Gaul Sehat, Gaul Selamat
Gaya Hidup | 2025-12-08 09:26:58'Masa remaja adalah perjalanan penuh warna yang indah, tetapi tanpa arah yang jelas, pergaulan bisa menjadi tikungan hidup yang mengubah segalanya.'
Masa remaja sering digambarkan sebagai masa paling penuh warna dalam hidup. Ada rasa ingin tahu yang besar, keinginan untuk mencoba hal baru, dorongan untuk diterima lingkungan, dan kebutuhan untuk merasa merdeka menentukan arah sendiri. Semua itu wajar. Namun, di tengah dinamika itu, ada pula risiko-risiko yang sering tidak disadari. Pergaulan yang tidak terarah bisa berubah menjadi jalan yang licin, membawa seseorang pada masalah besar tanpa ia sadari sejak awal. Tulisan ini bukan untuk menghakimi, tetapi sebagai pengingat bahwa setiap pilihan membawa akibat dan setiap langkah dalam pergaulan perlu disertai kebijaksanaan.
Nah, untuk memahami bagaimana pergaulan bisa menjadi jalan keselamatan atau sebaliknya, mari kita mulai dari gambaran sederhana yang sering terjadi di sekitar kita. Kita mungkin pernah mendengar berita kecelakaan yang melibatkan remaja. Tidak selalu karena jalannya buruk atau lampu merahnya rusak, tetapi karena gaya berkendara yang penuh risiko. Ada yang ngebut di tikungan, ada yang asyik dengan ponsel ketika menyetir, atau merasa tidak apa-apa menerobos lampu merah karena jalanan tampak sepi. Celakanya, dalam banyak kasus, korban justru orang lain yang sudah tertib.
Fenomena ini mengajarkan sebuah pelajaran penting. Sesuatu yang terasa aman atau seru tidak selalu berakhir baik ketika dilakukan tanpa pertimbangan. Pergaulan yang longgar dari nilai dan batasan sering mengikuti pola serupa. Di awal terasa menyenangkan, tetapi jika tidak dijaga, ia bisa membawa seseorang pada masalah yang tidak hanya melukai dirinya sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitarnya. Dalam Islam ada prinsip bahwa dampak perbuatan sering tidak berhenti pada diri pelakunya. Ada efek domino yang bisa merembet ke banyak sisi kehidupan.
Realitas lainnya adalah kondisi remaja Indonesia beberapa tahun terakhir menunjukkan sinyal peringatan serius. Hingga Maret 2025, Kementerian Kesehatan mencatat sekitar 2.700 remaja berusia 15–19 tahun terinfeksi HIV. Sementara itu, data BNN pada 2024 menyebut lebih dari separuh kasus narkoba melibatkan remaja dan dewasa muda. Angka ini menggambarkan bahwa banyak anak muda yang terjerumus bukan karena niat buruk, tetapi karena kurangnya kewaspadaan dalam memilih lingkungan dan aktivitas.
Salah satu risiko terbesar adalah seks bebas yang sering disamarkan sebagai “kebebasan pribadi” bahkan "kebebasan berekspresi" dengan slogan "my body my authority". Kenyataannya, konsekuensi kesehatannya sangat berat. HIV, infeksi menular seksual, tekanan mental, hingga kehamilan yang tidak direncanakan adalah potensi yang nyata. Kebiasaan-kebiasaan kecil yang dianggap wajar, seperti obrolan yang terlalu intens, interaksi tanpa batas, atau pertemuan berdua-duaan yang tidak perlu, bisa menjadi awal dari masalah besar.
Narkoba pun menjadi ancaman lain yang kerap diremehkan. Banyak remaja memulai dari rasa ingin tahu atau ajakan teman. Namun sekali masuk, narkoba bekerja merusak akal, memengaruhi emosi, dan memutus kemampuan seseorang membuat keputusan yang sehat. Islam sangat menekankan pentingnya menjaga akal karena akal adalah pintu bagi seseorang untuk memahami tujuan hidup dan membedakan yang baik dari yang buruk.
Dalam konteks inilah ajaran dan aturan Islam memiliki fungsi sebagai penjaga. Bukan untuk menghalangi kebebasan, tetapi untuk memastikan kesejahteraan dan keselematan. Larangan mendekati zina, larangan khalwat (berdua-duaan dengan yang bukan mahram), serta larangan mengonsumsi sesuatu yang memabukkan bukanlah bentuk pengekangan, melainkan pagar keselamatan agar seseorang tidak terperosok ke jurang yang sulit dinaiki kembali. Syariat ibarat sabuk pengaman. Mungkin terasa mengikat, tetapi ketika terjadi guncangan, justru itu yang menyelamatkan.
Gaul sehat bukan berarti hidup tanpa keseruan. Justru Islam mendorong seseorang untuk memiliki relasi sosial yang baik, memperluas pergaulan yang positif, dan menikmati masa muda dengan cara yang bermartabat. Gaul yang sehat membuat seseorang tumbuh. Gaul yang tidak terjaga justru membuat hidup mudah terperosok. Karena itu memilih teman yang baik, lingkungan yang mendukung, dan kebiasaan yang sehat adalah langkah penting menuju kedewasaan.
Jika kamu merasa pergaulanmu mulai tidak sehat, atau ada kebiasaan yang membuatmu gelisah, tidak ada kata terlambat untuk berbenah. Mulailah dari langkah kecil. Hadiri majelis ilmu, cari lingkungan yang positif, dan dekatilah teman-teman yang saling menguatkan. Teman yang baik bukan yang mendorongmu mencoba hal berbahaya, tetapi yang menjaga langkahmu tetap lurus.
Pada akhirnya, hidup bukan soal tidak pernah salah, tetapi soal keberanian untuk memperbaiki arah. Allah tidak menilai masa lalu kita, tetapi usaha kita untuk menjadi lebih baik hari ini dan esok. Dan gaul sehat adalah salah satu cara paling nyata untuk menjaga diri, menjaga masa depan, dan menjaga hubungan kita dengan Allah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
