Tanpa Green MICE, Indonesia Bisa Tertinggal di Industri Event Global
Hotel | 2025-09-24 16:20:06
Di tengah persaingan pariwisata internasional, Indonesia perlu lebih serius menggarap sektor Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE). Industri ini bukan sekadar soal gedung megah dan jumlah peserta yang datang, melainkan tentang bagaimana sebuah acara mampu meninggalkan dampak positif jangka panjang. Tren global kini bergerak menuju konsep berkelanjutan atau yang dikenal dengan Green MICE. Sayangnya, Indonesia masih berada di tahap awal dalam mewujudkan hal tersebut. Jika tidak segera berbenah, peluang emas ini bisa terlewat begitu saja.
Green MICE merupakan konsep penyelenggaraan acara yang ramah lingkungan, mengedepankan efisiensi energi, pengurangan limbah, dan partisipasi masyarakat lokal. Dunia internasional semakin menuntut standar ini, baik dari sisi penyelenggara maupun peserta. Bahkan, banyak negara menjadikan pencapaian Green MICE sebagai indikator keseriusan mereka dalam pariwisata berkelanjutan.
Bagi Indonesia, peluangnya sangat besar. Kita memiliki destinasi indah, keragaman budaya, serta jaringan perhotelan yang berkembang pesat. Namun tantangannya juga nyata. Masih banyak hotel dan venue yang belum sepenuhnya menerapkan praktik ramah lingkungan, biaya awal untuk transformasi hijau dianggap mahal, serta rendahnya kesadaran masyarakat dan pelaku industri. Padahal, jika dikelola dengan baik, Green MICE justru bisa menekan biaya jangka panjang, meningkatkan citra destinasi, dan menarik lebih banyak event internasional.
Praktik sederhana sebenarnya bisa segera dilakukan. Misalnya, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dengan menggantinya dengan botol isi ulang, digitalisasi materi untuk mengurangi kertas, hingga memilih transportasi ramah lingkungan bagi peserta. Hotel sebagai penyedia utama akomodasi juga bisa berperan aktif, seperti mengelola energi listrik lebih efisien, menggunakan bahan pangan lokal untuk katering, hingga melibatkan UMKM sekitar agar dampak ekonomi lebih merata.
Namun solusi tidak cukup hanya pada level teknis. Diperlukan dukungan kebijakan dari pemerintah, asosiasi industri, hingga kesadaran peserta. Negara seperti Thailand dan Singapura sudah mulai menyiapkan sertifikasi Green MICE sehingga setiap event yang mereka gelar memiliki standar keberlanjutan yang jelas. Indonesia perlu belajar dari langkah ini dengan membuat regulasi dan insentif agar hotel dan event organizer terdorong mengimplementasikan praktik hijau.
Selain itu, sektor pendidikan, khususnya program studi pariwisata dan perhotelan, harus mengambil peran penting. Kurikulum bisa memasukkan modul khusus tentang manajemen event berkelanjutan sehingga generasi muda siap menjadi motor perubahan. Para mahasiswa tidak hanya belajar mengatur logistik acara, tetapi juga memahami bagaimana setiap keputusan berdampak pada lingkungan dan masyarakat.
Ke depan, ada beberapa langkah strategis yang bisa segera dilakukan Indonesia. Pertama, memperkuat kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, akademisi, dan komunitas lokal untuk menyusun peta jalan Green MICE nasional. Kedua, menyediakan insentif fiskal bagi hotel dan venue yang berinvestasi pada teknologi ramah lingkungan. Ketiga, memanfaatkan teknologi digital untuk efisiensi operasional, mulai dari pendaftaran online hingga konsep hybrid event yang mengurangi jejak karbon.
Lebih jauh lagi, Indonesia juga bisa menjadikan Green MICE sebagai identitas baru pariwisata. Bayangkan sebuah konferensi internasional di Bali atau Yogyakarta yang tidak hanya sukses secara jumlah peserta, tetapi juga dipuji karena minim limbah, menggunakan energi terbarukan, serta memberdayakan UMKM lokal. Dampaknya tidak hanya pada sektor ekonomi, tetapi juga pada citra bangsa di mata dunia.
Pada akhirnya, Green MICE bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan. Dunia bergerak ke arah sana, dan Indonesia harus mampu mengikuti ritme tersebut. Pertanyaannya bukan lagi apakah kita siap menuju Green MICE, melainkan kapan kita mulai melangkah secara nyata.
Dengan keberanian untuk berubah, dukungan kebijakan, serta partisipasi seluruh pemangku kepentingan, Indonesia tidak hanya bisa bersaing, tetapi juga memimpin dalam industri MICE global yang berkelanjutan. Kini saatnya kita memilih untuk terus bertahan dengan cara lama, atau mengambil peluang emas menjadi pusat Green MICE di Asia Tenggara.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
