Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Budi Santosa, S.Pd.I

SELOSO : SELO SELO NING MANUNGSA

Bisnis | Tuesday, 08 Mar 2022, 06:00 WIB

Kata kata tersebut pertama kali dengar Ketika masa-masa SMA. Dimana habis pulang sekolah bukannya nongkrong atau nge-game tapi malah ambil barang perlengkapan jualan dan dorong gerobak. Di pojokan selatan alun alun kota Purwodadi tepatnya depan kantor pos kota Purwodadi tempat mangkal gerobak yang menjual keu leker dan juga Burger. Sekitar 6-8 jam waktuku habis untuk jualan leker dan burger bersama teman yang dari sekolah berbeda. Pernah juga ditempatkan di luar kota Purwodadi. Setiap pagi ketika berangkat sekolah naik bis berseragam SMA membawa tas punggung berisi pelajaran juga membawa tas yang berisi adonan sisa, pisang, keju.

Menjadi pedagang kaki lima dimana hanya sebagai pekerja dan semua alat serta bahan milik bos dari sebuah usaha kekeluargaan yang salah satu pemiliknya guru di sekolahku bukanlah impian tapi sebuah pilihan agar sekolahku yang sekolah swasta berbayar bisa lanjut. Banyak yang kami dapatkan selain gaji yang cukup untuk bayar sekolah tentunya sebuah ilmu bahwa hari seloso itu selo selo ning manungsa. Hari dimana jualan sering sepi. Awalnya ketika gabung kurang percaya kalau hari selasa itu identik dengan jualan sepi sampai akhirnya melihat nyatanya.

Pernah suatu ketika di hari selasa, temenku sejak sore hingga kukutan hanya laku 1 burger dan itupun ternyata dia beli sendiri. Sudah gak dapat uang, badan capek eh kadang masih dapat “nasihat” panjang lebar dari bos. Berbeda dengan temenku yang lain, ketika di hari selasa yang mungkin sepi pembeli, maka ketika dia ketika shalat di masjid tidak lupa memasukkan uang ke kotak infak sambil berharap jualannya nanti bisa rame. Coba ketikan di google “seloso selo selo ning manungsa” maka pasti akan nemu jawaban ternyata ini pun terjadi pada bus antar kota antar provinsi. Umumnya penumpangnya lebih sedikit daripada hari lainnya bahkan ada yang menyampaikan ini cuma mitos jangan terlalu dipercaya.

Terlepas mitos apa bukan, tapi yang namanya berbisnis, berdagang, jualan pasti ada saat rame dan saat sepi. Seperti hari selasa yang mewakili hari tersepi dalam satu pekan mungkin ada juga bulan paling sepi dalam setahun. Mungkin saat itulah saatnya kita berinfak sebagaimana temenku untuk menjemput temannya (rezeki) yang masing di awang- awang. Lain waktu pasti akan hari jualan yg rame seperti akhir pekan. Kadang kami harus ambil stok berkali kali atau setelah lebaran dimana puncaknya panen penjual makanan karena banyak orang ingin memuaskan hasrat makannya yang diatur saat puasa. Disitulah saatnya kita bersyukur dengan bersedekah telah diberi rezeki berlimpah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image