Kenapa Pengalaman Magang Ini Jadi Turning Point Buatku
Eduaksi | 2025-12-07 22:44:52Kadang sebuah pengalaman datang tanpa banyak ekspektasi, tapi pulangnya membawa perubahan besar. Begitu juga dengan magangku di departemen FAT (Finance, Accounting & Tax) di sebuah perusahaan minyak telon.
Awalnya kupikir magang hanya formalitas: datang, belajar dikit, pulang dengan sertifikat. Tapi tiga bulan terakhir ini ternyata jadi turning point dalam cara aku memandang dunia kerja, karier, bahkan diriku sendiri.
1. Aku Belajar Bahwa Teori Itu Penting, Tapi Realita Lebih Jujur
Sebagai anak Manajemen, aku terbiasa dengan teori: perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, sampai teori-teori keuangan.
Tapi ketika mulai harus:
- verifikasi pesanan affiliate TikTok setiap hari,
- ikut stock opname bulanan,
- mencatat penjualan, penagihan, dan pencairan di Jurnal.id,
aku sadar satu hal:
teori baru jadi berguna saat kamu terjun ke realitanya.
Setiap angka harus benar, setiap data harus akurat. Kesalahan kecil bisa berdampak besar. Dan ini membuatku melihat bahwa pekerjaan finance itu bukan cuma soal angka — tapi soal tanggung jawab.
2. Turning Point Terbesarku: Ketemu Leader yang Jadi Role Model
Aku nggak akan bohong, salah satu hal paling berkesan dari magang ini adalah leader FAT-ku. Tipe pemimpin yang:
- sabar,
- jelas saat memberi arahan,
- mau meluangkan waktu buat ngajarin,
- tapi tetap tegas soal standar kerja.
Aku banyak belajar dari cara beliau:
- meng-handle masalah tanpa bikin panik,
- mendistribusikan kerjaan dengan adil,
- memastikan tim tetap on track,
- sampai cara beliau komunikasi secara profesional.
Dari situ aku sadar aku ingin jadi leader seperti itu suatu hari nanti. Dan itu mengubah cara aku memandang karier.
3. Aku Dipaksa Belajar Inisiatif dan Berani Ambil Peran
Turning point lain datang dari tugas yang awalnya kupikir “kecil”, tapi ternyata besar:
mengembangkan dashboard finance — sistem spreadsheet internal untuk mencatat seluruh pemasukan dan pengeluaran, lalu divisualisasikan agar lebih mudah dianalisis.
Tugas itu bukan cuma teknis. Tapi menuntutku untuk:
- aktif bertanya,
- minta feedback,
- berani salah,
- dan berani nyoba lagi.
Dulu aku sering ragu bertanya karena takut terlihat tidak kompeten. Sekarang aku sadar:
inisiatif adalah skill yang paling dihargai di dunia kerja.
4. Aku Belajar Menghadapi Tekanan Dewasa Sebenarnya
Satu hal yang kampus tidak siapkan: deadline yang nggak bisa dinego.
Di FAT, waktu itu uang. Jika data terlambat, laporan ikut kacau. Beberapa kali aku harus bekerja cepat, tepat, dan tetap tenang bahkan saat waktu tinggal sedikit.
Awalnya melelahkan. Tapi di saat itu juga, mental profesionalku mulai terbentuk.
Dan itu turning point yang nggak aku sadari sebelumnya.
5. Magang Ini Mengubah Pilihan Karierku
Jujur, sebelum magang aku belum tahu akan masuk bidang apa. Tapi setelah merasakan langsung dunia kerja finance — dari operasional sampai sistemnya — aku menyadari satu hal: Aku cocok di Finance.
Accounting dan Tax itu menarik, tapi aku tahu itu lebih cocok untuk anak Akuntansi. Sebagai anak Manajemen, Finance terasa paling relevan sekaligus paling menantang.
Untuk pertama kalinya, aku melihat karierku dengan lebih jelas.
Penutup: Kadang Turning Point Datang Dari Tempat Yang Nggak Kamu Kira
Magang ini bukan hanya pengalaman tiga bulan. Ini fase di mana aku belajar menjadi:
- lebih berani,
- lebih teliti,
- lebih mandiri,
- lebih profesional,
- dan lebih mengenal diriku sendiri.
Kalau aku boleh jujur, turning point ini tidak datang dari momen besar. Tapi dari hari-hari kecil yang aku jalani — dari leader yang membimbingku, deadline yang menekan, dashboard yang harus dibangun, dan tanggung jawab yang terus bertambah.
Magang ini mengubah caraku bekerja. Mengubah caraku melihat masa depan. Dan mengubah caraku memahami dunia profesional.
Dan untuk itu, aku bersyukur pernah menjalaninya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
