M. Topan Ketaren: Tiga Dekade Mengabdi untuk Dunia Perkebunan Indonesia
Kisah | 2025-08-22 22:38:10
Mengawali Langkah di Dunia Perkebunan
Perjalanan panjang saya di dunia perkebunan bermula lebih dari tiga dekade yang lalu, tepatnya setelah menyelesaikan pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 1986. Dengan latar belakang ilmu tanah yang saya dalami, saya merasa terpanggil untuk mengabdikan diri pada sektor yang telah lama menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia: perkebunan.
Pada 1988, saya mulai berkarier di PT PP London Sumatra (LONSUM) Tbk, sebuah perusahaan perkebunan terkemuka yang mengelola beragam komoditas penting seperti kelapa sawit hingga kakao (cokelat). Karier saya dimulai dari titik terendah dalam hierarki manajerial, yaitu sebagai Field Assistant Trainee. Dari posisi tersebut, saya belajar bahwa dunia perkebunan bukanlah pekerjaan yang bisa diselesaikan dengan teori semata, melainkan membutuhkan ketekunan, penguasaan detail teknis, dan yang paling penting: kemampuan memahami interaksi antara manusia dan alam.
Sejak awal, saya meyakini bahwa keberhasilan perkebunan tidak hanya diukur dari berapa ton hasil panen yang bisa dihasilkan setiap hektarnya, tetapi juga dari bagaimana industri ini mampu menjadi sumber kehidupan, membuka lapangan kerja, dan menjaga keseimbangan lingkungan. Keyakinan ini menjadi fondasi dalam setiap langkah karier saya, dari posisi lapangan hingga manajerial tertinggi.
Perjalanan Karier di Dunia Perkebunan
1. Menapaki Tangga Karier dari Lapangan
Sebagai Field Assistant sejak tahun 1989 hingga 1996, saya ditempa oleh realitas kerja sehari-hari di kebun. Tugas saya sederhana namun penuh makna: memastikan tanaman dikelola dengan baik, pekerja mendapatkan arahan yang jelas, dan standar mutu tetap terjaga.
Masa-masa ini mengajarkan saya bahwa detail kecil seperti pemupukan yang tepat waktu, pengendalian gulma yang efektif, atau perawatan bibit yang konsisten adalah faktor yang sangat menentukan produktivitas kebun. Saya belajar untuk tidak pernah mengabaikan detail, karena kelalaian kecil bisa berdampak besar pada hasil panen.
2. Menjadi Head Assistant dan Estate Manager
Tahun 1997 hingga 2003, saya dipercaya menjadi Head Assistant di beberapa wilayah, termasuk Sumatera Utara dan Jawa Timur. Tanggung jawab saya semakin besar, terutama dalam hal mengawasi tenaga kerja, mengelola proses harian, serta memastikan setiap kebijakan perusahaan bisa diterjemahkan menjadi tindakan nyata di lapangan.
Memasuki tahun 2003, saya dipercaya memegang tanggung jawab sebagai Estate Manager (Manajer Kebun). Di posisi ini, saya memikul tanggung jawab penuh atas unit perkebunan. Mengelola kebun tidak hanya soal memastikan panen berlimpah, tetapi juga tentang bagaimana membangun hubungan harmonis dengan masyarakat sekitar, memastikan pekerja memiliki kondisi kerja yang layak, dan menjaga agar kegiatan perkebunan tidak merusak lingkungan sekitar.
3. Mengemban Tugas Sebagai Area Manager Agronomy
Perjalanan karier saya kemudian berlanjut hingga memperoleh amanah sebagai Area Manager Agronomy (General Manager) pada periode 2008 hingga 2020, dengan penugasan di sejumlah wilayah di Sumatera. Tugas ini menuntut saya untuk mengelola perkebunan dalam skala yang jauh lebih besar, dengan cakupan ratusan bahkan ribuan hektar.
Peran ini menuntut pemikiran strategis. Saya tidak hanya harus memastikan produktivitas optimal, tetapi juga mengatur efisiensi biaya, menjaga standar keberlanjutan, dan memastikan operasional berjalan dengan lancar tanpa menimbulkan konflik sosial. Dalam posisi ini, saya benar-benar belajar bahwa kepemimpinan bukan sekadar memberi perintah, melainkan tentang bagaimana mengarahkan orang lain untuk bersama-sama mencapai tujuan besar.
4. Konsultan Perkebunan: Membagikan Pengalaman
Mulai tahun 2024, saya memilih untuk meneruskan langkah karier sebagai Konsultan Perkebunan di PT PalmCo Corporation Indonesia. Peran baru ini memberi saya kesempatan untuk berbagi ilmu dan pengalaman kepada generasi muda maupun perusahaan yang ingin memperkuat bisnis perkebunannya.
Bagi saya, menjadi konsultan bukan sekadar pekerjaan baru, tetapi panggilan hati untuk memastikan bahwa apa yang saya pelajari selama 31 tahun tidak berhenti di satu titik, melainkan bisa diwariskan kepada mereka yang akan meneruskan perjuangan dalam membangun dan mengembangkan perkebunan Indonesia.
Pelajaran Penting dari Perjalanan Panjang
1. Pentingnya Kepemimpinan yang Humanis
Perkebunan adalah dunia yang melibatkan ribuan orang, mulai dari pekerja lapangan hingga manajer puncak. Kepemimpinan yang humanis menjadi kunci utama menjaga keharmonisan. Seorang pemimpin harus mampu mendengar keluhan, memahami kebutuhan, dan memberikan solusi. Tanpa itu, produktivitas hanya akan menjadi angka kosong tanpa makna sosial.
2. Keberlanjutan sebagai Fondasi
Seiring berjalannya waktu, isu lingkungan menjadi semakin penting. Standar internasional seperti RSPO dan ISO 14000 lahir dari kesadaran bahwa industri perkebunan tidak boleh hanya mengejar keuntungan jangka pendek. Keberlanjutan harus menjadi fondasi, bukan beban. Dalam pengalaman saya, perusahaan yang serius menjalankan standar keberlanjutan justru lebih dihargai pasar global.
3. Adaptasi terhadap Teknologi dan Mekanisasi
Perubahan teknologi membawa dampak signifikan pada cara perkebunan dikelola. Jika dulu semua dikerjakan secara manual, kini mekanisasi dan digitalisasi menjadi kebutuhan mutlak. Pemetaan lahan dengan drone, penggunaan aplikasi digital untuk monitoring produksi, hingga otomatisasi pemeliharaan tanaman adalah langkah maju yang harus diadopsi bila industri ini ingin tetap relevan.
Tantangan Dunia Perkebunan ke Depan
1. Tekanan Lingkungan dan Regulasi Global
Salah satu tantangan terbesar adalah meningkatnya tekanan dari dunia internasional terkait isu lingkungan. Komoditas kelapa sawit sering mendapat sorotan negatif karena dinilai berkontribusi terhadap kerusakan hutan tropis. Hal ini menuntut industri perkebunan Indonesia untuk terus membuktikan bahwa mereka mampu beroperasi dengan standar keberlanjutan yang tinggi.
2. Perubahan Iklim
Perubahan iklim membawa dampak nyata terhadap produktivitas perkebunan. Pola hujan yang tidak menentu, suhu yang semakin ekstrem, serta meningkatnya risiko serangan hama adalah realitas yang harus dihadapi. Adaptasi melalui riset bibit unggul, penerapan teknologi ramah lingkungan, serta pengelolaan lahan berbasis konservasi menjadi langkah penting untuk menjawab tantangan ini.
3. Ketersediaan Tenaga Kerja
Di tengah modernisasi, industri perkebunan menghadapi tantangan dalam hal tenaga kerja. Generasi muda semakin enggan terjun ke perkebunan karena dianggap pekerjaan yang berat dan kurang bergengsi. Tanpa adanya strategi untuk menarik minat generasi muda, sektor ini bisa menghadapi krisis tenaga kerja dalam jangka panjang.
4. Persaingan Global
Komoditas seperti kelapa sawit, karet, dan kopi bukan hanya bersaing di tingkat lokal, tetapi juga global. Indonesia harus mampu menjaga efisiensi, meningkatkan produktivitas, serta membangun citra positif di pasar internasional agar tetap menjadi pemain utama.
Masa Depan Petani dan Perusahaan Perkebunan Indonesia
1. Kolaborasi antara Korporasi dan Petani
Keberlanjutan masa depan perkebunan Indonesia tidak mungkin sepenuhnya ditopang oleh perusahaan-perusahaan besar saja. Keterlibatan petani kecil sangat penting. Model kemitraan yang adil antara perusahaan dan petani akan memastikan bahwa keuntungan dari industri ini bisa dirasakan lebih merata.
2. Peningkatan Kesejahteraan Petani
Salah satu kelemahan terbesar dalam sektor perkebunan adalah kesejahteraan petani kecil yang sering kali tertinggal. Jika Indonesia ingin mempertahankan dominasinya, maka kesejahteraan petani harus menjadi prioritas. Harga yang adil, akses terhadap teknologi, serta pelatihan yang berkelanjutan adalah kunci untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
3. Generasi Muda dan Inovasi
Generasi muda adalah harapan masa depan. Mereka membawa semangat inovasi, keterampilan teknologi, dan cara pandang baru terhadap keberlanjutan. Jika mereka mau turun ke dunia perkebunan, saya percaya industri ini akan mengalami lompatan besar dalam hal efisiensi, produktivitas, dan citra positif di mata dunia.
4. Perusahaan sebagai Agen Perubahan
Perusahaan perkebunan tidak hanya berperan sebagai entitas bisnis, tetapi juga sebagai agen perubahan sosial. Mereka harus mampu menjaga keseimbangan antara keuntungan finansial, kelestarian lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Hanya dengan cara inilah industri perkebunan Indonesia bisa bertahan menghadapi gempuran isu global.
Refleksi dan Penutup
Melihat ke belakang, saya merasa bersyukur telah melewati lebih dari tiga dekade perjalanan di dunia perkebunan. Dari trainee, asisten, manajer kebun, hingga akhirnya menjadi konsultan, setiap fase memberikan pelajaran berharga yang membentuk saya seperti sekarang.
Namun dengan segala kerendahan hati, saya menyadari bahwa pengalaman saya hanyalah sebagian kecil dari perjalanan panjang industri perkebunan Indonesia. Apa yang saya lakukan tidak ada artinya jika dibandingkan dengan potensi besar yang dimiliki generasi muda saat ini. Dengan pengetahuan, teknologi, serta semangat baru yang mereka miliki, generasi muda mampu membawa industri ini melangkah lebih jauh, lebih modern, dan lebih berkeadilan.
Saya percaya bahwa masa depan perkebunan Indonesia ada di tangan mereka yang berani meneruskan perjuangan, dengan tetap berpegang teguh pada prinsip keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat luas. Jika itu yang terjadi, maka perjalanan panjang saya selama ini akan menemukan makna sejatinya: menjadi bagian kecil dari upaya besar membangun bangsa melalui dunia perkebunan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
