Jejak Sunyi Radio Belanda di Gunung Puntang
Wisata | 2025-12-14 21:10:14Bandung - Hamparan rumput hijau di kaki Gunung Puntang menyimpan cerita lama yang nyaris terlupakan. Di tengah lanskap hutan pegunungan, berdiri sisa-sisa bangunan batu yang kini tinggal runtuhan. Inilah bekas stasiun radio Belanda, yang kerap disebut sebagai salah satu bangunan radio pertama di Indonesia, dibangun pada era kolonial untuk kepentingan komunikasi jarak jauh.
Dulu, kawasan ini merupakan pusat pemancar radio Malabar ikon teknologi komunikasi Hindia Belanda pada awal abad ke-20. Dari titik terpencil ini, sinyal radio mampu menjangkau Eropa, sebuah pencapaian besar di masanya. Kini, yang tersisa hanyalah dinding berlumut, pondasi kokoh, dan suasana sunyi yang memberi ruang bagi imajinasi bekerja.
Pengunjung datang bukan hanya untuk berfoto, tetapi juga merasakan atmosfer sejarah yang masih terasa kental.
Hilman Nuril, salah satu wisatawan yang ditemui di lokasi, mengaku terkesan dengan pengalaman tersebut. “Datang ke sini rasanya bukan sekadar jalan-jalan. Kita seperti diajak melihat masa lalu, membayangkan bagaimana tempat ini dulu begitu penting,” ujarnya.
Gunung Puntang hari ini dikenal sebagai destinasi trekking dan wisata alam. Namun, di balik hijaunya pegunungan, runtuhan radio ini menjadi pengingat bahwa kawasan ini pernah memegang peran strategis dalam sejarah komunikasi Indonesia. Sunyi, sederhana, tapi penuh cerita—sebuah perjalanan yang tak hanya memanjakan mata, tapi juga menambah makna.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
