Garda Terdepan Melawan Rabies: Tugas Penting Dokter Hewan
Gaya Hidup | 2025-12-08 13:06:24
Di Indonesia sendiri kasus rabies masih menjadi permasalahan yang serius. Dalam hal ini peran dokter hewan diperlukan untuk memberi vaksinasi dan edukasi tentang bahaya rabies. Konsep One Health yang menggabungkan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan diperlukan untuk menjadi strategi mengurangi tingkat rabies. Meskipun dikenal dengan istilah anjing gila, hewan lain seperti kucing, kera, musang, kelelawar bahkan kelinci dapat menjadi penyebab penyakit rabies.
Beragamnya hewan yang menjadi penyebab rabies, tidak mengejutkan jika mengakibatkan kasus GHPR meningkat. Melansir dari data Kemenkes 2024 melalui Surat Edaran menunjukkan terdapat 185.359 kasus GHPR (Gigitan Hewan Penular Rabies) dan 122 kematian akibat rabies pada manusia. Sampai 7 Maret 2025 terdapat 13.453 kasus GHPR dan 25 kematian akibat rabies. Sedangkan data rabies pada dua tahun sebelumnya dapat dilihat dari data Kemenkes, hingga April 2023 terdapat 31.113 kasus GHPR dengan 11 kasus kematian akibat rabies.
Melihat dari data kasus pada beberapa tahun sebelumnya memahami tentang bagaimana proses penularan dapat menjadi hal penting untuk mencegah penyebaran rabies. Tidak semua air liur hewan bisa menularkan rabies, umumnya hewan yang terkena virus rabies yang menularkan. Virus rabies sebenarnya tidak bisa masuk melalui kulit yang sehat. Virus rabies masuk ketika tubuh manusia mengalami luka dan terkena air liur hewan yang terkena virus rabies. Gigitan atau cakaran pada hewan yang terkontaminasi virus rabies juga merupakan salah satu cara virus rabies masuk ke dalam tubuh. Virus rabies yang masuk ke dalam tubuh dan mencapai otak akan berkembang hingga menyebabkan peradangan otak. Penyebaran virus rabies akan lebih cepat jika gigitan atau cakaran hewan yang mengandung virus rabies terdapat pada bagian leher atau kepala.
Setelah virus masuk ke dalam tubuh manusia dan menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah, virus rabies akan beraksi pada tubuh sekitar 4 hingga 12 minggu. Setelahnya akan muncul gejala gelaja penyakit rabies yang mirip dengan flu yang saberlangsung sekitar 2 sampai 10 hari. Gejala awal seperti demam, nyeri otot, sakit kepala, gatal di bagian yang terkena gigitan, batuk, mual, dan muntah. Jika gejala ini tidak segera ditangani akan muncul gejala lanjutan, yang terbagi menjadi dua jenis. Gejala lanjutan yang pertama adalah tipe agresif yang dimana gejalanya dapat hilang dan timbul, seperti gelisah, napas terengah-engah, kebingungan, dan air liur berlebihan. Sedangkan gejala yang kedua adalah tipe paralatik, pada gejala ini virus rabies mulai merusak otak dan sumsum belakang sehigga gejala makin memburuk, seperti sakit kepala berat, takut pada air, dan mata nyeri. Sebelum gejala ini muncul, sebenarnya dapat dilakukan pertolongan awal dengan menghentikan pendarahan jika terkena gigitan atau cakaran, mencuci luka menggunakan air bersih dan sabun selama 10 sampai15 menit, bersihkan luka dengan antiseptik, dan langkah terakhir adalah dengan segera menghubungi dokter.
Dalam kasus ini dokter hewan memiliki peran dalam melindungi masyarakat dari risiko rabies melalui vaksinasi dan edukasi tentang rabies. Pencegahan dapat berupa melakukan vaksinasi pada hewan, juga melakukan isolasi pada hewan yang terkena rabies. Langkah ini dilakukan dengan tujuan mengurangi risiko penyebaran dan melindungi manusia dari rabies. Pengawasan dan pengelolaan populasi hewan merupakan tahap pengendalian rabies yang bertujuan menekan penuluran. Pengujian rutin pada hewan berfungsi untuk mendeteksi rabies sejak awal, sehingga dapat segera diambil tindakan pencegahan. Tak hanya itu, dokter hewan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai ciri hewan yang terkena rabies, pentingnya vaksinasi pada hewan peliharaan, dan pencegahan penularan dan penaganan gigitan hewan. Dapat juga dokter hewan melakukan pemberantasan rabies dengan konsep pendekatan One Health, yang berfokus pada kerja sama antara kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan. Karena One Health tidak hanya berfokus pada manusia yang terkena rabies, tetapi juga pengendalian rabies pada hewan dan dan pengelolaan populasi hewan liar. Dengan adanya dokter hewan diharapkan dapat membantu penurunan kasus rabies.
Dari data yang membuktikan bahwa kasus rabies di Indonesia yang masih tinggi menunjukkan bahwa rabies masih menjadi salah satu ancaman penyakit. Karena itu, dokter hewan memiliki peran penting dalam penanganan rabies. Melalui konsep One Health yang terdapat kerja sama antara masyarakat, tenaga kesehatan, dan lingkungan dapat memperkuat pencegahan rabies. Mari bersama-sama meningkatkan kesadaran bahayanya rabies dengan rutin melakukan vaksinasi hewan peliharaan, memahami gejala, dan tidak mengabaikan kasus gigitan hewan. Kesadaran kita menjadi langkah awal untuk mencegah peningkatan rabies.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
