Kebiasaan Mahasiswa Sering Menunda Tugas Akademik
Gaya Hidup | 2025-10-29 07:02:32Menunda Tugas ialah kebiasaan yang terlihat sepele tapi berdampak besar. Di tengah padatnya aktivitas perkuliahan dan tuntutan akademik, fenomena mahasiswa yang sering menunda-nunda tugas bukanlah hal yang asing lagi. Entah itu tugas esai, laporan praktikum, atau presentasi kelompok, banyak mahasiswa cenderung menunggu hingga mendekati tenggat waktu untuk mulai mengerjakannya. Bahkan, tidak jarang tugas diselesaikan di malam hari sebelum pengumpulan — terburu-buru, tidak maksimal, dan penuh tekanan.Menariknya, kebiasaan ini tidak hanya terjadi pada mahasiswa dengan prestasi akademik biasa, tetapi juga pada mereka yang tergolong cerdas dan berpotensi tinggi. Lantas, mengapa kebiasaan ini begitu umum dan apa dampak jangka panjangnya?
Fenomena menunda tugas bukan sekadar masalah "malas" atau "tidak mau repot". Masalah yang lebih dalam justru terletak pada manajemen waktu yang buruk, kurangnya motivasi internal, tekanan psikologis, hingga perfeksionisme. Masalah ini sering kali tidak disadari dan akhirnya menjadi pola hidup yang berulang, menciptakan siklus produktivitas rendah dan stres yang berkelanjutan. Secara spesifik, masalah yang muncul dari fenomena ini meliputi:
•Penurunan kualitas tugas yang dikerjakan.
•Tingkat stres yang tinggi menjelang deadline.
•Gangguan tidur dan kesehatan mental.
•Penurunan performa akademik secara keseluruhan.
Beberapa studi menunjukkan bahwa prokrastinasi akademik (academic procrastination) merupakan salah satu perilaku yang paling umum terjadi di kalangan mahasiswa. Sebuah penelitian oleh Steel (2007) menyebutkan bahwa sekitar 70-95% mahasiswa mengaku pernah menunda tugas, dan sekitar 50% melakukannya secara konsisten. Dalam konteks psikologis, prokrastinasi bukan hanya tentang manajemen waktu, tetapi juga terkait dengan regulasi emosi dan persepsi terhadap tugas. Tugas yang dianggap sulit, membosankan, atau menantang secara emosional cenderung lebih mudah ditunda. Mahasiswa juga sering mengalami fear of failure (takut gagal), yang justru mendorong mereka untuk tidak memulai tugas agar tidak menghadapi tekanan lebih awal.Sementara itu, studi lain dari Journal of Behavioral Medicine (Tice & Baumeister, 1997) menunjukkan bahwa mahasiswa yang sering menunda tugas memang merasakan kenyamanan sementara di awal, tetapi mengalami stres dan kualitas hidup yang lebih buruk menjelang akhir semester. Artinya, kebiasaan ini membawa konsekuensi jangka panjang yang serius.
Untuk mengatasi masalah ini, perlu pendekatan yang tidak hanya menyasar gejalanya (misalnya: “kerjakan lebih awal”), tetapi juga akar penyebabnya. Berikut beberapa solusi yang dapat diterapkan:
a.Membangun Kesadaran dan Tujuan Pribadi
Mahasiswa perlu memiliki sense of purpose terhadap tugas yang diberikan. Ketika mahasiswa memahami manfaat jangka panjang dari tugas-tugas tersebut (misalnya, membangun pola pikir kritis atau keterampilan menulis), motivasi intrinsik akan meningkat.
b.Teknik Manajemen Waktu yang Realistis
Alih-alih merencanakan jadwal besar yang kaku, mahasiswa disarankan menggunakan metode seperti:
•Teknik Pomodoro: mengerjakan tugas dalam waktu 25 menit diselingi istirahat 5 menit.
•Chunking: memecah tugas besar menjadi bagian kecil yang lebih mudah dikerjakan secara bertahap.
c.Mengubah Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar yang minim gangguan dapat membantu mahasiswa lebih fokus. Mematikan notifikasi media sosial, belajar di tempat yang tenang, atau menggunakan aplikasi pendukung fokus (seperti Forest, Notion, atau Todoist) bisa sangat membantu.
d.Pendekatan Kognitif dan Emosional
Mahasiswa perlu menyadari bahwa kesempurnaan bukanlah tujuan. Sering kali, perfeksionisme membuat seseorang enggan memulai karena takut hasilnya tidak sempurna. Mengubah pola pikir menjadi “selesaikan dulu, sempurnakan nanti” bisa menjadi titik awal untuk mengurangi prokrastinasi.
e.Dukungan Sosial
Diskusi kelompok, komunitas belajar, atau bahkan accountability partner (teman yang saling mengingatkan untuk menyelesaikan tugas) terbukti efektif dalam menjaga konsistensi belajar.
Opini Kritis: Menunda Itu Manusiawi, tapi Jangan Dibiarkan
Menurut saya, prokrastinasi adalah hal yang sangat manusiawi — kita semua pernah mengalaminya. Namun, yang membedakan antara mahasiswa yang produktif dan tidak, bukanlah soal pernah menunda atau tidak, melainkan bagaimana mereka mengelola dan menyikapi kecenderungan itu. Menunda-nunda bisa jadi cara otak kita menghindari stres, tapi jika dilakukan terus-menerus tanpa kontrol, justru akan menimbulkan stres yang lebih besar. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk memiliki kesadaran diri (self-awareness) dan mulai membentuk kebiasaan yang sehat secara perlahan. Tidak perlu langsung sempurna; cukup mulai dari perubahan kecil, seperti menyicil tugas 15 menit per hari. Yang juga penting, dosen dan institusi pendidikan seharusnya memberikan ruang refleksi dan pendekatan yang lebih humanis dalam memahami pola kerja mahasiswa. Bukan hanya menuntut hasil akhir, tetapi juga mendampingi prosesnya.
Kesimpulan dan Ajakan: Ubah Pola, Bangun Masa Depan
Fenomena mahasiswa yang sering menunda tugas bukan sekadar masalah disiplin, tetapi mencerminkan berbagai aspek psikologis, sosial, dan sistemik dalam dunia pendidikan tinggi. Dengan memahami akar masalah dan menerapkan strategi yang tepat, kebiasaan ini bisa diubah secara bertahap
Menyelesaikan tugas lebih awal bukan hanya soal nilai, tapi tentang melatih tanggung jawab, disiplin, dan pengendalian diri—modal penting yang akan sangat berguna di dunia kerja maupun kehidupan pribadi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
