Jatuhnya Rafale, Suatu Pukulan untuk Reputasi Teknologi Militer Barat
Politik | 2025-05-13 10:43:37
Ketegangan yang terjadi antara India-Pakistan kembali memanas dan akhirnya menyebabkan ekskalasi konflik yang lebih luas. Ditengah-tengah konflik yang terjadi antara India-Pakistan, terjadi insiden yang mengejutkan yaitu tertembak jatuhnya Jet tempur Rafale, dan untuk pertama kalinya Pakistan menggunakan sistem senjata dari China untuk melawan India yang didominasi sistem senjata dari Barat seperti Rafale dari Prancis. Tertembak jatuhnya Rafale menjadu pukulan kuat untuk reputasi teknologi militer Barat, karena sistem senjata China yang diremehkan ternyata mampu menghancurkan sistem senjata Barat yang selalu digembar-gemborkan memiliki kualitas terbaik. Secara tak langsung juga menjadi pertanyaaan serius yaitu tentang keunggulan teknologi militer Barat dan menyoroti kebangkitan China untuk menjadi pemain utama dalam industri pertahanan global.
Laporan dari Reuters menyatakan bahwa Pesawat J-10 C yang berasal dari Perusahaan China yaitu Chengdu Aircraft Industry Group telah digunakan untuk pertempuran udara melawan Rafale yang merupakan buatan Dassault Aviation Prancis, dan hasilnya ada tiga pesawat Rafale tertembak jatuh. Insiden ini sangat berdampak terhadap industri pertahanan global. Saham yang dimiliki Chengdu melonjak menjadi 40% sementara saham perusahaan Dassault turun dari €373,8 menjadi €362,05. Hal ini menunjukkan keraguan akan klaim keunggulan teknologi Barat terhadap China, jika dilihat dari perspektif Hubungan Internasional insiden ini merupakan pergeseran kekuatan global. Dalam hal ini Power Transition Theory menjadi relevan karena kekuatan China mulai menantang dominasi kekuatan teknologi Barat, dan keberhasilan Pakistan melalui sistem senjata China memperkuat posisi Beijing sebagai pemain utama dalam tatanan global yang semakin multipolar.
Keberhasilan sistem senjata China pada konflik India-Pakistan memiliki implikasi yang sangat kuat dan secara tak langsung mengubah lanskap perdagangan senjata global dan akhirnya memperkuat pengaruh geopolitik China, Khususnya untuk negara-negara berkembang yang membutuhkan sistem senjata yang kuat namun murah akan mulai mempertimbangkan pembelian sistem pertahanan dari China sebagai alternatif yang lebih terjangkau dan efektif dibandingkan dengan teknologi Barat, terlebih sudah teruji di medan pertempuran nyata yaitu India-Pakistan.
Babak belurnya pertahanan India yang didominasi oleh teknologi Barat, merupakan titik balik persepsi global terhadap dominasi teknologi militer Barat dimana Pakistan yang didominasi sistem senjata dari China mampu membuktikannya. Kita bisa melihat dua hal yang sekaligus terjadi akibat konflik ini yaitu terguncangnya reputasi perusahaan teknologi khususnya yang bergerak untuk militer dan pertahanan dari Barat yang selama ini selalu mendapat panggung, dan karena konflik ini industri pertahanan China menandai kebangkitannya serta mulai mendapatkan panggungnya untuk geopolitik yang lebih luas. Jika momentum ini akan dimanfaatkan dengan baik oleh China, maka negara-negara khususnya yang berkembang akan memiliki alternatif yang baru untuk memenuhi kebutuhan pertahanan mereka yang akhirnya dapat mengubah lanskap geopolitik dan ekonomi global di masa depan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
