Cyberbullying di Lingkungan Pendidikan Indonesia
Edukasi | 2024-11-26 16:07:00Cyberbullying merupakan tindakan bullying atau penindasan dengan menggunakan teknologi sebagai alat untuk menyakiti orang lain dengan sengaja dan berulang-ulang. Hal ini dilakukan dengan mengintimidasi dan melecehkan korban melalui perangkat teknologi. Pelaku ingin melihat seseorang terluka dan melakukan banyak cara untuk menyakiti korban. Cyberbullying juga memungkinkan pelaku untuk menyembunyikan identitasnya dengan komputer. Hal ini yang membuat pelaku merasa aman tanpa harus melihat respon korban secara langsung.
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya fenomena bullying di lingkungan pendidikan di Indonesia. Faktor-faktor tersebut mencakup faktor individu, faktor keluarga, faktor sekolah, faktor teman sebaya, faktor kondisi lingkungan sosial, dan faktor gadget dan media sosial. Berikut penjelasan mengenai faktor-faktor terjadinya fenomena cyberbullying.
1. Faktor Individu
Faktor individu berkaitan dengan kepribadian siswa yang pendiam atau dikenal dengan istilah introvert. Kepribadian introvert memiliki lebih besar potensi menjadi korban cyberbullying daripada anak-anak yang memiliki kepribadian ekstrovert. Selain itu, permasalahan kepercayaan diri yang rendah juga dapat menyebabkan timbulnya perilaku menyimpang seperti merasa takut akan kegagalan sehingga tidak berani mencoba hal-hal baru, merasa diri tidak berharga, bodoh dan hal-hal lainnya yang merendahkan dirinya. Hal ini tentunya memberikan peluang untuk para pelaku melakukan cyberbullying.
2. Faktor Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama bagi anak dalam memperoleh suatu ilmu pengetahuan. Orang tua memberikan dukungan terbaik dalam mendidik anaknya sehingga wawasan ilmu pengetahuan anak tersebut akan semakin luas dan sifat atau perilaku anak tersebut akan semakin baik. Jika keluarga tidak mendidik anaknya dengan baik maka anak tersebut bisa saja perilakunya menjadi buruk.
3. Faktor Sekolah
Sekolah merupakan tempat di mana siswa menuntut ilmu, siswa harus diajarkan kedisiplinan. Kesopanan serta perilaku yang baik. Lingkungan sekolah menjadi faktor penyebab terjadinya bullying yang terjadi karena kurangnya kedisiplinan. Selain itu, beberapa sikap guru dapat memicu munculnya cyberbullying di lingkungan sekolah karena berlaku tidak adil terhadap siswa seperti memberikan ukuman kepada siswa yang tidak adil dengan siswa lainnya.
4. Faktor Teman Sebaya
Teman sebaya adalah salah satu faktor yang termasuk ke dalam penyebab terjadinya cyberbullying pada anak. Hal ini dikarenakan teman sebaya merupakan seseorang yang sering bersama anak dalam belajar maupun bermain. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap perilaku anak yaitu teman sebaya, karena di saat mereka bermain ada yang berperilaku seolah-olah sebagai pengejek temanya.
5. Faktor Kondisi Lingkungan Sosial
Kondisi lingkungan sosial pada anak merupakan kondisi dimana anak hidup pada kondisi ekonomi tertentu yang berbeda dengan teman yang lainnya seperti faktor kemiskinan. Kemiskinan merupakan suatu kondisi yang bisa mempengaruhi perilaku seseorang terhadap anak dan dapat memicu adanya perilaku cyberbullying.
6. Faktor Gadget dan Media Massa
Perkembangan zaman tentunya teknologi semakin canggih dari yang dulunya hanya ada media massa. Media massa berbentuk gadget menyebarkan informasi baik melalui Gmail, Whatsapp, Instagram, Tiktok, dan lain-lain sehingga penyebaran informasi semakin cepat menyebar.
Banyaknya faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi setiap individu, sehingga memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap kesejahteraan emosional anak-anak dan remaja yang diekspresikan dalam emosi negatif seperti stress, kesedihan, kemarahan, frustasi, rasa malu, kesepian, ketakutan, depresi, keinginan balas dendam dan pikiran untuk bunuh diri. Cyberbullying juga berdampak pada masalah perilaku seperti kenakalan remaja, kekerasan dan bahkan memburuknya nilai dan fungsi di sekolah sampai putus sekolah serta menarik diri dari lingkungan sosial.
Dampak cyberbullying tidak hanya dirasakan oleh para korban, tetapi juga pelaku cyberbullying mengalami efek negatif yang mempengaruhi diri mereka dan sekitarnya. Dampak untuk pelaku cyberbullying diantaranya adalah kurangnya empati dalam interaksi sosial. Tidak hanya empatinya yang menjadi masalah, tetapi perilakunya juga tidak normal. Perilaku hiperaktif dan tindakan pro-sosial berkaitan erat dengan sikap pelaku cyberbullying terhadap lingkungannya. Pelaku cyberbullying menunjukkan tingkat gangguan kesehatan mental, khususnya gejala emosional yang lebih tinggi daripada korban cyberbullying.
Dampak pada korban cyberbullying mencakup pengalaman kekerasan fisik dan verbal. Perlakuan semacam ini dapat menyebabkan trauma yang berkepanjangan bagi korban. Selain trauma, hasil akademik korban juga sangat terpengaruh oleh peristiwa bullying. Korban cyberbullying sering kali mengalami kekerasan fisik, termasuk isolasi sosial, kurangnya teman dekat, hubungan buruk dengan orang tua, penurunan kesehatan mental, dan yang paling parah adalah cyberbullying dapat menyebabkan depresi bahkan memicu bunuh diri. Pelaku cyberbullying memiliki masalah kesehatan mental, seperti tingkat depresi dan stres psikologis yang tinggi, menghadapi gangguan kecemasan, serta memiliki beragam masalah sosial, dan cenderung berkepribadian antisosial.
Dengan adanya faktor-faktor penyebab terjadinya cyberbullying dan dampak yang dirasakan oleh korban, sudah sepatutnya kita sebagai manusia menjaga hubungan sosial dengan manusia lain.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.