Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Surya Ramayani

Remaja dalam Jerat Narkoba : Kegagalan Sistemik Melindungi Anak Bangsa

Agama | 2025-11-19 21:43:13
Sumber Ilustrasi : iStock.

Kasus penyalahgunaan narkoba kembali mencoreng dunia pendidikan Indonesia. Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Timur mengungkapkan bahwa 15 siswa SMP di Surabaya dinyatakan positif mengonsumsi narkoba. Temuan ini tidak hanya menyuguhkan fakta kriminal, tetapi menggambarkan betapa rapuhnya benteng perlindungan moral, sosial, dan negara terhadap anak bangsa.

Kasus ini kian memprihatinkan karena berkaitan langsung dengan Jalan Kunti di Surabaya, yang selama ini dikenal sebagai salah satu Kampung Narkoba. Di wilayah tersebut berdiri bedeng-bedeng kecil dari kayu yang beratapkan terpal—tempat transaksi narkoba dan pesta sabu berlangsung. Keberadaan ruang gelap seperti ini, apalagi di pusat kota, menunjukkan bahwa masalah narkoba telah mengakar kuat, sistemik, dan berlangsung di celah lemahnya pengawasan.

Fenomena Remaja Terjebak Narkoba: Tanda Krisis Nilai dan Disorientasi Hidup

Penyalahgunaan narkoba pada remaja bukan hanya tindak kriminal, melainkan gejala yang mengindikasikan krisis nilai, krisis spiritual, serta kekosongan makna dan kebahagiaan hakiki. Pada fase perkembangan remaja, pencarian jati diri merupakan fase paling krusial. Tanpa pondasi nilai yang kokoh, remaja mudah mencari pemuasan instan, termasuk melalui penggunaan zat adiktif.

Beragam kajian psikologi perkembangan juga menunjukkan bahwa:

 

  • Remaja yang tidak memiliki keterikatan moral yang kuat lebih rentan terhadap perilaku berisiko.
  • Krisis identitas yang tidak diarahkan dengan baik dapat melahirkan perilaku menyimpang, termasuk penyalahgunaan zat.
  • Kekuatan keimanan dan nilai ketakwaan menjadi faktor protektif (protective factor) yang kuat dalam mencegah penyalahgunaan narkoba.

Dalam konteks ini, lemahnya internalisasi nilai-nilai spiritual dan kemandulan pendidikan moral pada remaja jelas memperbesar peluang mereka terdorong ke perilaku berbahaya.

Peredaran Narkoba di Surabaya: Bukti Lemahnya Pengawasan Negara dan Masyarakat

Keberadaan Kampung Narkoba di Jalan Kunti memperlihatkan betapa peredaran narkoba telah menjadi ekosistem yang sistemik. Bedeng-bedeng yang berdiri di area permukiman adalah indikator bahwa peredaran narkoba tidak terjadi secara sembunyi-sembunyi, tetapi beroperasi dengan keterbukaan dan keberanian.

Artinya negara belum hadir secara optimal. Hukuman, pemberantasan, dan pembinaan belum memberikan efek jera atau memutus mata rantai peredaran. Disamping itu masyarakat kehilangan daya kontrol sosial. Normalisasi lingkungan kriminal menyebabkan masyarakat terbiasa dengan kehadiran aktivitas haram tanpa resistensi moral. Akhirnya anak-anak dan remaja berada di garis tembak. Kemudahan akses terhadap narkoba membuat mereka menjadi sasaran empuk, baik sebagai pengguna maupun potensi kurir.

Padahal secara sosiologis, negara berkewajiban menciptakan lingkungan sehat sebagai ruang tumbuh generasi. Lingkungan sosial yang rusak tidak cukup diperbaiki dengan penyuluhan sporadis atau razia berkala. Butuh keseriusan struktural dan sistemik.

Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler: Kebebasan tanpa Kontrol yang Menjerumuskan

Salah satu akar masalah yang jarang disorot adalah gagalnya kurikulum pendidikan berbasis sekuler yang diterapkan saat ini. Sistem sekuler memisahkan agama dari kehidupan, termasuk dari dunia pendidikan. Dampaknya antara lain; nilai agama direduksi sebagai aspek pelengkap, bukan sebagai landasan utama pembentukan kepribadian; pendidikan karakter dalam kurikulum sekuler bersifat normatif, tidak berlandaskan otoritas moral yang transenden; remaja dibentuk untuk menjalani kebebasan berekspresi tanpa batas moral yang jelas; dan orientasi pendidikan lebih menitikberatkan pada kompetensi akademik dan keterampilan, bukan pada pembentukan akhlak dan kontrol diri.

Padahal dalam perspektif pendidikan Islam, tujuan pendidikan bukan sekadar mencerdaskan, tetapi membentuk manusia bertakwa. Pendidikan sekuler tidak mampu menjawab kebutuhan spiritual remaja, sehingga menghasilkan generasi yang cerdas secara teknis, tetapi rapuh secara moral dan mudah terseret arus gaya hidup merusak.

Akibatnya, fenomena remaja terjerumus narkoba, pornografi, kekerasan, hingga pergaulan bebas kian meningkat. Inilah konsekuensi ketika kurikulum berjalan tanpa pedoman nilai yang kokoh.

Pendekatan Ilmiah: Mengapa Nilai Keimanan Menjadi Faktor Protektif?

Sejumlah penelitian psikologi menyebutkan bahwa religiositas dan spiritualitas terbukti mampu meningkatkan kontrol diri (self-control), menurunkan kecenderungan mencoba perilaku berisiko, meningkatkan ketahanan psikologis (reslilience), serta mampu menciptakan ikatan moral yang mencegah perilaku destruktif.

Dalam pendidikan Islam, proses tarbiyah menumbuhkan muraqabah—kesadaran bahwa Allah selalu mengawasi. Kesadaran inilah yang membuat seseorang takut melakukan tindakan yang merusak diri dan masyarakat.

Karena itu, penguatan nilai keimanan bukan sekadar doktrin agama, tetapi merupakan upaya ilmiah dan efektif untuk menciptakan remaja yang sehat secara psikologis dan moral.

Solusi Fundamental: Penerapan Islam Secara Kaffah

Indonesia membutuhkan solusi yang tidak hanya mengobati gejala, tetapi menyelesaikan akar masalah. Solusi parsial seperti razia narkoba, penyuluhan, atau konseling sangat penting, namun tidak cukup. Dibutuhkan pendekatan komprehensif berbasis nilai, moral, dan sistem.

1. Dalam Level Keluarga

Islam mengajarkan peran orang tua sebagai pendidik utama (madrasah ula). Penguatan akidah, penanaman takwa, serta komunikasi hangat menjadi benteng pertama bagi remaja dari pengaruh buruk.

2. Dalam Level Pendidikan

Pendidikan Islam secara kaffah memberikan:

 

  • kurikulum berbasis akidah,
  • pembentukan karakter Islami,
  • lingkungan sekolah yang kondusif dan terjaga,
  • hubungan guru–murid yang bukan hanya akademik, tetapi juga spiritual.

Pendidikan semacam ini terbukti membentuk kepribadian yang stabil dan bersih dari perilaku destruktif.

3. Dalam Level Negara

Negara dalam pandangan Islam wajib:

 

  • menindak tegas jaringan narkoba hingga ke akar,
  • menjamin lingkungan sosial bersih dari kemaksiatan,
  • mengawasi ketat peredaran narkoba,
  • menjamin pendidikan moral berjalan efektif.

Penegakan hukum Islam juga memberikan efek jera yang kuat bagi pengedar dan bandar yang merusak generasi.

Selamatkan Generasi Sebelum Terlambat

Kasus 15 siswa SMP di Surabaya yang positif narkoba bukan sekadar peristiwa kriminal. Ini adalah alarm keras bahwa sistem sosial, pendidikan, dan negara sedang gagal melindungi generasi. Selama kampung narkoba tetap hidup, selama kurikulum sekuler tetap mengabaikan nilai ilahiah, dan selama negara tidak hadir secara tegas, maka kasus serupa akan terus berulang.

Generasi adalah aset bangsa. Jika mereka rusak, masa depan pun rusak. Oleh karena itu, bangsa ini harus mengambil pilihan tegas: mengembalikan pendidikan, keluarga, dan negara kepada nilai-nilai Islam secara kaffah. Hanya dengan itu remaja dapat diselamatkan, narkoba dapat diberantas, dan masa depan bangsa dapat terjaga.

Allahua'lam.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image