Makna Taubat yang Sebenarnya
Agama | 2025-05-22 16:53:55Oleh: Ilyas Rofik
Di tengah kehidupan yang serba cepat ini, banyak orang yang masih kurang memahami makna taubat yang sesungguhnya. Tidak sedikit yang menganggap bahwa taubat itu hanya sekadar meminta ampun kepada Allah, lalu merasa dosa-dosanya otomatis diampuni. Padahal, taubat bukan hanya ucapan, tapi juga kesungguhan hati, penyesalan yang mendalam, dan komitmen kuat untuk tidak mengulangi perbuatan yang sama.
Secara bahasa, taubat berarti “kembali”. Dalam konteks syariat Islam, taubat berarti kembali dari perbuatan dosa dan maksiat, menuju jalan yang benar dan lurus. Ini dilakukan dengan penyesalan yang tulus, penuh kesadaran, dan tekad yang kuat untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut. Jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), taubat diartikan sebagai sadar dan menyesal atas dosa atau perbuatan salah, serta berniat untuk memperbaiki tingkah laku dan perbuatan itu. Dengan kata lain, taubat adalah proses kembali kepada kebaikan setelah menyadari dan menyesali kesalahan.
berbeda ulama para ,إعراب القرآن وبيانه kitab dalam محيي الدين بن أحمد مصطفى درويش Menurut pendapat tentang makna taubat Allah kepada Nabi. Namun, ia mengutip pandangan az-Zamakhsyari yang mengaitkan taubat dengan firman Allah: "Agar Allah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang..." dan "Dan mohonlah ampunan untuk dosamu." Dalam pandangannya, ini menjadi dorongan bagi semua orang beriman untuk bertobat. Tidak ada satu pun mukmin yang tidak membutuhkan tobat dan istighfar, bahkan Nabi Muhammad saw. dan para sahabat pun melakukannya. Pendapat ini sangat masuk akal karena memang setiap manusia pasti pernah berbuat dosa, sekecil apapun itu.
Dalam Islam, ada jenis taubat yang disebut taubat nasuha, yaitu taubat yang benar-benar tulus dan tidak main-main. Taubat ini bukan hanya menghindari dosa, tapi juga disertai dengan komitmen kuat untuk tidak kembali lagi ke jalan yang salah. Taubat nasuha bukan sekadar “Ya Allah, aku menyesal”, lalu besok diulang lagi. Bukan begitu. Taubat nasuha adalah transformasi batin, sebuah perubahan hidup yang nyata dan mendalam.
Kata "taubat" sendiri bisa disandarkan kepada manusia maupun kepada Allah. Jika disandarkan kepada manusia, maka artinya adalah memohon ampun atas dosa dan kembali ke jalan Allah. Orang yang bertaubat disebut "ta’ib", sedangkan orang yang terus-menerus bertaubat disebut "tawwab". Adapun jika disandarkan kepada Allah, maka artinya adalah Allah memberikan ampunan kepada hamba-Nya yang bertaubat. Allah disebut “At-Tawwab”, salah satu dari Asmaul Husna, karena Allah senantiasa menerima taubat hamba-hamba-Nya.
Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulum ad-Din menyatakan bahwa taubat adalah jalan pembuka bagi siapa saja yang sedang dalam perjalanan mendekat kepada Allah. Ia adalah modal bagi orang-orang yang beruntung, awal langkah bagi para murid spiritual, dan jendela bagi orang-orang pilihan yang dekat dengan Allah (muqarrabin). Dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad saw., semua Nabi melakukan taubat. Maka, taubat adalah sunnah para Nabi. Dan sebagai umat Nabi Muhammad, kita pun harus menjadikan taubat sebagai bagian dari hidup kita.
Seringkali, taubat disamakan dengan istighfar. Padahal sebenarnya keduanya berbeda. Taubat lebih berkaitan dengan dosa besar, yang membuat seseorang keluar dari jalan Allah. Maka, untuk kembali ke jalan itu, seseorang harus bertaubat. Sedangkan istighfar adalah permohonan ampun terhadap dosa kecil. Dosa kecil masih dalam rel syariat, sehingga istighfar dianggap cukup untuk menghapusnya. Tapi yang jelas, baik taubat maupun istighfar, keduanya harus disertai dengan kesungguhan hati.
Menariknya, taubat juga diperintahkan kepada semua manusia, tidak hanya mereka yang merasa berdosa. Orang yang merasa tidak berdosa pun tetap dianjurkan untuk bertaubat. Kenapa? Karena taubat bagi mereka bisa menjadi jalan menumpuk pahala. Taubat merupakan bentuk kebajikan, dan perintah untuk bertaubat banyak disebut dalam Al-Qur’an maupun hadits Nabi. Bahkan dalam Al-Qur’an, kata taubat dan bentuk turunannya disebut sebanyak 87 kali. Salah satu ayat yang sangat terkenal adalah QS. At-Tahrim ayat 8:
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya (taubatan nasuha), mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga...”
Dalam ayat tersebut, dijelaskan bahwa taubat nasuha bukan hanya permintaan ampun, tetapi taubat yang murni dan sungguh-sungguh. Taubat yang seperti inilah yang akan menghapus dosa dan mengantarkan seseorang masuk ke dalam surga.
Dengan demikian, makna taubat yang sesungguhnya harus benar-benar kita telaah dan pahami. Jangan sampai kita gampang mengatakan “saya sudah taubat” padahal masih mengulangi dosa yang sama. Taubat bukan hanya soal kata, tapi perubahan sikap dan komitmen. Allah Maha Pengampun, tetapi manusia pun harus menunjukkan kesungguhannya.
Taubat bukan hanya untuk orang yang jatuh dalam dosa besar, tetapi juga untuk mereka yang ingin terus mendekat kepada Allah. Maka, mari kita jadikan taubat sebagai bagian dari kehidupan kita sehari-hari, bukan hanya ketika kita terjerembab dalam dosa. Taubat adalah pintu rahmat, dan Allah senantiasa membuka pintu itu bagi siapa saja yang ingin kembali.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
