Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image iqra publika

Proses Kreatif Menulis

Didaktika | 2025-11-27 06:50:22

Oleh: Muhammad Syafi’ie el-Bantanie

(Penulis 57 buku di Indonesia, 5 buku di Malaysia, dan ratusan artikel di media massa)

Bila pembaca tinggal menikmati buku dengan membacanya, tidak demikian dengan penulisnya. Butuh proses panjang dan perjuangan dalam menulis buku sampai tuntas dan terbit menjadi buku, sehingga bisa dinikmati oleh para pembaca.

Pertama, menggali ide tulisan. Untuk memperoleh ide tulisan, penulis harus mengamati fenomena kehidupan masyarakat, berpikir dan merenung tentang hakikat kehidupan, membaca berbagai macam bacaan, berdialog dengan diri, lalu menghubung-hubungkan, menganalisis dan sintesis, sampai menelurkan beberapa alternatif ide tulisan. Kemudian, mengendapkannya sampai mengkristal menjadi satu ide/gagasan tulisan paling tepat.

Kedua, merumuskan kerangka tulisan. Pada tahapan ini penulis harus melahap sekian banyak bacaan. Menginventarisir pengetahuan dan informasi yang terkait dengan ide tulisan yang akan ditulis. Menyistematiskannya agar menjadi kerangka atau bangunan tulisan yang padu. Proses ini sungguh menyita banyak energi, pikiran, dan waktu. Sampai jadi kerangka tulisan yang utuh. Pada hasil akhirnya berupa outline naskah buku yang akan ditulis.

Ketiga, berdasarkan outline yang sudah disusun itulah, penulis mulai menuliskan naskah bukunya. Halaman demi halaman, bagian demi bagian, bab demi bab. Pada tahap ini penulis menyantap bacaan lebih banyak lagi dengan lebih intensif. Jika pada tahap merumuskan kerangka tulisan cukup dengan membaca skimming, maka pada tahapan ini penulis harus membaca mendalam. Inilah tahapan paling butuh perjuangan, fokus tingkat tinggi, dan komitmen untuk menuntaskannya.

Anda bisa bayangkan, setiap hari penulis harus menulis agar naskahnya bisa rampung. Dia harus melawan rasa penat dan jenuh berkutat setiap hari dengan buku, tulisan, dan laptop. Tidak jarang harus sampai memaksanakan diri menulis. Dia harus galak mengingatkan dirinya akan komitmen menulis setiap hari dan menuntaskan naskah bukunya. Jika hari ini absen menulis karena overload aktivitas, maka esoknya harus dibayar dengan menulis lebih banyak.

Sementara pada sisi lain, ada tanggung jawab juga terhadap istri dan anak-anak. Mengajari anak-anak mengaji, menerima setoran hafalan Al-Qur’an, sampai menemani mereka tidur. Dia harus benar-benar pandai membagi waktunya yang terbatas. Apalagi penulis yang masih bekerja setiap hari nine to five. Tidak jarang dia harus mengorbankan waktu tidurnya. Nyaris setiap malam dia tidur larut kisaran pukul 12 malam sampai 01.30 dini hari. Lalu, sudah harus bangun sebelum subuh. Pergi ke masjid dan mengimami shalat subuh berjama’ah (bagi penulis yang juga mendapat tanggung jawab menjadi imam rawatib).

Mengapa sampai segitunya? Ini tentang komitmen berkontribusi membangun peradaban ilmu pengetahuan dan mewariskan ilmu pada generasi mendatang.

Ketiga, me-review dan mengedit naskah buku. Setelah melewati proses berliku menulis naskah buku sampai tuntas. Tahap berikutnya adalah me-review dan mengedit tulisan. Pada tahap ini penulis harus membaca tulisannya berulang-ulang. Pada tataran teknis harus nol typo (salah ketik). Pada tataran substansi, tulisan harus padu, koheren, sistematis, dan valid basis keilmuannya. Tidak jarang penulis mengubah dan memperbaiki pada beberapa bagian. Lalu, membaca ulang sampai yakin sudah ajeg.

Keempat, mengirimkan ke penerbit buku. Pada tahap ini penulis harus menyusun identitas buku; mulai jenis buku yang ditulis, latar belakang ide, segmentasi pembaca yang disasar, selling point buku, sampai usulan strategi pemasaran buku. Selanjutnya, tim editor penerbit akan me-review naskah buku yang dikirim penulis dan membahasnya pada rapat redaksi.

Biasanya tidak hanya tim redaksi, tapi juga melibatkan tim marketing. Karena, penerbit butuh perspektif dari sisi marketing. Naskah buku tidak hanya dinilai dari sisi kualitasnya, tetapi juga apakah ide tulisan yang ditawarkan menarik masyarakat untuk membelinya. Pada akhirnya, penerbit akan memutuskan apakah naskah buku diterima tanpa revisi, diterima dengan revisi, atau ditolak. Proses ini biasanya antara dua sampai tiga bulan.

Kelima, jika naskah buku diterima tanpa revisi, maka penulis tinggal menunggu proses penerbitan buku oleh penerbit. Naskah buku akan di-layout dan diedit oleh editor penerbit buku. Penulis akan dihubungi kembali untuk me-review naskah hasil layout dan disain cover untuk dimintai pendapatnya. Namun, ada juga penerbit yang tidak melakukan ini.

Akan tetapi, jika naskah buku diterima dengan revisi, maka penulis harus merevisinya sesuai hasil diskusi antara penulis dan tim redaksi penerbit. Penerbit memberikan tenggat waktu kepada penulis menyelesaikan revisi naskah bukunya. Bagaimana jika ditolak? Ya, itu risiko yang harus dihadapi penulis. Penulis bisa berusaha menawarkan naskah bukunya kepada penerbit lain yang lebih sesuai karakteristiknya dengan tema buku yang ditulisnya.

Keenam, layout naskah buku dan disain cover selesai di-review final dan siap dicetak. Pada tahap ini pekerjaan penulis sudah selesai. Selanjutnya, penerbit yang akan mengurus semuanya sampai buku selesai dicetak. Penulis akan menandatangani perjanjian kerjasama penerbitan buku dengan penerbit. Kemudian, buku didistribusikan ke jaringan toko buku modern, seperti Gramedia, dan diera sekarang di toko buku marketplace yang dimiliki penerbit.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image