Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image mas

Bukan Sekedar Puncak: Antara Edelweis dan Pengalaman Berharga

Alkisah | 2025-12-23 16:11:39

Bertepatan dengan dimulainya masa libur akademik pada 26 Juli, jeda perkuliahan selama satu bulan memberikan keleluasaan bagi saya untuk merealisasikan rencana perjalanan. Salah satu agenda yang menjadi prioritas adalah mendaki Gunung Gede, sebuah ajakan yang akhirnya saya penuhi setelah mendapat tawaran dari seorang rekan.

Sebelum menyaksikan keindahan Edelweis di Alun-Alun Surya Kencana, saya telah menetapkan sebuah komitmen pribadi untuk mendaki setidaknya satu gunung di Nusantara. Ambisi ini merupakan upaya pembuktian bahwa saya mampu melampaui batasan diri di luar rutinitas sehari-hari. Kendati demikian, resolusi tersebut segera menghadapi tantangan nyata begitu saya melangkahkan kaki di pintu masuk jalur pendakian.

Suasana cerah menyelimuti basecamp pada pagi hari, tepatnya tanggal 2 Agustus. Sebelum menapaki jalur pendakian menuju puncak, serangkaian persiapan matang dilakukan, mencakup pengecekan logistik hingga pemastian kesiapan fisik. Agenda kami awali dengan santap pagi bersama guna menjaga stamina tetap prima. Segera setelah persiapan usai, kami mengenakan tas kerir masing-masing. Sebagai penutup aktivitas di basecamp, kami mengabadikan momen tersebut melalui foto bersama sebagai dokumentasi awal perjalanan ini.

Selanjutnya, kami beranjak menuju Pos SIMAKSI guna melakukan proses registrasi serta menyerahkan dokumen kesehatan sebagai syarat formal pendakian. Setelah seluruh urusan administrasi tuntas, agenda dilanjutkan dengan doa bersama demi memohon kelancaran serta keselamatan selama perjalanan. Langkah kami berlanjut hingga tiba di pintu gerbang rimba. Mengingat cuaca yang sangat kondusif, kami kembali menyempatkan diri untuk berfoto bersama di titik mula pendakian tersebut

Langkah kaki kami ayunkan menuju Pos 1 dengan semangat yang membara. Di sepanjang lintasan, mata kami dimanjakan oleh rimbunnya pepohonan dan panorama alam yang memesona. Setibanya di Pos 1, yang dikenal sebagai Pos Informasi, kami tidak berhenti lama dan segera melanjutkan perjalanan menuju Pos 2.

Medan menuju Pos 2 memberikan tantangan tersendiri; jalur yang semula landai berubah drastis menjadi tanjakan yang sangat terjal. Di tengah upaya tersebut, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak guna melepas dahaga sebelum melanjutkan pendakian menuju Pos 3. Jalur di sekitar Pos 2 ini dikenal dengan nama Leugak Leuncak. Di titik inilah rasa lelah mulai menghampiri, namun rasa lesu itu hanya bersifat sementara. Tak berselang lama, kobaran semangat kembali bangkit dan kami pun melanjutkan perjalanan dengan tekad yang bulat.

Usai menaklukkan jalur yang didominasi oleh tanjakan terjal, kami akhirnya tiba di Pos 3 dalam kondisi fisik yang cukup letih. Secara administratif, titik pendakian ini dikenal dengan nama Buntut Luntung. Di lokasi tersebut, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak seraya mengonsumsi perbekalan yang telah disiapkan, seperti roti. Beberapa rekan juga menyempatkan diri untuk membeli kudapan berupa gorengan yang tersedia di sana dengan harga lima ribu rupiah per dua buah.

Sembari memulihkan stamina, kami kembali mendokumentasikan momentum perjalanan melalui swafoto bersama. Perlahan, keletihan yang kami rasakan mulai sirna, bertransformasi menjadi kesiapan fisik yang prima. Setelah energi pulih sepenuhnya, kami segera bergegas melanjutkan perjalanan menuju destinasi berikutnya, yakni Pos 4.

Memasuki jalur menuju Pos 4, pemandangan mulai didominasi oleh vegetasi hutan yang lebat serta jalinan akar yang menutupi permukaan tanah. Kondisi medan ini menghambat mobilitas kami, ditambah dengan kehadiran tanjakan curam yang menguji fisik. Meski harus memikul beban tas punggung yang berat, kami berhasil melewati rintangan tersebut dengan persistensi yang tinggi. Kami memutuskan untuk memulihkan stamina di pos bayangan akibat kelelahan yang melanda. Secara subjektif, rute dari Pos 3 ke Pos 4 dapat dikategorikan sebagai jalur yang sangat ekstrem atau yang lazim disebut sebagai 'Tanjakan Setan.

Setelah mengonsumsi sisa perbekalan untuk memitigasi rasa haus dan dehidrasi, perjalanan dilanjutkan menuju Pos 5. Jalur yang ditempuh tetap didominasi oleh kemiringan yang ekstrem. Guna menjaga aspek psikologis di tengah kelelahan, kami melakukan interaksi sosial sederhana dengan menyapa sesama pendaki. Kami pun sempat melakukan konfirmasi kepada pendaki yang sedang dalam perjalanan turun mengenai durasi tempuh yang tersisa menuju puncak."

Setibanya di pos bayangan, kami memutuskan untuk kembali beristirahat sejenak. Dari seluruh titik yang telah kami lalui, di sinilah puncak keletihan fisik benar-benar saya rasakan. Guna mengalihkan rasa lelah yang mendera, kami membuka percakapan dengan pendaki lain. Interaksi sederhana tersebut menjadi penawar letih sekaligus penyemangat untuk terus melangkah.

Maka, biarlah jejak ini abadi di sela bebatuan sebagai saksi bahwa di balik raga yang kecil, tersimpan jiwa yang mampu menapaki tebing-tebing kehidupan. Kita bukanlah sekadar debu di tengah semesta, melainkan intan yang sedang diasah oleh kerasnya perjuangan hingga akhirnya berkilau di bawah naungan rahmat Sang Pencipta, layaknya keindahan abadi hamparan bunga Edelweiss.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image