mengajar itu meskipun hal tersebut adalah posisi yang sangat cocok denganku, mengingat latar belakang pendidikanku. Tetapi sekali lagi, aku tidak merasa bahwa mengajar bagus untukku saat ini.
Bayangkan, seorang anak muda yang baru saja keluar dari rutinitas belajarnya yang penat, terkadang harus begadang mengerjakan soal atau bersiap untuk ujian, menghafal sekian lembar materi pelajaran, memaksa diri agar fokus di dalam kelas dan tidak mengantuk, apalagi sepertiku yang juga tinggal di asrama dengan seabrek peraturan dan kegiatan, tidakkah dengan itu semua aku berhak mendapat sedikit istirahat, berhenti dari melihat buku dan papan tulis?
Pendapat itu menuai perbedaan di ruang diskusi. Beberapa orang bilang, tentu saja tidak, lebih baik segera bekerja, atau melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, selama otak masih panas, masih ingat bagaimana rasanya belajar.
Orang lain bilang, bekerja tentu pilihan terbaik, karena dengan ribuan fresh graduate di luar sana yang berkompetisi melamar pekerjaan, lamaran itu justru datang ke kampus kami, kesempatan berharga apa yang dibuang? Dan orang aneh mana yang menolak kesempatan emas ini? Sayangnya, aku memang selalu memilih berbeda.
Bukan karena lelah melihat buku atau papan tulis, tapi aku tahu diri. Jika diriku yang baru lulus itu melamar pekerjaan dan diterima, maka kemungkinan besar progres mengajar tidak akan berjalan dengan wajah terbaiknya. Proses mengajar akan tetap berjalan, tetapi sebuah emosi dalam diri yang menuntut istirahat dan kebebasan itu akan tetap berkobar, maka dari itu, aku memberi diriku hak untuk beristirahat, melakukan apa yang ia mau.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
