Bisnis Syariah 5.0: Harmonisasi Teknologi, Spiritualitas, dan Kemanusiaan
Ekonomi Syariah | 2025-09-10 09:05:45
Oleh: Nada Rahimahullah_Mahasiswa Institut Agama Islam SEBI.
Era digital saat ini ditandai dengan percepatan teknologi yang luar biasa. Istilah Society 5.0, pertama kali diperkenalkan di Jepang, merujuk pada masyarakat cerdas yang mengintegrasikan kecanggihan teknologi seperti artificial intelligence (AI), Internet of Things (IoT), big data, hingga robotika untuk menyelesaikan masalah sosial. Namun, di tengah perkembangan itu, muncul pertanyaan: bagaimana bisnis syariah beradaptasi? Jawabannya adalah melalui konsep **Bisnis Syariah 5.0*, sebuah gagasan untuk menyatukan teknologi, spiritualitas, dan kemanusiaan.
Landasan Bisnis Syariah 5.0
Bisnis syariah dibangun di atas nilai *maqashid syariah*, yaitu menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Nilai-nilai ini menjadi fondasi agar pemanfaatan teknologi tidak keluar dari koridor etika. Dengan kata lain, teknologi hanyalah alat, sementara nilai-nilai Islam menjadi kompas moral yang memastikan bisnis tetap berorientasi pada keberkahan.
Implementasi Nyata
1. Fintech Syariah
Platform keuangan berbasis syariah kini memanfaatkan kecerdasan buatan untuk mempercepat layanan, memastikan keamanan transaksi, serta meningkatkan akses masyarakat kecil terhadap pembiayaan. Bedanya, sistem ini dikawal oleh prinsip syariah: bebas riba, gharar, dan maisir.
2. Halal Supply Chain dengan Blockchain
Teknologi blockchain memungkinkan konsumen melacak asal-usul produk halal dari hulu hingga hilir. Dengan begitu, transparansi meningkat, kepercayaan konsumen terjaga, dan risiko pemalsuan label halal bisa diminimalisir.
3. Edukasi dan Dakwah Digital
Perkembangan AI juga membuka peluang untuk menghadirkan layanan edukasi berbasis syariah yang interaktif. Misalnya, aplikasi konsultasi zakat, wakaf, atau muamalah yang dapat diakses 24 jam. Namun, nilai kemanusiaan tetap harus dijaga agar interaksi digital tidak menghilangkan sentuhan personal.
Tantangan dan Peluang
Tantangannya, ada risiko teknologi menggantikan peran manusia hingga aspek spiritualitas tergeser. Misalnya, ketergantungan pada algoritma yang murni profit-oriented tanpa mempertimbangkan nilai syariah. Namun di sisi lain, peluangnya sangat besar: bisnis syariah bisa menjadi pionir ekonomi digital yang etis, transparan, dan inklusif.
Jika berhasil, konsep Bisnis Syariah 5.0 bisa menjadi model baru ekonomi global: teknologi maju, tetapi tetap manusiawi; modern, tetapi tetap spiritual.
Bisnis Syariah 5.0 menunjukkan bahwa Islam tidak menolak kemajuan teknologi, justru mengarahkannya agar bermanfaat. Integrasi teknologi, spiritualitas, dan kemanusiaan melahirkan visi ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan. Inilah saatnya bisnis syariah mengambil peran penting dalam membentuk masa depan yang penuh keberkahan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
