Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dahlia-Ku

Ketika Nabi Meredam Amarah Korban Bullying

Pendidikan | 2025-11-15 10:13:05
Picture : freepik

Bulan ini perhatian publik terfokus diantaranya pada dua kasus yang melibatkan remaja dugaan korban bullying. Yang pertama kasus pembakaran di sebuah asrama Ponpes. Kapolresta Banda Aceh Kombes Joko Heri Purwono menyampaikan -- "Pelaku mengaku telah mengalami tindakan bullying yang dilakukan oleh beberapa temannya, tindakan bullying yang dialami anak pelaku diantaranya anak pelaku sering dikatakan idiot ataupun tolol". (detiksumut, 12/11/2025).

Yang kedua adalah kasus ledakan yang terjadi di sebuah SMA Negeri di Jakarta Utara, dimana dugaan pelaku ledakan masih berusia 17 tahun. Sejumlah media mengutip pernyataan beberapa pelajar SMAN 72 yang menyebut terduga pelaku ledakan adalah seorang siswa yang kerap mengalami bullying atau dirundung siswa lain. Salah seorang pelajar SMAN 72 di Jakarta menyampaikan -- "Saya menduga siswa ini ingin balas dendam dan bunuh diri. Tadi saya lihat ada tiga jenis bom dan hanya dua yang meledak," dikutip dari kantor berita Antara, (Jumat, 07/11/2025).

Tidak ada asap jika tidak ada api. Kasus bullying yang belum tuntas sampai akarnya, telah nyata berpotensi melahirkan tindakan membahayakan pada banyak orang. Dan dua kasus di atas harus menjadi alarm bersama bahwa ada PR besar pada kesehatan mental dan kepribadian generasi penerus bangsa.

Perundungan atau bullying berupa lisan dan sikap merendahkan orang, tentu bukan sekedar candaan belaka. Bullying menyebabkan korban tersakiti jiwa dan mentalnya hingga bisa berujung pada dendam dan putus asa.

Di zaman Rasulullah pun sudah pernah terjadi bullying yang menimpa diantaranya pada sahabat Abdullah bin Mas'ud yang ditertawakan karena mempunyai kaki yang kecil. Apa yang dilakukan Nabi?. Beliau tak tinggal diam, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata "Betis itu lebih berat disisi Allah daripada gunung Uhud".

Kisah yang lain dialami oleh Bilal bin Rabah yang pernah dihina oleh Abu Dzar dengan perkataan yang kasar "Diam kau wahai anak hitam dari budak perempuan hitam!". Nabi menasihati Abu Dzar, "Engkau masih punya sifat jahiliyah dalam dirimu." Abu Dzar lantas menangis dan meminta agar kepalanya diinjak. Namun luarbiasanya Bilal memaafkan kata-kata kasar tersebut dan membersihkan kepalanya.

Beginilah cara Nabi meredam luka dan amarah korban bullying. Contoh akhlaq mulia yang seharusnya diteladani semua pihak saat ini ketika menangani kasus bullying. Sehingga luka yang sudah ditorehkan tidak akan makin menganga dan sewaktu-waktu bisa meledak.

Agar tidak ada lagi pelaku bullying maka solusinya harus melibatkan tiga komponen, diantaranya yang pertama yaitu pihak keluarga. Dalam surah at-Tahrim ayat 6, Allah Ta'ala mengingatkan orang mukmin agar memelihara diri dan keluarga dari azab neraka. Ali bin Abi Talib menafsirkan ayat ini yang maksudnya ajarilah mereka dan didiklah mereka oleh kalian dengan ketakwaan. (Ibnu al-Jauzi Zad al-Masir, 6/48).

Keluarga merupakan tempat pertama mendidik generasi. Ketika di keluarga mendapat pendidikan yang benar, maka anak akan berperilaku penuh kasih sayang, dan tidak melakukan kekerasan dan kezaliman.

Yang kedua adalah sekolah tempat anak menimba ilmu. Dalam pandangan Islam, sekolah merupakan sarana agar generasi terbentuk kepribadian Islam, dimana pola pikir dan pola sikap anak akan sesuai dengan tuntunan syariah. Maka urgen kurikulum yang mendidik anak agar tidak berperilaku zalim baik lisan atau fisik pada temannya. Sebagaimana sabda Rasulullah yang artinya, "seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Ia tidak boleh menzalimi, tidak boleh merendahkan dan tidak boleh membiarkan saudaranya (terzalimi). (HR Muslim no. 2564).

Namun harus diakui, bahwa kehidupan yang melingkupi anak saat ini adalah kehidupan yang sakit. Yaitu kehidupan sekuler yang menjamin kebebasan berekspresi, bahkan perilaku merendahkan dan kasar pada orang lain. Inilah pentingnya evaluasi besar dari semua pihak yang terlibat di dunia pendidikan, untuk mempunyai satu standar yang benar dalam menilai benar salah, kasar tidak kasar, dan seterusnya. Sehingga keberhasilan di dunia pendidikan akan ditandai dengan terbentuknya akhlaq mulia yang penuh kasih sayang baik pada diri para pendidik dan para pelajar.

Ketiga peran negara (penguasa). Amanah negara adalah menjaga keamanan jiwa, kehormatan dan fisik semua warganya termasuk anak dan para pelajar. Anak harus dilindungi dari berbagai macam kezaliman baik lisan, sikap merendahkan, melukai fisik, bahkan hilangnya sebuah nyawa. Jika terdapat bullying yang menyebabkan korban direndahkan kehormatannya, depresi hingga bunuh diri, atau bullying yang membuat korban meninggal dunia, maka ini semua termasuk pelanggaran serius. Bahkan Islam memandang jika pelaku bullying harus diberikan sanksi yang tegas dan adil. Apalagi jika korban sampai meninggal, pelaku akan dikenai hukuman yang setimpal (qishash).

Dengan perbaikan serius dan kerjasama tiga komponen inilah, serta meneladani akhlaq Nabi dan mengambil solusi dari Islam, besar harapan bahwa kasus bullying bisa tuntas dari akarnya, korban bisa sembuh dan sehat kembali mentalnya. Di sisi lain para pelaku bullying benar-benar akan mendapat efek jera dan sanksi yang tegas.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image