Pola Asuh dan Konsumsi Protein Masyarakat Yogyakarta
Gaya Hidup | 2025-03-10 11:06:54Mau sedikit ngobrolin tentang pengasuhan anak di Jogja nih. Yogyakarta terhitung sebagai provinsi terkecil di Indonesia. Dengan kekhasan yang unik. sehingga tak heran Yogyakarta memiliki gelar sebagai Daerah Istimewa. Rentang geografisnya juga unik. Memiliki garis pantai, hutan, gunung berapi dan daerah berpasir lumayan luas. Untuk tempat wisata Yogyakarta itu semua punya. mulai dari pantai, hutan, gunung, sungai, dan wisata edukasi.
Pola Asuh Ayah Jogja
Kali ini saya mau berbagi kekhasan pengasuhan di Yogyakarta. Semoga bisa menjadi pengetahuan khusus untuk teman-teman yang tinggal di Yogyakarta. mengingat banyak orang memilih untuk pindah ke Yogyakarta dan menjalani slow living.
Ada penelitian menarik dimana disebutkan: secara umum bapak di Jawa lebih banyak terlibat dalam pengasuhan anak dibandingkan bapak beretnis Minang. meskipun demikian, keluarga beretnis Minang ternyata lebih demokratis dibandingkan keluarga bertenis Jawa lo. Sedangkan untuk pola pendisiplinan keluarga bertenis Jawa lebih baik (disiplin positif) dibandingkan keluarga beretnis Minahasa. Makanya ga heran jika lebih sering melihat ayah Jogja menggendong anak-anak mereka menggunakan jarik dibandingkan ayah dari etnis lain.
Jumlah sarjana di Yogyakarta hanya di Urutan ke-6
Keluarga beretnis Jawa terutama dari daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah bisa dibilang bagus keterlibatan ayah dalam pengasuhan. Tetapi anak-anak pada etnis Jawa ternyata terikat pada pola yang kurang demokratis. Ini ga heran sih mengingat Jawa terkenal dengan unggah-ungguh yang kental. Sayangnya jumlah sarjana di Yogyakarta masih berada di urutan ke-6. Padahal Yogyakarta dikenal sebagai provinsi yang meluluskan sarjana tertinggi di Indonesia. kok bisa? hiks. Meluluskan banyak sarjana tetapi jumlah sarjananya sendiri tidak banyak.
Konsumsi Protein Masyarakat Yogyakarta Di Urutan ke-5 dari bawah
Kalau kita cari dimana letak tidak pasnya ya? padahal: pola pengasuhan bagus, ayah terlibat dalam pengasuhan, pola disiplin positif bagus, meluluskan sarjana terbanyak, melek digital tertinggi, tetapi jumlah sarjananya diurutan ke-6. Mungkin hasil penelitian ini bisa jadi bahan evaluasi. Bahwa tingkat konsumsi protein di Yogyakarta terhitung rendah berada di urutan ke-5 dari bawah. konsumsi protein di Yogyakarta di daerah perkotaan 64,85 dan di pedesaan hanya 54,53. Padahal tingkat konsumsi kalori masyarakat Jogja terhitung tinggi. Seharusnya melihat rentang geografis Yogyakarta bisa dibilang mampu menghasilkan sumber protein yang cukup untuk warganya. Atau ini karena pola asuh terhadap konsumsi masyarakat terhadap protein yang tidak terbentuk.
Peran Ayah Dan Juga Ibu Dalam Edukasi Protein
Para ayah di Yogyakarta sebenarnya bisa memanfaatkan tradisi unggah-ungguh dalam masyarakat dengan ‘memaksa’ dan mengedukasi anak-anak untuk lebih banyak mengkonsumsi protein hewani. Oia meskipun tingkat konsumsi protein rendah Yogyakarta termasuk rendah dalam jumlah stunting dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia.
Pola asuh ayah dan ibu dan pengolahan bahan makanan protein yang kurang maksimal. Sudah saatnya para ayah ibu Yogyakarta meningkatkan pengetahuan dalam pengolahan bahan makanan berprotein untuk menu harian di rumah. Sudah saatnya para orang tua di Yogyakarta membuat varian menu dengan kaya protein yang lebih banyak untuk putra-putrinya. Apalagi pada bulan puasa seperti sekarang, bisa dijadikan momen untuk memulai konsumsi protein yang lebih banyak dibandingkan hari biasanya.
Mungkin sudah saatnya para ayah dan ibu di Yogyakarta memahami tentang pentingnya konsumsi protein pada anak-anak. Dan memberikan pengetahuan yang lebih pada putra-putrinya tentang pentingnya konsumsi protein. Sudah saatnya pola disiplin ayah Jogja yang terbaik itu juga memasukkan tentang konsumsi protein hewani dalam pola disiplin anak. ayo para ayah Jogja, perintahkan anak-anak kalian makan lebih banyak ikan, daging dan telur.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
