Stabilitas antara Kewajiban Spiritual dan Sosial: Cerpen Robohnya Surau Kami
Sastra | 2025-05-18 06:54:42
Cerpen Robohnya Surau kami merupakan salah satu cerpen karya A.A. Navis yang terbit pertama kali pada tahun 1950 an. A.A. Navis ini merupakan nama pena dari Ali Akbar Navis, lahir di Padang Panjang, 17 November 1924, lalu wafat pada tanggal 22 Maret 2003. Cerpen ini menceritakan tentang seorang Kakek penjaga surau yang sangat taat beribadat, lalu memilih mengakhiri hidupnya karena mendengar cerita dari seorang pembual yang bernama Ajo Sidi.
Awal cerpen ini bermula tentang surau disatu kota yang menjadi tidak terurus karna penjaganya telah tiada, orang-orang disana biasa menyebut penjaga tersebut dengan panggilan Kakek. Kata Surau dalam cerpen ini berasal dari bahasa Minang yang memiliki arti tempat ibadah kecil. Kata Surau memperlihatkan bahwa latar tempat dalam cerpen ini adalah kota Minang.
"Dan di pelataran kiri surau itu akan Tuan temui seorang tua yang biasanya duduk di sana dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadat. Sudah bertahun-tahun ia sebagai garin, penjaga surau itu Orang-orang memanggilnya Kakek." (halaman 1)
Tokoh Kakek adalah tokoh utama dalam cerpen ini, Kakek merupakan seorang yang sangat taat beribadat dan selalu menolong orang tanpa berharap imbalan apapun.
"Orang-orang yang suka minta tolong kepadanya, sedang ia tak pernah meminta imbalan apa-apa. Orang-orang perempuan yang meminta tolong mengasahkan pisau atau gunting, memberinya sambal sebagai imbalan. Orang laki-laki yang minta tolong, memberinya imbalan rokok, kadang-kadang uang. Tapi yang paling sering diterimanya ialah ucapan terima kasih dan sedikit senyum." (halaman 2)
Konflik muncul setelah Kakek mendengar cerita dari Ajo Sidi. Ajo Sidi bercerita tentang seorang bernama Haji Saleh yang sedang menunggu giliran untuk diukur amal ibadahnya, Haji Saleh sangat yakin bahwa dirinya akan masuk surga, hingga pada giliran nya Tuhan bertanya apa kerjaan Haji Saleh di dunia, Haji Saleh menjawab bahwa ia hanya selalu menyembah Tuhan, lalu Tuhan terus bertanya apalagi kerjaan Haji Saleh di dunia, namun Haji Saleh menjawab bahwa ia tidak memiliki pekerjaan yang lain selain beribadat menyembah Tuhan dan selalu menyebut nama Tuhan, hingga akhirnya Haji Saleh dimasukkan ke dalam neraka. Haji Saleh kebingungan mengapa ia dimasukkan ke dalam neraka, padalah ia selalu menyembah Tuhan, bahkan terdapat seorang yang bergelar syekh juga ada dalam neraka, Haji Saleh pun mengajak orang-orang itu menghadap tuhan untuk protes karena bagi mereka tidak adil. Setelah mereka menghadap Tuhan, Haji Saleh bertanya juga kepada malaikat yang menemani mereka, ia pun bertanya
"Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami, menyembah Tuhan di dunia?" (halaman 12)
"Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melu- pakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka itu kucar-kacir selamanya. Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak mempedulikan mereka sedikit pun." (halaman 12)
Begitulah jawaban malaikat atas pertanyaan Haji Saleh.Cerita itu yang Kakek dengar dari Ajo Sidi yang membuat Kakek murung, sampai hari esoknya Kakek ditemukan mengakhiri hidupnya di surau dengan cara menggoroh lehernya dengan pisau cukur. Sejak saat itulah surau yang dijaga Kakek menjadi tidak ada yang jaga.
Dengan adanya percakapan antara Haji Saleh dengan Tuhan dan Malaikat dalam cerpen ini membuat pesan yang sangat jelas bahwa kita sebagai manusia taat beribadah saja tidak cukup kita juga perlu memiliki kepedulian terhadap sesama dan usaha dalam memperbaiki kondisi sosial. A.A.Navis menulis cerpen dengan judul Robohnya Surau Kami itu menggambarkan runtuhnya nilai-nilai spiritual dan nilai sosial, bagunan surau yang seharusnya menjadi pusat beribadah harus hancur dan hilang penggunaan yang sepatutnya. Hal ini menunjukkan kemerosotan moral dan solidaritas sosial yang terjadi, serta mengingatkan pembaca tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara tanggung jawab pribadi dan ibadah pribadi untuk membangun masyarakat yang harmonis dan beradab.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
