Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Finky Dita Angelia

Panasnya Real, Kesadaran Sunscreen Masih Nihil?

Info Sehat | 2025-11-06 08:58:11
Sumber: lpmsigma.com

Belakangan ini, Indonesia menghadapi cuaca ekstrem dengan peningkatan suhu yang cukup tinggi di berbagai daerah. Surabaya menjadi salah satu kota yang paling terasa dampaknya. Memang kondisi ini bukanlah hal baru, sebab Surabaya sudah dikenal sebagai kota yang memiliki suasana yang panas dan terik. Namun, pada kondisi ekstrem seperti ini seharusnya dapat menjadi sebuah pengingat bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap perlindungan diri, terutama pada kesehatan kulit. Salah satu langkah sederhana yang paling sering diabaikan adalah penggunaan sunscreen (tabir surya). Sayangnya, kesadaran masyarakat akan hal tersebut masih tergolong sangat rendah, sehingga risiko kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari terus meningkat.

Rendahnya kesadaran ini tampak jelas dari banyaknya anggapan bahwa penggunaan tabir surya hanyalah sekadar gaya hidup atau hanya diperuntukkan bagi kaum hawa. Padahal, tabir surya berperan penting dalam menjaga dan melindungi kulit dari bahaya paparan sinar ultraviolet (UV) yang dihasilkan oleh matahari. Paparan sinar UV berlebihan terbukti membawa dampak yang serius terhadap kesehatan kulit. Menurut World Health Organization (WHO), sekitar delapan dari sepuluh kasus penuaan kulit dini yang disebabkan oleh paparan sinar matahari tanpa perlindungan. Sinar UV sendiri terbagi menjadi dua, yaitu sinar UVB dan UVA. Sinar UVB dapat merusak DNA sel kulit dan meningkatkan risiko kanker kulit, sementara sinar UVA mampu menembus lapisan kulit lebih dalam sehingga memicu kerusakan kolagen yang berujung pada keriput dan munculnya flek hitam. Namun, sayang sekali kesadaran masyarakat terhadap pentingnya penggunaan tabir surya masih rendah. Hal tersebut tidak terlepas juga dari minimnya edukasi mengenai bahaya sinar ultraviolet serta kurangnya pemahaman bahwa perlindungan kulit bukan hanya sekadar urusan estetika, melainkan juga bagian dari menjaga kesehatan kulit untuk jangka panjang.

Minimnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya penggunaan tabir surya terhadap kesehatan kulit juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berhubungan. Dari segi budaya, sebagian masyarakat menganggap bahwa orang berkulit gelap adalah suatu hal yang wajar dan bahkan diartikan juga sebagai tanda ketangguhan, sehingga muncul pemikiran bahwa perlindungan kulit dari sinar matahari belum dianggap sebagai hal yang penting. Dari segi ekonomi, masyarakat menganggap bahwa tabir surya adalah suatu produk yang mahal dan bukan kebutuhan utama, khususnya pada masyarakat yang memiliki penghasilan terbatas. Faktor edukasi juga berperan penting karena informasi dan pengetahuan akan bahaya sinar UV dan manfaat tabir surya masih jarang disosialisasikan secara menyeluruh. Selain itu, persepsi bahwa tabir surya hanya dibutuhkan untuk perempuan saja atau mereka yang sering beraktivitas di luar ruangan semakin memperkuat rendahnya kesadaran masyarakat dan bahkan persepsi tersebut dapat menimbulkan rasa gengsi bagi laki-laki yang ingin memakai tabir surya.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan tindakan yang tepat, menyeluruh, dan berkesinambungan. Pertama, dengan memperkuat edukasi kepada masyarakat melalui kampanye kesehatan yang sederhana, mudah dipahami, dan dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari. Media sosial, televisi, hingga poster informasi di tempat umum dapat dimanfaatkan sebagai wadah untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan bahwa tabir surya bukan sekadar kosmetik, melainkan merupakan suatu kebutuhan dasar untuk menjaga kesehatan kulit. Kedua, mengoptimalkan peran tenaga kesehatan di puskesmas, rumah sakit, maupun posyandu dengan menyelipkan edukasi tentang bahaya sinar UV dan cara penggunaan tabir surya yang tepat. Ketiga, pemerintah dapat bekerja sama dengan industri kosmetik untuk menciptakan produk tabir surya dengan harga yang lebih terjangkau, ramah lingkungan, dan sesuai dengan tipe kulit masyarakat Indonesia. Selain itu, sekolah dan perguruan tinggi dapat memasukkan materi mengenai perlindungan kulit dalam kurikulum untuk membentuk kebiasaan penggunaan tabir surya sejak dini. Terakhir, mengajak masyarakat untuk mengubah pola pikir bahwa melindungi kulit dengan penggunaan tabir surya sama pentingnya dengan menjaga kebersihan diri. Dengan adanya kolaborasi edukasi, akses yang mudah, dan perubahan budaya, penggunaan tabir surya dapat menjadi kebiasaan yang melekat dan efektif mengurangi risiko kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari.

Cuaca ekstrem dan paparan sinar ultraviolet bukanlah sekadar persoalan sepele, melainkan sebuah isu kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian serius. Perlindungan kulit bukan hanya berkaitan dengan penampilan, tetapi juga langkah preventif untuk mencegah berbagai penyakit kulit di masa mendatang. Oleh karena itu, sudah saatnya masyarakat lebih sadar dan membiasakan diri menggunakan tabir surya sebagai bentuk kepedulian terhadap kesehatan diri sendiri. Dengan tindakan sederhana seperti penggunaan tabir surya setiap hari dapat memberikan dampak besar bagi kesehatan kulit di kemudian hari. Mulailah dari sekarang untuk menggunakan tabir surya, karena kulit sehat merupakan investasi jangka panjang bagi diri kita sendiri.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image