Demam K-Pop di Kalangan Remaja
Gaya Hidup | 2025-12-03 19:31:40Demam K-Pop di Kalangan Remaja
Firda Aulia Rahmadanti
Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga
Abstrak
Fenomena Demam K-Pop di Kalangan Remaja menggambarkan tingginya ketertarikan generasi muda terhadap budaya populer Korea Selatan, terutama musik K-Pop. Penelitian ini bertujuan untuk memahami penyebab, bentuk perilaku, serta dampak positif dan negatif dari fenomena tersebut terhadap remaja Indonesia. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik wawancara terhadap tiga remaja berusia 18–19 tahun yang merupakan penggemar aktif K-Pop.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketertarikan terhadap K-Pop dipengaruhi oleh musik yang energik, penampilan idol yang menarik, dan peran besar media sosial dalam menyebarkan budaya Korea. Dampak positif yang muncul antara lain meningkatnya semangat belajar, kreativitas, dan rasa percaya diri, sedangkan dampak negatifnya meliputi kecenderungan konsumtif dan kurangnya pengelolaan waktu. Secara keseluruhan, fenomena ini menunjukkan bahwa K-Pop memiliki pengaruh kuat terhadap gaya hidup dan perilaku remaja, sehingga diperlukan sikap bijak agar ketertarikan tersebut dapat dimanfaatkan secara positif.
Kata Kunci: K-Pop, remaja, budaya populer, gaya hidup, perilaku.
Abstract
The K-Pop Fever phenomenon among teenagers illustrates the high level of interest among the younger generation in South Korean popular culture, particularly K-Pop music. This study aims to understand the causes, behavioral patterns, and positive and negative impacts of this phenomenon on Indonesian teenagers. The method used was qualitative, with interviews conducted with three teenagers aged 18–19 who are active K-Pop fans. The results indicate that interest in K-Pop is influenced by the energetic music, attractive idol performances, and the significant role of social media in spreading Korean culture.
Positive impacts include increased enthusiasm for learning, creativity, and self-confidence, while negative impacts include consumer tendencies and poor time management. Overall, this phenomenon demonstrates that K-Pop has a strong influence on the lifestyle and behavior of teenagers, requiring a wise approach to harnessing this interest positively.
Keywords: K-Pop, teenagers, popular culture, lifestyle, behavior
Pendahuluan
Demam K-pop adalah fenomena ketertarikan luar biasa terhadap musik pop asal Korea Selatan (Korean Pop) yang kini melanda berbagai negara, termasuk Indonesia. Istilah “demam” menggambarkan betapa besarnya antusiasme masyarakat, terutama di kalangan remaja, terhadap budaya Korea. Tidak hanya sekadar menikmati musik, mereka juga meniru gaya berpakaian, tata rias, hingga pola komunikasi yang diperkenalkan oleh para idol Korea (Sudwintari & Perangin-angin, 2022). Fenomena ini menunjukkan bahwa K-pop telah berkembang menjadi bagian dari gaya hidup modern yang melekat pada generasi muda.
K-pop sendiri merupakan musik populer yang menggabungkan beragam genre seperti hip-hop, R&B, elektronik, dan pop barat, disertai penampilan visual yang menarik serta tarian yang energik. Keunikan inilah yang membuat musik K-pop berbeda dan mudah diterima oleh berbagai kalangan. Selain itu, promosi besar-besaran melalui media sosial seperti YouTube, TikTok, dan Instagram membuat budaya ini semakin cepat menyebar dan mudah diakses oleh siapa pun.
Tidak hanya sebagai hiburan, K-pop juga membawa dampak sosial dan psikologis bagi para remaja. Banyak dari mereka yang termotivasi untuk belajar bahasa Korea, mengenal budaya Korea Selatan, hingga membentuk komunitas penggemar yang aktif di berbagai kota. Namun, di sisi lain, ada pula remaja yang menjadi terlalu fanatik hingga mengabaikan kewajiban sekolah atau menghabiskan banyak uang untuk membeli album, merchandise, photocard, poster, dan tiket konser meski harganya cukup tinggi. . Perilaku ini menunjukkan munculnya kecenderungan konsumtif yang bukan semata-mata didasarkan pada kebutuhan, melainkan pada keinginan untuk menunjukkan loyalitas terhadap idola. (Hidayati & Indriana, 2022)
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk memahami lebih dalam mengenai fenomena demam K-Pop yang melanda kalangan remaja, baik dari sisi penyebab, dampak, maupun bentuk perilaku yang ditimbulkannya. Melalui pembahasan ini, diharapkan pembaca dapat mengetahui bagaimana budaya populer asal Korea Selatan tersebut mampu memengaruhi gaya hidup, pola pikir, serta identitas diri para remaja di Indonesia. Selain itu, artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang sisi positif dan negatif dari pengaruh K-Pop, sehingga remaja dapat lebih bijak dalam menyalurkan minat mereka
Beberapa penelitian dan literatur sebelumnya telah membahas pengaruh budaya K-Pop terhadap remaja. Menurut penelitian (Nastiti, 2010) dalam (Putri, 2020) di Indonesia khususnya dikalangan muda atau remaja umumnya sangat menyukai serial drama korea, music korea kpop, fashion yang dipakai oleh mereka. Sementara itu menurut (Wijayanti, 2012) dalam (Putri, 2020) Korean Wave atau Hallyu yang sekarang sangat berpengaruh di Indonesia terutama dikalangan remaja.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara langsung sebagai cara utama dalam pengumpulan data. Metode ini dipilih karena dapat menggali pendapat, perasaan, dan pengalaman pribadi para remaja secara mendalam mengenai fenomena demam K-Pop yang mereka alami.
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah tiga orang remaja berusia antara 18–19 tahun yang merupakan penggemar K-Pop aktif. Mereka dipilih secara purposive sampling, yaitu berdasarkan kriteria tertentu seperti sering mengikuti kegiatan fandom, menonton konser daring, atau mengikuti berita dan tren seputar artis K-Pop melalui media sosial.
2. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur, yaitu wawancara yang menggunakan daftar pertanyaan utama namun tetap memberi kebebasan bagi narasumber untuk menjelaskan pendapat mereka secara luas. Pertanyaan dalam wawancara mencakup hal-hal seperti:
a) Alasan dan factor ketertarikan terhadap K-Pop
b) Apa bentuk antusiasme sebagai penggemar K-Pop
c) Pengaruh K-Pop terhadap gaya hidup dan perilaku sehari-hari
d) Dampak positif dan negatif yang dirasakan sebagai penggemar K-Pop
Wawancara dilakukan secara langsung untuk memudahkan proses pengumpulan data. Setiap wawancara berlangsung sekitar 15–20 menit, kemudian hasilnya dicatat dan dianalisis secara deskriptif.
3. Teknik Analisis Data
Data hasil wawancara dianalisis dengan metode analisis tematik, yaitu mengelompokkan jawaban responden berdasarkan tema-tema yang muncul, seperti faktor kertertarikan terhadap kpop dan bentuk keterlibatan dalam fandom.
Hasil dan Pembahasan
Bagian ini menyajikan hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara dengan tiga orang remaja yang merupakan penggemar K-Pop aktif. Wawancara dilakukan untuk menggali pandangan, pengalaman, serta dampak yang mereka rasakan sebagai bagian dari fenomena demam K-Pop yang tengah melanda kalangan remaja di Indonesia.
Melalui hasil wawancara ini, penulis berusaha menguraikan bagaimana K-Pop memengaruhi kehidupan remaja dari berbagai aspek, mulai dari faktor ketertarikan awal, bentuk antusiasme sebagai penggemar, hingga dampak positif dan negatif yang muncul dari ketertarikan tersebut. Pembahasan juga akan mengaitkan temuan lapangan dengan teori dan literatur yang telah dikemukakan pada bagian pendahuluan, untuk memberikan pemahaman yang lebih menyeluruh tentang fenomena budaya populer ini.
1. Identitas Narasumber
Penelitian ini melibatkan tiga narasumber yang semuanya merupakan mahasiswa semester 1. Narasumber pertama bernama Marissa Kayla Az-Zahra, mahasiswa Universitas Airlangga, yang mulai menyukai K-Pop sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Narasumber kedua yaitu Kania Soendjoto, mahasiswa Universitas Jember semester 1, juga mengenal K-Pop sejak sekolah dasar. Sementara narasumber ketiga, Amelia Putri Adiningrum, mahasiswa Universitas Airlangga semester 1, mulai menyukai K-Pop sejak sekolah menengah atas. Ketiganya memiliki kesamaan dalam hal ketertarikan terhadap budaya dan musik Korea Selatan serta aktif mengikuti berbagai kegiatan seputar dunia K-Pop.
2. Alasan dan Faktor Ketertarikan terhadap K-Pop
Berdasarkan hasil wawancara, ketiga narasumber memiliki alasan yang beragam namun saling berkaitan mengenai ketertarikan mereka terhadap K-Pop. Marissa menyebutkan bahwa ketertarikannya bermula dari cover dance yang energik dan menarik untuk diikuti. Kania menambahkan bahwa lagu-lagu K-Pop memiliki irama yang mampu menimbulkan semangat dan energi positif ketika didengarkan. Sedangkan Amelia mengaku awalnya tertarik karena penampilan para idol yang menarik dan memukau.
Ketiganya sepakat bahwa K-Pop memiliki keunikan budaya yang membedakannya dari musik negara lain, baik dari segi visual, koreografi, maupun konsep yang terencana dengan matang. Media sosial juga berperan besar dalam memperkuat minat mereka, terutama platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube yang secara rutin menampilkan konten K-Pop terbaru. Teman sebaya turut menjadi faktor pendorong, meskipun pengaruhnya bervariasi pada tiap narasumber.
3. Bentuk Antusiasme sebagai Penggemar
Antusiasme ketiga narasumber terhadap K-Pop terlihat dari berbagai aktivitas yang mereka lakukan. Baik Marissa, Kania, maupun Amelia sama-sama mengoleksi poster dan album artis favorit mereka. Selain itu, Marissa sering berlatih dance cover dan bahkan diajak teman-temannya untuk mengajari gerakan tarian K-Pop.
Waktu yang dihabiskan untuk menikmati musik atau konten K-Pop pun cukup sering, terutama saat memiliki waktu luang. Mereka juga mengaku meniru gaya berpakaian atau gaya rambut idol favoritnya sebagai bentuk ekspresi diri. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh K-Pop tidak hanya sebatas pada hiburan, tetapi juga pada pembentukan gaya hidup dan identitas diri remaja.
4. Dampak Positif dari K-Pop
Dari sisi positif, K-Pop memberikan dampak yang cukup besar terhadap semangat dan kreativitas narasumber. Ketiganya menyatakan bahwa menjadi penggemar K-Pop membuat mereka lebih termotivasi untuk belajar bahasa Korea. Marissa dan Amelia bahkan sudah mulai memahami beberapa kosakata dasar, sedangkan Kania merasa lebih bersemangat untuk terus belajar bahasa tersebut.
Selain itu, mereka mengaku K-Pop membantu meningkatkan rasa percaya diri dan kreativitas, baik dalam hal menari, berpakaian, maupun mengekspresikan diri. Fenomena ini sejalan dengan penelitian oleh Sari (2022) yang menyebutkan bahwa penggemar K-Pop cenderung memiliki motivasi tinggi dalam mengembangkan diri karena terinspirasi oleh kerja keras dan disiplin para idol Korea.
5. Dampak Negatif dari K-Pop
Meskipun memberikan banyak pengaruh positif, K-Pop juga menimbulkan beberapa dampak negatif. Kania dan Amelia mengaku bahwa terkadang perhatian terhadap K-Pop membuat waktu belajar sedikit terganggu, meskipun tidak sampai menurunkan prestasi akademik secara signifikan. Selain itu, ketiga narasumber pernah merasa sedih atau stres ketika idol favorit mereka mengalami masalah atau muncul berita buruk.
Namun, mereka tidak termasuk penggemar yang berlebihan dalam hal finansial. Baik Marissa, Kania, maupun Amelia tidak terlalu sering membeli merchandise mahal atau tiket konser, sehingga dampak ekonomi dari kegemaran ini relatif kecil. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mereka sangat menyukai K-Pop, ketiganya masih mampu mengendalikan diri dan menjaga keseimbangan antara hobi dan tanggung jawab akademik.
Berdasarkan hasil wawancara dan analisis, tujuan tersebut berhasil tercapai. Penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama demam K-Pop di kalangan remaja adalah daya tarik musik yang energik, penampilan visual para idol yang menarik, serta peran besar media sosial dalam memperluas pengaruhnya. Dampak positif yang ditemukan antara lain meningkatnya semangat belajar, terutama dalam mempelajari bahasa Korea, tumbuhnya rasa percaya diri, serta meningkatnya kreativitas dalam menari dan berpenampilan. Namun demikian, terdapat pula dampak negatif seperti potensi gangguan waktu belajar dan emosi berlebih ketika idol favorit mengalami masalah.
Secara keseluruhan, hasil penelitian ini membuktikan bahwa fenomena K-Pop memberikan pengaruh yang kuat terhadap kehidupan remaja, baik secara sosial maupun psikologis. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk menyeimbangkan antara hobi dan tanggung jawab, serta menempatkan ketertarikan terhadap K-Pop sebagai sarana positif untuk mengembangkan diri, bukan sekadar bentuk fanatisme berlebihan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, Fenomena Demam K-Pop Dikalangan Remaja menunjukkan bahwa budaya populer Korea Selatan memiliki pengaruh pada kalangan remaja terhadap gaya hidup, perilaku, dan cara berpikir. Ketertarikan terhadap K-Pop dipicu oleh musik yang energik, penampilan idol yang menarik, serta peran media sosial yang mempercepat penyebaran budaya tersebut. Meskipun membawa dampak positif seperti meningkatnya motivasi belajar dan kreativitas, fenomena ini juga menimbulkan dampak negatif berupa kecenderungan konsumtif dan pengelolaan waktu yang kurang baik. Oleh karena itu, remaja perlu bersikap bijak dalam menikmati budaya K-Pop agar tetap seimbang antara hiburan dan tanggung jawab.
Daftar Pustaka
Hidayati, N., & Indriana, Y. (2022). HUBUNGAN ANTARA FANATISME DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PENGGEMAR KPOP DI SEMARANG | La relación entre el fanatismo y el comportamiento consumista en los adolescentes fanáticos del K-Pop en Semarang. Jurnal EMPATI, 11(1), 56–60. https://docs.google.com/document/d/1NzJE-w8Pa9k-cxkSCkTArEkJoyKqgWLcA0M-xvJSMe8/edit
Putri, L. A. (2020). Dampak Korea Wave Terhadap Prilaku Remaja Di Era Globalisasi. Al-Ittizaan: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 3(1). https://doi.org/10.24014/0.8710187
Sudwintari, S., & Perangin-angin, A. B. (2022). Teenager’s Perception of Kpop Cultural Adaptation In Indonesia. LingPoet: Journal of Linguistics and Literary Research, 3(1), 40–51. https://doi.org/10.32734/lingpoet.v3i1.6319
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
