Menghadapi Quarter-Life Crisis dengan Pancasila: Sebuah Refleksi Anak Muda
Gaya Hidup | 2025-12-09 14:44:05Pernahkah Anda merasa seperti berjalan di tengah kabut tebal? Usia 20-an hingga awal 30-an seringkali diwarnai oleh kecemasan mendalam seputar karier, finansial, dan pertanyaan eksistensial tentang "sudah sejauh mana aku?" Inilah yang sering kita sebut sebagai Quarter-Life Crisis (QLC), sebuah periode ketika tekanan sosial untuk sukses bertabrakan dengan realitas pribadi yang penuh ketidakpastian.
Ketika kita melihat teman-teman di media sosial sudah membeli rumah, menikah, atau menduduki jabatan tinggi, sementara kita masih berjuang mencari makna dan arah. QLC adalah krisis yang nyata, tetapi kita punya kompas yang sudah ada sejak lama, yaitu Pancasila. Lima sila dasar negara ini, jika direfleksikan lebih dalam, menyimpan filosofi ketenangan dan panduan etis yang relevan untuk menavigasi turbulensi mental di usia muda.
Sila Pertama dan Kedua berfungsi sebagai landasan batin. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengajarkan pentingnya keyakinan fundamental sebagai jangkar. Keyakinan spiritual dalam bentuk apapun, membantu kita mengganti kecemasan dengan penerimaan bahwa setiap perjuangan memiliki makna, serta mengalihkan fokus dari perbandingan sosial menjadi fokus pada My Own Path, yakni sebuah bentuk syukur dan penerimaan diri. Lanjutan dari fondasi ini adalah Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, yang mengingatkan kita untuk berlaku adil pada diri sendiri. Keadilan itu berarti menghargai proses, menerima kegagalan sebagai bagian dari keberadaban, dan memperlakukan diri sendiri dengan kasih sayang, bukan dengan self-blaming berlebihan, yang merupakan inti dari krisis.
Selanjutnya, Sila Ketiga dan Keempat memberikan arahan untuk interaksi dan pengambilan keputusan. Sila Persatuan Indonesia secara implisit mengajarkan kekuatan jaringan dan dukungan komunitas. Ketika QLC membuat seseorang terisolasi, Persatuan mendorong kita untuk terhubung, mencari support group, dan mengakui bahwa perjuangan ini universal, yang mengungkapkan bahwa kita tidak harus berjalan sendirian. Hal ini berlanjut pada Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
Untuk mengambil keputusan besar di tengah krisis (seperti pindah karier atau studi), kita didorong untuk melakukan musyawarah batin dan mencari Hikmat Kebijaksanaan dari mentor, orang tua, atau ahli. Keputusan yang baik adalah hasil dari pertimbangan matang dan masukan dari berbagai pihak, bukan dorongan emosi sesaat atau tekanan FOMO.
Terakhir, Sila Kelima, Keadilan Sosial, menawarkan solusi pamungkas: melampaui diri sendiri untuk menemukan makna. Salah satu gejala QLC adalah kekosongan tujuan setelah mencapai target yang selama ini dikejar. Sila ini mendorong kita untuk keluar dari circle pribadi dan berkontribusi pada masyarakat—melalui volunteering atau aksi sosial. Kontribusi ini memberikan tujuan (purpose) yang lebih besar daripada sekadar gaji atau jabatan, yang pada akhirnya mengisi kekosongan batin dan mengalihkan fokus dari masalah pribadi yang berlebihan. Keseimbangan antara kesejahteraan pribadi dan kontribusi sosial adalah kunci keadilan, baik bagi diri sendiri maupun lingkungan.
Sebagai kesimpulan, Pancasila bukanlah dogma sejarah, melainkan pola pikir yang relevan untuk mengatasi tekanan hidup modern. Ia adalah kompas yang mengajarkan kita untuk berakar kuat, terhubung, bijaksana, dan bermakna. Dengan merefleksikan lima sila ini, anak muda dapat mengubah QLC dari krisis menjadi momentum refleksi dan pendewasaan yang berlandaskan nilai-nilai luhur bangsa.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
