Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Renata Putri Salma

Estetika Identitas Gen Z: Gaya Nostalgia, Keberlanjutan, dan Eksperimen Diri

Gaya Hidup | 2025-10-18 18:28:52

Gen Z tumbuh di dunia yang serba cepat dan berlapis makna. Mereka merasakan kemajuan teknologi yang sangat cepat dan juga adanya perubahan arus globalisasi dari berbagai negara. Jadi, kita tidak perlu heran jika gaya hidup dan tingkah laku mereka sangat jauh berbeda dari generasi sebelumnya. Menurut Gen Z, fashion dan estetika tidak selalu berbentuk penampilan tetapi bisa juga dalam bentuk pengakuan, ekspresi, serta eksplorasi diri.

Tren Y2K kembali mendominasi di media sosial Gen Z. Celana low-rise, aksesori berwarna metalik, kacamata frame kecil, hingga gaya rambut yang dapat membuat kita nostalgia ke masa lampau. Menurut Gen Z, nostalgia bukan hanya meniru masa lalu, tetapi kita bisa memadukannya dengan sentuhan modern dengan cara mix and match, seperti menambahkan aksesori untuk menunjukkan keunikan. Menurut Popers.id (2025), tren ini kembali karena memberikan “rasa aman di tengah ketidakpastian zaman” dan menjadi sarana bagi Gen Z untuk mengekspresikan diri mereka terhadap masa lalu.

Berbeda dari generasi sebelumnya, Gen Z lebih sadar terhadap dampak lingkungan dari industri mode. Sebuah laporan dari Qasa Consulting (2025) menunjukkan bahwa lebih dari 70% Gen Z di Indonesia lebih memilih brand yang ramah terhadap lingkungan. Biasanya mereka memilih untuk melakukan kegiatan thrifting, mendukung brand lokal yang ramah lingkungan, atau bahkan membuat pakaian atau aksesoris dari bahan daur ulang. Fenomena ini dapat disebut sebagai Slow Fashion. Saat ini Gen Z mulai menolak budaya Fast Fashion, karena mereka menganggap bahwa ini sangat merugikan. Sekarang mereka mulai mengedukasi masyarakat melalui Tiktok atau Instagram dengan konten tentang upcycling your old clothes. Hal ini menunjukkan bahwa Gen Z tidak hanya mengikuti tren yang ada, namun juga mencoba menciptakan tren baru yang lebih bermanfaat di lingkungan (Qasa Consulting, 2025).

Salah satu hal yang paling mencolok dari Gen Z adalah keberanian mereka untuk mengekspresikan diri tanpa adanya batasan. Mereka tidak lagi dibatasi oleh standar gender atau stereotip kecantikan tradisional, dimana laki-laki bisa memakai rok dan perempuan memakai setelan formal maskulin. Gen Z memegang prinsip fashion “apa yang membuatku nyaman” bukan “apa yang pantas”. Dari hal tersebut, terbentuklah keragaman gaya yang menjadi sinyal kuat bahwa identitas tidak perlu dikotakkan, melainkan fleksibel dan unik tergantung diri masing-masing (GoodStats, 2025).

Mereka membuktikan bahwa gaya bukan hanya soal pakaian, namun soal nilai dan personal branding. Dengan adanya nostalgia, keberlanjutan, dan kebebasan berekspresi, mereka bisa menciptakan identitas yang berkelanjutan. Dibalik gaya warna-warni mereka, ada pesan sederhana yaitu “Kami berpakaian bukan untuk dilihat, namun untuk didengar.” Untuk Gen Z, setiap busana adalah suara, dan dunia adalah panggung tempat mereka berbicara tanpa kata

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image