Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Reza Reza

Hantu di Sekolah

Sastra | 2024-11-18 07:43:18

Sekolah Menengah Atas Harapan adalah sebuah sekolah dengan sejarah panjang yang terletak di pinggiran kota. Bangunannya yang besar dan tua, dengan dinding yang sudah mulai mengelupas dan jendela yang berderak setiap kali angin bertiup kencang, selalu menyimpan banyak cerita—terutama bagi para siswa baru. Banyak yang mengatakan bahwa sekolah itu berhantu, tetapi cerita-cerita itu hanya dianggap sebagai rumor belaka.
Namun, semua itu berubah ketika Vito, seorang siswa pindahan, tiba di sekolah tersebut. Vito baru saja pindah dari kota lain bersama keluarganya yang mengikuti pekerjaan ayahnya. Awalnya, ia merasa bersemangat untuk memulai petualangan baru di sekolah yang konon cukup terkenal di daerahnya. Tetapi ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman begitu ia melangkah memasuki gerbang sekolah untuk pertama kalinya.
Suasana di dalam sekolah itu terasa berbeda. Walaupun banyak siswa yang berkumpul di halaman, Vito merasa seolah-olah ada yang mengawasinya. Sesuatu yang tidak tampak, namun ada.
Hari pertama Vito berjalan menuju kelas, ia melihat beberapa siswa yang tampaknya lebih tua sedang berbicara dengan suara pelan. Mereka saling bertukar cerita yang terdengar seperti gosip, namun Vito merasa ada sesuatu yang aneh dengan mereka. Mereka terus melirik ke arah Vito dan menghilang begitu saja setelah beberapa menit berbicara.
Ketika vito tiba di kelas 10B, ia disambut oleh seorang guru yang terlihat ramah, namun ketika memperkenalkan dirinya, Vito merasa ada sesuatu yang ganjil tentang sikap guru itu. Wajahnya tampak biasa, namun matanya yang tajam dan senyumnya yang sedikit dipaksakan membuat Vito merasa cemas.
Di dalam kelas, teman-teman sekelasnya sepertinya tidak terlalu peduli padanya. Beberapa hanya melirik sesaat sebelum kembali sibuk dengan obrolan mereka sendiri. Tetapi ada satu hal yang menarik perhatian Vito—pada salah satu sudut kelas, terdapat sebuah gambar besar yang menggambarkan sekolah tersebut pada zaman dahulu. Di bagian bawah gambar itu tertulis sebuah tanggal yang sangat tua—tahun 1943. Vito mengamati lebih dekat, dan ia melihat ada sesuatu yang aneh pada gambar itu. Di antara siswa-siswa yang ada di dalam foto, ada satu sosok yang tampak sangat berbeda. Sosok itu terlihat memandang lurus ke arah gambar, matanya kosong, seolah tak tampak hidup.
"Vito!" suara guru itu memanggil, membuat Vito terbangun dari lamunannya. "Kamu baru, kan? Perkenalkan dirimu dulu."
Vito sedikit terkejut, dan akhirnya berdiri dengan kikuk di depan kelas. "Nama saya Vito, baru pindah dari kota sebelah."
Para siswa hanya mengangguk acuh tak acuh. Namun, ketika Vito duduk kembali di bangkunya, ia merasa seperti ada sesuatu yang salah. Kelas itu tidak terasa seperti kelas biasa—ada perasaan gelap yang menggantung di udara.
Pada jam istirahat pertama, vito memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar sekolah untuk mengenal lebih dekat lingkungan barunya. Ketika melintasi lorong gelap di lantai dua, ia mendengar suara langkah kaki yang teratur, tetapi ketika ia menoleh, tidak ada siapa-siapa. Suara itu seakan mengikuti jejak kakinya. Vito mencoba mengabaikan suara itu dan terus berjalan, tetapi semakin lama, langkah itu semakin mendekat. Vito merasa tubuhnya mulai kaku, seolah ada yang mengawasi dari balik dinding.
"Sial," Vito bergumam, berusaha menenangkan dirinya. Ia mempercepat langkahnya menuju tangga, dan ketika melintas di depan salah satu ruang kelas kosong, ia melihat bayangan seseorang yang berdiri di balik jendela. Namun, ketika ia menoleh, tidak ada siapa-siapa di sana.
Hari pertama itu berakhir tanpa ada kejadian besar, tetapi vito tidak bisa menghilangkan perasaan aneh yang terus mengganggunya. Apakah ia terlalu membayangkan sesuatu? Atau memang ada sesuatu yang tidak beres di sekolah ini?
Bagian 2: Misteri Bangku Tua
Pada hari berikutnya, Vito mulai mengenal beberapa teman sekelasnya. Ada Sarah, yang sangat ramah dan berbicara banyak tentang segala hal. Ada juga habibi, teman sekelas yang tampaknya lebih serius dan terkadang terlihat cemas. Namun, di antara mereka semua, vito merasa bahwa hanya Sarah yang tampaknya merasa tidak ada yang aneh tentang sekolah itu.
Saat jam istirahat, Sarah mengajak Riko untuk berjalan-jalan di luar ruangan. Mereka duduk di bawah pohon besar di halaman belakang sekolah, yang lebih sepi daripada bagian depan. Di sana, Sarah mulai bercerita tentang sekolah ini. Ternyata, banyak cerita yang beredar tentang berbagai kejadian aneh di dalam gedung sekolah yang sudah berdiri sejak puluhan tahun itu.
"Menurut cerita, ada beberapa kejadian misterius yang terjadi di sini, vito," kata Sarah dengan suara pelan. "Beberapa siswa pernah mengaku melihat sosok perempuan berpakaian putih di lorong-lorong sekolah, dan ada juga yang merasa diawasi oleh sesuatu yang tidak tampak. Tapi itu hanya cerita, kan?"
Vito merasa kulitnya meremang saat mendengar penuturan Sarah. Ia teringat dengan apa yang terjadi hari pertama, suara langkah kaki yang terus mengikutinya. "Tapi, kamu sendiri percaya nggak dengan cerita-cerita itu?" tanya Vito penasaran.
Sarah diam sejenak, lalu menjawab, "Aku nggak tahu. Tapi yang jelas, banyak yang percaya kalau ada arwah yang masih bergentayangan di sekolah ini. Terutama di ruang kelas yang lama, dan di bangku tua yang ada di lorong itu."
"Bangku tua?" Vito bertanya.
"Iya," jawab Sarah. "Ada bangku kayu tua yang biasanya tidak dipakai lagi. Konon, siapa pun yang duduk di sana akan merasa seperti ada yang mengawasi, atau bahkan bisa mendengar suara bisikan."
Vito merasa penasaran. "Apa kamu pernah duduk di sana?"
Sarah hanya menggeleng. "Aku sih nggak berani. Banyak yang bilang bangku itu angker. Bahkan beberapa teman-teman yang pernah duduk di sana mengaku merasa aneh, dan ada yang mulai bermimpi buruk setelahnya."
Vito merasa penasaran dan memutuskan untuk melihat langsung bangku itu. Setelah istirahat berakhir, ia pergi ke lorong yang dimaksud Sarah. Ketika sampai di sana, ia melihat bangku kayu yang terletak di sudut ruangan. Bangku itu tampak sangat tua dan usang, seakan sudah bertahun-tahun tidak digunakan.
"Vito, jangan duduk di sana!" teriak Sarah yang tiba-tiba muncul di belakangnya. Tetapi Vito sudah terlanjur duduk di bangku itu, merasa ingin membuktikan apakah cerita itu benar.
Begitu ia duduk, suasana seketika berubah. Vito merasa ada angin dingin yang menerpa wajahnya, meskipun tidak ada jendela terbuka. Ia juga bisa mendengar suara berbisik, tetapi suara itu terdengar seperti datang dari jauh, samar-samar, dan sangat sulit untuk dipahami. Vito mencoba berdiri, tetapi tubuhnya terasa berat, seakan ada sesuatu yang menahannya di tempat itu.
"Vito!" Sarah berteriak. "Kamu tidak apa-apa?"
Vito mencoba bangkit, tetapi tubuhnya seakan kaku dan tidak bisa bergerak. Tiba-tiba, suara keras terdengar dari dalam ruang kelas di dekatnya. Suara pintu terbuka dan tertutup dengan keras, diikuti dengan bisikan yang semakin terdengar jelas.
"Jangan biarkan dia pergi..."
Vito merasa seperti ada sesuatu yang sangat besar dan menakutkan sedang menghampirinya. Matanya mulai kabur, dan suara bisikan itu semakin menguasai pikirannya. Apakah ini benar-benar hantu? Atau hanya khayalan karena rasa takut?

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image