Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Diyni Nur Izzati - Mahasiswi Dirasat Islamiah

Seni Mengelola Diri: Melawan Prokrastinasi di Tengah Distraksi

Agama | 2025-12-04 10:26:25
Sumber Pribadi

Di tengah ritme kehidupan modern yang serba cepat serta tuntutan akademik dan sosial yang meningkat, masih banyak dari kita terjebak dysfunctional procrastination- perilaku menunda-nunda pekerjaan tanpa tujuan yang jelas. "Nanti saja saat lebih siap". Atau "menunggu mood" adalah contoh ungkapan yang menjadi alasan bagi orang yang terjebak dalam prokrastinasi. Ketika dihadapkan pada suatu hal yang seharusnya dikerjakan sekarang, bukannya diselesaikan, tetapi malah merasa gelisah, cemas, atau bosan. Kala lelah, menunda menjadi pelarian paling mudah. Bahkan mencari kenyamanan dan hiburan instan dengan melakukan kegiatan lain yang belum tentu bermanfaat seperti bermain media sosial berjam-jam.

Apabila hal ini terus-menerus dilakukan, kita akan kehilangan ketangguhan dalam menghadapi proses dan terbiasa dengan kesenangan sesaat. Padahal, keberhasilan tidak lahir secara instan. Ia tumbuh dari disiplin, kesabaran, dan konsistensi. Prokrastinasi bukan sekedar soal manajemen waktu, melainkan persoalan kendali diri. Menyangkut cara seseorang mengelola dorongan, emosi, tekanan dan tanggung jawab hidup. Karena terkadang, menunda itu bukan karena malas, tetapi lari dari emosi yang menurut mindset seseorang menyebabkan ia keluar dari keadaan yang nyaman. Disinilah pentingnya seni mengontrol diri atau mujahadah an nafs, yang dalam Islam merupakan bagian penting dari keimanan dan akhlak seorang muslim dalam berjuang melawan hawa nafsu dan dalam psikologi menjadi fondasi kesehatan mental serta produktivitas.

Dr Piers Steel, seorang peneliti dan profesor psikologi dari University of Calgary, Kanada dalam bukunya yang berjudul "The Procrastination Equation" mengungkapkan bahwa prokrastinasi merupakan perilaku menunda-nunda suatu hal atau pekerjaan secara sadar dan berulang, meskipun mengetahui bahwa penundaan tersebut dapat menimbulkan konsekuensi negatif dan cenderung mengalihkan perhatian pada aktivitas lain yang dirasa lebih menyenangkan atau mudah walaupun dirasa kurang bermanfaat. Hal ini menunjukkan bahwa prokrastinasi berkaitan erat dengan rendahnya kemampuan pengelolaan diri, kecemasan, rasa takut gagal dan perfeksionisme yang tidak sehat.

Prokrastinasi juga sering muncul karena distraksi digital (media sosial, gim, dan hiburan instan), kelelahan mental dan emosional, serta kurangnya motivasi intrinsik dan tujuan yang jelas. Berbagai riset menunjukkan banyak dampak prokrastinasi dari berbagai aspek, mulai dari psikologis, akademis, kesehatan, juga sosial dan finansial. Kebiasaan menunda dapat menurunkan produktivitas dan performa akademik atau kerja, meningkatkan stres, memicu rasa bersalah, menurunkan kepercayaan diri, bahkan menyebabkan gangguan kecemasan dan depresi. Ironisnya, semakin seseorang stres karena sesuatu, semakin besar pula kecenderungannya untuk menunda-sebuah siklus yang terus berulang.Islam memandang waktu sebagai amanah yang sangat berharga.

Di dalam Al-Qur'an Allah bahkan bersumpah dengan waktu. Seperti pada surah Al-'Ashr, dinyatakan bahwa manusia berada dalam kerugian kecuali mereka yang beriman, beramal saleh, dan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Ayat ini menegaskan pentingnya memanfaatkan waktu dengan baik dan melawan sikap menunda kebaikan. Rasulullah SAW juga bersabda yang artinya : "Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara, waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan hidupmu sebelum datang matimu." (HR Al Hakim dalam Al Mustadrak-nya).Islam memandang setiap aktivitas positif sebagai ibadah apabila diniatkan karena Allah SWT. Belajar, bekerja, dan menunaikan tanggung jawab bukan hanya urusan dunia, tetapi juga investasi akhirat. Ketika seseorang kehilangan orientasi akhirat dan tidak memaknai kegiatannya sebagai ibadah, maka tugas terasa sekedar beban yang sangat berat.

Akibatnya penundaan dianggap wajar. Oleh karena itu, dalam Islam dikenal konsep pengendalian diri atau mujahadah an-nafs, yakni kesungguhan melawan dorongan hawa nafsu, termasuk dorongan untuk menunda kebaikan dan bermalas-malasan. Islam dan psikologi adalah satu kesatuan tak terpisahkan yang memiliki titik temu yang kuat dalam memandang pentingnya kontrol diri. Keduanya menekankan pentingnya niat dan tujuan hidup yang jelas, manajemen energi dan regulasi emosi, disiplin dan konsisten(istikamah)-amal yang kontinu walaupun sedikit-, berani memulai kebaikan serta memilih pergaulan yang baik dan lingkungan yang mendukung sebagai pondasi pembentukan karakter.

Mengontrol diri sejatinya adalah sebuah seni kehidupan. Ia tidak lahir secara instan, melainkan melalui proses dan latihan yang konsisten-melawan rasa malas, membiasakan disiplin, serta berani memperluas zona nyaman. Ia juga diperkuat dengan iman, ibadah dan introspeksi diri (muhasabah). Prokrastinasi adalah tantangan nyata di era distraksi. Namun, dengan seni mengendalikan diri yang diperkaya oleh pandangan Islam dan psikologi, setiap individu dapat memulihkan produktivitas sekaligus memperkuat kualitas spiritual dan mentalnya. Seni mengelola diri inilah yang menjadi kunci untuk bertahan dan tumbuh di tengah era distraksi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image