Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Slamet Samsoerizal

Pisang Ketar-Ketir: Panas Global Bikin Panen Ambyar, Masa Depan Pisang Terancam

Info Terkini | 2025-05-12 10:25:20
Pisang Ketar-Ketir: Panas Global Bikin Panen Ambyar, Masa Depan Pisang Terancam (fotina@pixabay.com/ssdarindo)

***

Pisang, salah satu buah paling populer di dunia, kini menghadapi ancaman serius akibat perubahan iklim. Laporan terbaru dari Christian Aid mengungkapkan bahwa suhu yang meningkat dan cuaca ekstrem telah merusak tanaman pisang di berbagai wilayah, mengancam keberlanjutan produksi dan mata pencaharian petani.

Menurut analisis tersebut, hampir dua pertiga dari wilayah yang paling cocok untuk budidaya pisang di Amerika Latin dan Karibia bisa hilang pada tahun 2080. Wilayah ini saat ini bertanggung jawab atas sekitar 80% ekspor pisang global, sehingga potensi gangguan terhadap pasar internasional sangat signifikan.

Pisang tumbuh optimal pada suhu antara 15-35°C. Namun, dengan meningkatnya suhu global, banyak daerah yang sebelumnya ideal untuk budidaya pisang kini menjadi terlalu panas atau kering. Hal ini memaksa petani untuk mencari solusi adaptasi atau menghadapi penurunan hasil panen.

Selain suhu yang meningkat, perubahan pola curah hujan juga berdampak negatif. Musim kemarau yang lebih panjang dan hujan yang tidak menentu menyebabkan stres pada tanaman, meningkatkan kebutuhan akan irigasi, dan memperbesar risiko gagal panen.

Perubahan iklim juga memperburuk penyebaran hama dan penyakit tanaman. Salah satu ancaman terbesar adalah penyakit Panama, yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f. sp. cubense (TR4). Penyakit ini telah menyebar ke berbagai wilayah dan sulit dikendalikan, terutama karena praktik monokultur yang umum dalam budidaya pisang.

Di Uganda, petani pisang menghadapi tantangan serupa. Cuaca yang semakin tidak menentu menyebabkan kekeringan berkepanjangan dan hujan lebat yang merusak tanaman. Untuk membantu petani mengatasi risiko ini, proyek asuransi berbasis foto telah diperkenalkan, memungkinkan petani mengklaim kerusakan tanaman melalui foto yang diunggah dari ponsel mereka.

Asuransi ini tidak hanya memberikan perlindungan finansial, tetapi juga mendorong petani untuk menerapkan praktik pertanian berkelanjutan, seperti manajemen air dan agroforestri. Hasilnya, produktivitas meningkat dan kerugian akibat perubahan iklim berkurang.

Namun, tantangan tidak berhenti di situ. Banyak petani kecil kekurangan sumber daya untuk berinvestasi dalam teknologi adaptasi atau mengakses asuransi. Tanpa dukungan yang memadai, mereka berisiko kehilangan mata pencaharian dan berkontribusi pada krisis pangan global.

Untuk mengatasi masalah ini, para ahli merekomendasikan pengembangan varietas pisang yang tahan terhadap panas dan kekeringan, serta investasi dalam infrastruktur irigasi dan konservasi tanah. Dukungan finansial dan pelatihan bagi petani juga dianggap penting untuk meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim.

Di sisi lain, perubahan iklim juga membuka peluang baru. Di Korea Selatan, misalnya, petani mulai menanam pisang di daerah yang sebelumnya terlalu dingin, berkat suhu yang meningkat. Meskipun demikian, keberhasilan ini masih bergantung pada penggunaan rumah kaca dan teknologi lainnya.

Secara global, industri pisang menghadapi masa depan yang tidak pasti. Tanpa tindakan cepat dan koordinasi antara pemerintah, sektor swasta, dan komunitas petani, produksi pisang dapat menurun drastis, mempengaruhi jutaan orang yang bergantung padanya untuk makanan dan pendapatan.

Organisasi seperti Christian Aid menyerukan kepada negara-negara maju untuk segera mengurangi emisi karbon dan mendukung negara berkembang dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Langkah-langkah ini dianggap krusial untuk menjaga keberlanjutan produksi pisang dan keamanan pangan global.

Bagi konsumen, kesadaran akan tantangan ini dapat mendorong permintaan terhadap produk pisang yang berkelanjutan dan mendukung praktik pertanian ramah lingkungan. Dengan demikian, setiap individu memiliki peran dalam menjaga masa depan pisang di tengah perubahan iklim.

Upaya kolektif dari berbagai pihak diperlukan untuk memastikan bahwa pisang tetap menjadi bagian dari kehidupan kita. Melalui inovasi, dukungan, dan kesadaran, kita dapat menghadapi tantangan perubahan iklim dan melindungi salah satu buah paling dicintai di dunia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image