Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sovi Dwi Azzahra

Terjebak dalam Timeline: Mengapa Cara Berpikir Kita Semakin Mudah Terpengaruh?

Trend | 2025-11-28 13:54:34

Apa yang Anda lakukan saat membuka mata setelah tidur di malam hari? Membuka layar ponsel untuk scroll TikTok atau minum air putih? Kebanyakan orang saat bangun mencari ponsel -nya untuk scroll video TikTok, Instagram, ataupun media sosial lainnya. Di era sekarang ini, ketika bangun tidur sudah mencari handphone , secara tidak sadar media sosial sudah berpengaruh besar terhadap kehidupan kita. Timeline yang selalu membawa informasi terbaru dari seluruh belahan dunia, namun pada saat yang sama dapat menjelaskan kita dalam arus yang tak terputus. Setiap geseran jari membawa informasi baru yang belum kita ketahui kebenarannya. Dalam derasnya arus informasi yang tersebar, pola pikir kita perlahan terbentuk oleh algoritma dan konten yang paling menarik perhatian.

Fenomena ini menimbulkan satu pertanyaan: Mengapa media sosial dapat mempengaruhi pemikiran kita hanya karena apa yang muncul di timeline? Di tengah gempuran konten yang provokatif dan penuh bias, kemampuan berpikir kritis kita semakin diuji.

Media Sosial sebagai Ruang yang mengatur Apa yang Kita Lihat

Bagaimana timeline media sosial kalian sesuai dengan apa yang kalian rasakan atau yang kalian inginkan? Sebenarnya, semua media sosial saat ini dikendalikan secara otomatis oleh algoritma. Nah, apa itu Algoritma dan bagaimana cara kerjanya? Algoritma merupakan suatu sistem pemrograman yang digunakan oleh platform media sosial untuk mengatur dan menampilkan konten yang relevan dengan pengguna. Contohnya, seperti kalian menyukai sebuah dan melakukan pencarian konten serupa, maka konten timeline kalian akan muncul konten yang sama pula.

Contoh tersebut merupakan Algoritma filter bubble (gelembung informasi). Sebenarnya, Algoritma ini terdengar biasa saja dan tidak terlalu berbahaya, bahkan bisa memudahkan pengguna. Sayangnya, Algoritma semacam ini justru mengisolasi pengguna dari informasi-informasi yang seharusnya didapat di luar gelembung. Biasanya, kita akan berhubungan dengan konten yang ada di timeline . Hal ini akan membuat kita terjebak dengan pemikiran kita sendiri, hanya karena melihat konten yang serupa.

Bias Kognitif yang Membuat Kita Rentan Terpengaruh

Dikutip dari Digital Citizenship Indonesia, Bias Konfirmasi adalah kecenderungan individu untuk mencari dan mempercayai informasi yang sesuai dengan pengecualian, serta mengabaikan informasi yang bertentangan. Bias ini membuat seseorang lebih nyaman berada di ruang gema dan dapat menimbulkan efek gema atau Echo Chamber . Sekali lagi, fenomena ini tampak tidak berbahaya. Namun, efek gema ini dapat memicu bias kognitif, bahkan bisa mencerminkan cara pandang terhadap suatu topik karena sistem seperti mempertemukan dengan pengguna lain yang memiliki opini dan topik favorit yang serupa (Wulandari et al., 2021). Hal ini akan menyebabkan kita rentan terhadap pengaruh informasi yang sering muncul, meskipun beberapa di antaranya tidak valid.

Reaksi Tanpa Analisis: Dampak Kecepatan Konsumsi Informasi

Platform media sosial dirancang dengan algoritma untuk memaksimalkan keterlibatan yang membuat kita terjebak di dalamnya. Konten-konten dengan thumbnail yang clickbait , respon emosional kita lebih cepat daripada proses evaluasi logistik. Pada tahap ini, sebagian orang sudah membuat opini sebelum membaca dengan tuntas informasi yang disampaikan. Pola pikir seperti ini dapat merusak kemampuan berpikir kritis jangka panjang.

Dampak terhadap Masyarakat dan Individu

Apakah hal-hal diatas dapat berdampak buruk terhadap masyarakat ataupun diri kita sendiri? Tentu saja hal itu bisa terjadi di tengah kita. Diantaranya adalah polarisasi sosial, dimana individu dari kelompok yang berbeda semakin sulit untuk berdiskusi secara terbuka. Penyebaran hoaks dan misinformasi akan semakin meningkat, lebih mudah menyebar, dan diterima tanpa verifikasi kebenarannya lebih lanjut.

Cara mengatasi dampak buruk yang menyebar adalah dengan melatih berpikir kritis, menggunakan algoritma dengan bijak, meningkatkan literasi digital, dan mendorong platform digital untuk mengurangi bias algoritmik.

Sumber:

https://digitalcitizenship.id/pengetahuan-dasar/echo-chambers

Wulandari, V., Rullyana, G., & Ardiansah, A. (2021). Pengaruh algoritma filter bubble dan echo chamber terhadap perilaku penggunaan internet. Berkala Ilmu Perpustakaan Dan Informasi , 17 (1), 98–111. https://doi.org/10.22146/bip.v17i1.423

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image